#FF seandainya
Raisa tersenyum masygul mendengarkan Gilang bercerita dengan nada yang berapi-api. Semangat juang empat lima!
“Lo percaya sama cerita gue, kan, Ra?” tanyanya bersemangat.
Raisa mengangguk pelan.
“Itu artinya lo ngedukung gue, kaaan?”
Lagi, Raisa mengangguk.
“Yaaah, lo jangan ngangguk aja dong, Ra. Komentar apa gitu misalnya biar gue makin pede.” Gilang menyenggol lengan Raisa tak sabar.
“Misalnya?” Raisa membuka mulut, bertanya balik.
“Kok lo balik nanya gitu, sih?”
“Trus?”
Raisa terdiam. Matanya memandang sendu pada kedua bola mata Gilang yang bercahaya. Berbanding terbalik dengan keadaannya.
Gilang terdiam. Menyembunyikan semangatnya. “Lo kenapa, Ra?”
Raisa menggeleng.
Sakit. Gue sakit, Lang. Seandainya lo tahu betapa ngilu dan nyerinya mendengar semua cerita-cerita lo tentang dia. Seandainya lo paham arti tatapan mata gue saat ini. Seandainya lo tahu betapa gue gak relanya lihat lo bahagia gak dengan gue. Tapi dengan dia. Seandainya lo tahu betapa berharapnya gue nunggu lo kasih kesempatan buat jalan bersama lo. Gak sebagai sahabat, apalagi teman. Seandainya lo tahu posisi gue, Lang...
Comments