Cinta pertama

Kata orang cinta pertama begitu menyenangkan. Dan itu juga berlaku untukku. Pada lelaki yang kusematkan cinta, meski tidak berabalas.
Aku mengenalnya sejak menginjak umur empat belas tahun. Cinta pertama yang kukenal sebelum aku melihatnya bahkan. Psst, kamu harus tahu bahwa cinta memang buta. Mencintai tanpa melihat wujud aslinya.
Lalu, saat aku bertemu dengannya di lapangan basket --yang saat itu memang sedang tren cowok basket main di lapangan sebagai pujaan murid perempuan-- aku mulai yakin bahwa aku jatuh cinta padanya. Pada laki-laki bernama Handar, anak dari rekanan ayah yang baru saja pindah sekolah.
Kamu pernah merasakan jatuh cinta? Saat itulah aku merasakannya, pada pandangan pertama sekaligus sebagai cinta pertama. Banyak teman menyebutku sakit jiwa, karena usahaku yang tidak berbalas meski telah tampak nyata. Aku mangkir, aku yakin, entah kapan, suatu saat nanti aku tahu, Handar pasti akan paham tentang keberadaanku --cintaku.
Tapi sayangnya, delapan tahun berlalu. Saat banyak orang memutuskan untuk meninggalkan cinta yang tak terbalas, aku masih menunggunya. Menunggu dengan harapan yang semakin tipis ketika kuketahui sebuah undangan berornamen mampir di halaman rumahku dengan nama Handar dan Lili terukir di depannya.
Cintaku kandas sudah, tak lagi ada harapan. Tak bersisa. Delapan tahun penantian tanpa hasil.

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu