#FF lonely
Aku tersenyum menatap layar facebook di depanku. Terpapar sebaris nama yang tak asing bagiku. Cinta pertamaku yang kembali. Profile picture dengan vespa yang bertengger ganteng di belakangnya. Keren. Dan, tetep ganteng. Ups.
Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Aku masih menatapnya. Menatap fotonya yang tersenyum padaku. Bukan, lebih tepatnya pada semua orang yang menatapnya.
Tiga menit. Empat menit. Lima menit. Seakan tersadar dengan kondisi laluku, aku mengerjap-ngerjapkan mataku cepat. Secepat aku menekan tanda silang di ujung lamannya. Cinta monyet. Cinta laluku yang tak selayaknya datang. Seperti cinta pertamaku yang seolah tak ingin lepas dariku. Mengakar kuat pada ingatanku. Dan, akhirnya sebuah pilihan kuambil. Menekan tanda silang. Bukan hanya untuk hari ini. Tapi juga selamanya.
Pengalaman mencintai tanpa respon membuatku terduduk cepat dari mimpi yang tak lagi pernah indah. Seolah tersadar dengan kenyataan yang ada. Berlalu lalu beralih pada yang lain sesegera mungkin. Cara satu-satu yang bisa menengadahkan pandanganku untuk dapat menatap langit jauh lebih tinggi. Lagi, sendiri.
Tiga menit. Empat menit. Lima menit. Seakan tersadar dengan kondisi laluku, aku mengerjap-ngerjapkan mataku cepat. Secepat aku menekan tanda silang di ujung lamannya. Cinta monyet. Cinta laluku yang tak selayaknya datang. Seperti cinta pertamaku yang seolah tak ingin lepas dariku. Mengakar kuat pada ingatanku. Dan, akhirnya sebuah pilihan kuambil. Menekan tanda silang. Bukan hanya untuk hari ini. Tapi juga selamanya.
Pengalaman mencintai tanpa respon membuatku terduduk cepat dari mimpi yang tak lagi pernah indah. Seolah tersadar dengan kenyataan yang ada. Berlalu lalu beralih pada yang lain sesegera mungkin. Cara satu-satu yang bisa menengadahkan pandanganku untuk dapat menatap langit jauh lebih tinggi. Lagi, sendiri.
Comments