#FF dalam kilau senja

Duk duk duk!

Aku duduk memandang lapangan basket yang ada di depanku seraya tersenyum, tak berkedip. Ada seseorang yang sangat kurindukan di sana. Bermain basket dan berulang kali three point. Upik namanya. Bagaimana mungkin aku bisa melepas pandanganku dari cowok tampan beda usia dua tingkat? Berulang kali usahaku gagal mengusirnya dari pikiranku. Terlalu sulit.

Aku mengenalnya sejak aku belum pernah sekalipun melihatnya. Yah, sedikit konyol memang. Aku lebih dahulu mengenal mamanya yang pernah mampir ke rumah barang sebentar untuk menjenguk ayahku yang waktu itu baru saja operasi hernia. Sedikit kutangkap percakapan beliau dengan ibuku mengenai anak-anaknya. Termasuk Upik.

Sepertinya tampan.

Aku masih saja tersenyum memandang lapangan basket dari tempatku duduk. Banyak kenangan yang seketika menyemburat lepas dari anganku. Kenangan yang kukatakan manis tapi juga menyedihkan. Upik. Aku mengulanginya kembali.

Upik. Upik. Upik... abu. Ups!

Lagi, dia hadir di depanku kini, tersenyum memandangku yang tengah duduk sembari tersenyum memandangnya. Menenteng bola di sisi kanannya. Ada handband putih di lengan kirinya. Dia tersenyum.

Tersenyum. Dan, menghampiriku.

"Sampai kapan mau mengenangnya, Dita?" seseorang menepuk bahuku pelan.

Aku mengerjap. "Ha?"

"Sampai kapan nunggu Upik? Dia sudah bersama yang lain..."

Plak!

Kalimat itu... menghujam telak jantungku yang sempat berdesir sesaat.

Lalu, sampai kapan aku disini? Menunggu waktu yang tak lagi pasti.

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu