#FF Jauh

Jauh.
Aku mendesah pelan mengeja sebuah kata yang super pendek namun bermakna panjang.
Jauh.
Aku mengeja lagi. Kali ini dengan desahan berat cukup panjang. Ternyata sependek dan sesingkat itu pikiranmu. Kenapa bisa? Lalu kenapa aku? Kenapa harus kita? Seandainya kau tahu seberapa paranoidnya aku memikirkan satu kata sialan dan brengsek itu. Terlebih dari bibir mungilmu.

"Kita putus."

"Kenapa?"

"Jauh."

"Apa?"

"Karena rasanya akan berbeda jika kita berjauhan."

"Coba ulangi lagi?"

"Iya, karena kita jauh."

"Lalu kau mau apa?"

"Putuskan aku. Jauh. Kita jauh."

Cukup. Kau mengulangnya lagi dan lagi. Sebuah kata yang tak kumengerti maksud dan artinya. Kenapa bisa? Lalu kenapa aku? Kenapa kita?
Dengarkan aku, aku sama sekali tak pernah mempermasalahkan jarak kita. Bukankah aku selalu hadir jika kau membutuhkan aku? Bukankah aku rutin menelponmu? Bukankah aku sering mengirim pesan singkat padamu? Bukankah kita setiap malam selalu bertemu lewat layar? Saling mengirimkan rindu?

"Iya, kita jauh."

"Lalu?"

"Rasanya hambar."

"Lantas?"

"Kita jauh."

Kau mengulanginya lagi. Dan, kau seratus delapan kali lipat membuat duniaku seketika berbalik. Hancur. Tak bersisa. Hanya karena jauh. Jauh. Bahkan sampai sekarangpun masih karena jauh. Jauh. Shit!



Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Makanan Khas Negara ASEAN Ini Jangan Sampai Kamu Lewatkan