Posts

Showing posts from February, 2012

#FF bulan kertas

Rama menuntunku pelan berjalan menuju sebuah tempat yang masih rahasia katanya. Aku tersenyum mendengar kalimatnya yang berarakan di telingaku. Pelan dan menggelitik. "Sampai sejauh mana aku harus berjalan pelan seperti ini, Rama?" tanyaku tak sabar dengan kejutannya. Genggaman tangannya lembut dan erat. Menunutunku dengan sabar dan pasti. Sesaat kemudian, tak sampai lima menit langkahnya terhenti. Begitupun aku. "Coba buka matanya." bisiknya pelan. Aku membuka mataku dan seketika terperangah dengan apa yang ada di depanku. Sebuah taman dengan dekorasi cantik berhiaskan kerlap-kerlip lampu. Meja kayu di tengah taman dengan dua kursi dan di tengahnya ada wax place. Penuh lilin. Dan, beraromaterapi. Segar. Aku menyelipkan senyum di balik wajahku yang terkejut. "Apa ini, Rama?" tanyaku setengah tak percaya. Cowok itu melempar senyum. Lalu mendorong kursi, menyuruhku duduk. Disusul dengan dirinya. Aku mengikutinya patuh. Wajahku masih pen

#FF silly-pity

Aku menyemprotkan beberapa kali spray ke bajuku. Aku tersenyum menantikan sebuah pertemuan yang kunantikan. Setiap sore. Pukul lima sepulang mengaji. Rutin. Tak pernah tidak. Aku mengenalnya awal Minggu lalu. Saat ia bertandang di tempatku berada kini. Kami tersenyum. Saling melempar senyum. Dan, bertatap mata. Seolah saling mengirimkan impuls-impuls untuk menjadi satu kesatuan diri. Pertemuan sore ini dia tak banyak berubah. Masih tampan dengan penutup kepala khas. Tingkahnya jenaka berbalut senyum manis yang selalu disunggingkan padaku. Kami tersenyum. Lagi-lagi tersenyum beriringan. Duduk berdua dengan banyak pasang sorot mata memandang iri. Aku menikmatinya. Dia juga, tampaknya. Setidaknya itu yang kutangkap dari ujung matanya. Kami tersenyum. Hanya saling melempar senyum. Membuat ribuan pasang mata menatap gemas dan iri. Percakapan sore ini tak banyak berbeda dengan sore-sore sebelumnya. Dia tertawa. Kami tertawa. Percakapan yang renyah didendangkan. Selalu. Setiap sore.

#FF lonely

Aku tersenyum menatap layar facebook di depanku. Terpapar sebaris nama yang tak asing bagiku. Cinta pertamaku yang kembali. Profile picture dengan vespa yang bertengger ganteng di belakangnya. Keren. Dan, tetep ganteng. Ups. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Aku masih menatapnya. Menatap fotonya yang tersenyum padaku. Bukan, lebih tepatnya pada semua orang yang menatapnya. Tiga menit. Empat menit. Lima menit. Seakan tersadar dengan kondisi laluku, aku mengerjap-ngerjapkan mataku cepat. Secepat aku menekan tanda silang di ujung lamannya. Cinta monyet. Cinta laluku yang tak selayaknya datang. Seperti cinta pertamaku yang seolah tak ingin lepas dariku. Mengakar kuat pada ingatanku. Dan, akhirnya sebuah pilihan kuambil. Menekan tanda silang. Bukan hanya untuk hari ini. Tapi juga selamanya. Pengalaman mencintai tanpa respon membuatku terduduk cepat dari mimpi yang tak lagi pernah indah. Seolah tersadar dengan kenyataan yang ada. Berlalu lalu beralih pada yang lain sesegera mungkin. Ca

#FF you'd better choose me

Kekasihmu tak mencintai dirimu sepenuhnya dia selalu meninggalkan dirimu sendiri Aku mengatupkan bibirku rapat. Seksama mendengarkan cerita Reza yang mengalir lesu dari mulutnya. Hembusan napasnya berat dan tak teratur. Miris. "Jadi gimana kelanjutannya?" tanyaku hati-hati. Mataku menatapnya takut-takut. Takut pertanyaanku makin mengganggu pikirannya. Reza menarik napas pelan, terdengar tak mampu menghirup napas. Sesakit itu hatimu, Za? Wajahnya yang muram ditunjukkan padaku. Kepalanya menggeleng pelan. "Menurutmu harus gimana?" tanyanya balik. Aku mengerjap. Eh? Kok nanya aku sih? Lalu berdehem. "Kamu sayang dia?" tanyaku memancing jawaban yang sudah bisa dipastikan makin membuat nyeri ulu hatiku. Satu. Dua. Tiga. Reza mengangguk mantap. Tuh kan benar! "Banget malah, Ra. Bukannya kamu tau itu?" tanyanya makin dalam menusuk relung. Mengapa kau mempertahankan cinta pedih menyakitkan Kau masih saja membutuhkan dia, membutuhkan dia Aku memutar-mut