#FF arti pada secangkir teh
Rama menyodorkan secangkir teh panas pada klien yang bertandang di kantornya. Seorang gadis cantik yang datang dari Jakarta.
"Coba kau rasakan teh mutu Internasional ini." ujarnya seraya mempersilakan Puput untuk meminumnya.
Segera Puput mengambil cangkir keramik putih dengan logo PTPN XII dan menyeruputnya.
"Bagaimana?" Rama tersenyum penuh arti.
"Tiada tara." Puput mengulum senyum. Mulutnya masih menuntaskan kecapannya akan teh mutu Internasional. "bagaimana Anda menyebutnya ini adalah mutu Internasional?" tanyanya setelah tuntas mengecap rasa.
Rama tersenyum. "Karena ini adalah teh dengan cita rasa paling sempurna yang ada di perkebunan kami."
"Hanya itu?" Puput menautkan kedua alis.
Rama mengangkat kedua alisnya. "Tentu tidak. Teh ini dibuat dengan proses yang cukup lama. Sehari penuh."
"Bagaimana dengan yang lain?"
"Sama. Teh dari perkebunan kami kesemuanya diolah selama sehari penuh." Rama menyilangkan kaki dan menyandarkan punggung, santai.
"Lalu, mengapa Anda menyebutnya teh dengan mutu Internasional?" Puput menggeleng tak mengerti.
"Sudah kukatakan, teh ini sempurna."
"Setau saya, teh dari perkebunan Gambung juga tiada tara, Pak." sergah Puput cepat.
Rama tertawa. "Kau tahu apa, hm?" tanyanya setengah mengejek.
"Dan, setau saya, teh dengan cita rasa sempurna itu tidak ada, Pak." Puput menyela, membuat senyum Rama perlahan menghilang. "yang membuat sempurna adalah bagaimana perasaan kita menerima rasa yang diberikan teh tersebut, Pak." lanjutnya mantap, berfilosofi.
"Begitu katamu?" Rama menaikkan sebelah alis, badannya dicondongkan pada Puput.
Puput mengangguk. "Coba rasakan teh yang ada di warung persinggahan yang ada di bawah sana, Pak. Saya sudah mencobanya. Dan, rasanya tak jauh beda dengan teh mutu Internasional ini."
"Maksudmu?"
"Maksud saya, tidak pernah ada sama sekali teh yang berisi kesempurnaan. Semua teh pada dasarnya adalah sama. Entah dari proses CTC atau proses konvensional. Yang terpenting adalah..." Puput menghentikan kalimatnya, memandang mantap pada Rama, manager dari PTPN XII. "bagaimana kita merasakan cita rasa tersebut." lanjutnya seraya menyunggingkan senyum.
Rama mengerjap. "Kamu..."
"Pada dasarnya semua sama kok, Pak. Tak hanya kopi, teh juga mencandukan. Teh yang kata Bapak adalah teh dengan mutu Internasional ini juga mencandukan. Meskipun tanpa embel-embel teh mutu Internasional. Sama seperti kehidupan. Tak satupun ada yang sempurna. Hanya tergantung bagaimana kita menikmatinya." Puput mengambil alih pembicaraan.
Rama mengerjap -lagi. Terdiam.
Comments