Posts

Showing posts from October, 2012

Nostalgia: Kue Putu

Image
Ada yang tahu kue Putu? Jajanan tradisional yang memikat pecinta kuliner dengan warna yang aduhai indahnya, hijau! :p Terbuat dari tepung beras dan ketan yang digiling bersama, adonan ini lantas dimasukkan ke dalam bilik bambu yang sudah dipotong-potong--dimampatkan. Jika sudah terisi separuh, gula merah yang digiling dimasukkan lalu ditutup kembali dengan adonan kue. Sekilas, tak ada yang istimewa. Tapi, begitu bilik-bilik bambu dikukus di atas kotak biskuit berisi air (yang telah dilubangi di beberapa tempat), baru terlihat istimewa dan khas. Istimewanya sederhana saja. Ketika bilik bambu tersebut ditumpuk di atas kotak berisi air mendidih, bunyi khas pun keluar, uwuwuwuwu (kira-kira demikian :p). Bunyi inilah yang menjadi khas bagi penjaja kue tradisional yang biasa menjajakan jajanannya dengan gerobak dorong atau panggul. Biasa disajikan dengan kelapa parut, perbuahnya Anda hanya perlu mengeluarkan Rp 500. Rasa enak, empuk dengan lelehan gula merah, membuat kue Putu ini banyak d

Nostalgia: Serabi Petulo

Image
Di antara warga Jawa Timur (Surabaya) pasti banyak yang tahu jenis minuman ini. Namanya, Serabi Petulo. Minuman yang terdiri dari serabi, petulo (adonan tepung yang dibentuk mirip mi), ketan, dan disiram santan hangat ini memang menggugah selera. Bagaimana tidak? Minuman ini memang legendaris dengan cita rasa gurih dan manis ditawarkan. Biasa dijajakan dengan gerobak dorong, jajanan ini sudah mulai jarang ditemukan. Dulu, zaman saya kecil, perjenis komponen ini dijual Rp 250. Kini, serabi, petulo, dan ketan manis ini dijual perpiecenya Rp 1.000 dan masih dijajakan dengan gerobak, meski ada beberapa yang lebih memilih membuka tempat (kalau yang ini saya dapat dari google, ada di daerah Sidoarjo). Sebagai jajanan hangat yang mulai jarang ditemukan keberadaannya, Serabi Petulo cocok disantap saat malam atau cuaca dingin. Namun, karena di dekat rumah ada yang membuat langsung, siang panas pun mereka berjualan. Berikut penampakan Serabi Petulo yang mulai langka.

Opini: Jungkir Balik Dunia Anak

Meski belum memiliki anak, saya boleh, ya, sedikit beropini mengenai dunia anak-anak zaman sekarang yang cukup membuat saya was-was. Mengapa demikian? Karena saya memiliki adik bungsu yang sehari-harinya banyak menghabiskan waktu dengan saya. Namanya Tita, usianya 7 tahun. Kehadiran Tita ini memang memiliki kegembiraan tersendiri bagi keluarga kami yang kelimanya sudah berumur. Keceriaan, kecerewetan, celotehan, dan tingkah-tingkah ajaib Tita jujur saja membuat kami bangga. Dia bocah yang cerdas dan pintar--bagi kami. Kemampuan menyerap kejadian sekitar bisa dengan cepat dia pahami. Sayangnya, berkembangnya kemampuan itu membuat kami--khususnya saya-- semakin khawatir. Bagaimana tidak? Seharinya Tita banyak mencontoh hal-hal aneh dari televisi. Semisal, menirukan lagu sekaligus gaya anak-anak yang menyanyikan lagu yang tidak sesuai umurnya. Lucu? Tidak. Dulu zaman saya kecil usia anak-anak diberi lagu yang sesuai dengan umurnya. Tema lagunya pun beragam. Entah tentang dunia anak, pen

Kuliner: Bubur Ayam Jakarta

Image
Bubur ayam! Siapa yang belum pernah mencoba makanan ini? Kalau belum, saya ada referensi tempat makan bubur ayam enak yang harus Anda kunjungi jika tengah singgah di Surabaya. Terletak di jalan Raya Manyar 83, depot Bubur Ayam Jakarta ini mulai ada sejak tahun 1998. Sekilas, dari rupa, bubur ayam ini tak ada bedanya dengan bubur ayam yang lain. Tapi, dari rasa, jangan salah. Disajikan dengan taburan ayam suwir, cakue goreng Ambengan, daun seledri, bawang goreng, dan sawi asin, bubur ayam ini rasanya selangit karena adanya percampuran asin dan gurih dari toping dan bubur. Buburnya sendiri juga tidak terlalu lembek dan kental yang rupanya karena inilah banyak penggemarnya. Belum lagi ditambah kerupuk dan emping sebagai pelengkap yang tentu saja akan membuat suasana makan Anda semakin meriah, kriuk kriuk kriuk. Bersisian dengan Soto Ayam Pak Djayus, depot Bubur Ayam Jakarta ini buka setiap hari mulai pukul 6-12 dan 17-22. Untuk harga, Anda tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Hanya R

Trip: Masjid Syaikhona Kholil

Image
Dari Lapangan Kerapan Sapi RBH. Moh. Noer, kami beranjak ke toko oleh-oleh Nusa Indah untuk membeli, yaah, oleh-oleh, apalagi? :p Nah, berhubung bayang-bayang benda sudah tergelincir dari benda itu sendiri, maka dari Nusa Indah kami lantas salat zuhur ke salah satu masjid yang masuk dalam kategori 100 masjid indah di Indonesia. Nama masjidnya, Masjid Syaikhona Kholil. Mendengar nama masjid tersebut, mungkin sebagian besar dari kita tahu siapa di balik nama tersebut. Yes, beliau adalah KH. Muhammad Kholil yang tersohor lebih dari seratus tahun lalu. Beliau adalah ulama yang penuh kharisma dan merupakan guru dari kiai-kiai besar di Pulau Jawa, salah satu muridnya adalah kakek dari mantan Presiden Gus Dur sekaligus pendiri ormas Nahdhatul Ulama, KH. Hasyim Asyari. Selama hidupnya, kiai Kholil (begitu nama beliau akrab disebut) banyak mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan merupakan salah satu wali Allah (penentuan wali tidaknya seseorang biasanya yang 'setara' yang lebih tahu dit

Trip: Festival Kerapan Sapi 2012

Image
Apa yang Anda ketahui tentang kerapan (karapan) sapi (Bull Race)? Balapan sapi? Perlombaan antar sapi? Betul. Diselenggarakan pada (21/10) kerapan sapi tahun ini digelar di Lapangan Kerapan Sapi RBH. Moh. Noer, Bangkalan yang dibuka oleh Tari Kerapan Sapi dan sambutan Wakil Gubernur Jawa Timur, Gus Ipul, serta Bupati Madura. Bersama dengan plurker Surabaya-Madura, saya menyaksikan Festival Kerapan Sapi yang memperebutkan Piala Presiden tahun 2012. Festival ini diselenggarakan rutin pertahun setiap bulan Oktober di Pamekasan bersamaan dengan pagelaran seni dan pentas sapi model (sapi sonok) sehari sebelum kerapan sapi digelar; biasa disebut semalam di Madura. Hanya saja tahun ini tidak sama. Paket pagelaran seni, kontes sapi cantik, dan kerapan sapi diadakan di tempat yang berbeda, yakni pagelaran seni dan sapi sonok di Sampang dan kerapan sapi di Bangkalan. Selain tempat yang berbeda, Gubernur Jawa Timur (Pakde Karwo) juga memberikan peraturan baru bagi penyelenggaraan festival. J

Kuliner: Kurma Salak

Image
Berawal dari banyaknya buah salak yang membusuk karena over produced, seorang wanita berinisiatif untuk memanfaatkannya. Ide itu sederhana saja. Hanya ingin memanfaatkan produksi buah salak yang berlebih dan biasa membusuk begitu saja (berkaitan dengan hukum ekonomi dan kesetimbangan alam), Sania --wanita itu-- mulai membuat dodol salak dengan memberdayakan petani salak di dekat rumahnya, Morkolak, Kramat, Bangkalan. Sayangnya, produksi dodol salak tak semulus dugaanya. Hasil penjualan yang dinilai masih terlalu rendah membuat Sania memutar otak untuk dapat menghasilkan bentuk lain yang bisa memanfaatkan salak. Akhirnya, tercetuslah ide pembuatan Kurma Salak. Cara pembuatan Kurma Salak ini cenderung mudah, yakni dengan merebus salak yang telah dikupas sekaligus bijinya, ditambahkan gula, lalu dioven. Sehingga jangan heran jika saat mencicipinya ditemukan biji di dalamnya (kalau saya, awal mengkonsumsi heran betul :p). Tanpa disangka, produksi Kurma Salak banyak diminati meski belum m

Kuliner: Nasi Serpang

Image
Ada yang tahu nama makanan pada judul tersebut berasal dari daerah mana? Nasi yang disajikan dengan banyaaak ragam lauk ini ternyata dikenal enak oleh mayoritas masyarakatnya. Of course, you should try this! Namanya Nasi Serpang. Berasal dari desa Serpang, Arosbaya, Bangkalan, Madura (daerah utara Bangkalan), Nasi Serpang banyak diburu oleh pecinta kuliner jika tengah berkunjung ke Pulau Garam ini. Merupakan makanan khas Madura, Nasi Serpang biasa dijajakan pagi hari di emperan depan gerai toko. Bermodalkan kursi mungil, terpal untuk atap, para penjaja Nasi Serpang ini menggelar dagangannya. Sekilas, tak ada bedanya Nasi Serpang dengan Nasi Campur. Tapi, ketika Anda membuka, mencari, lalu menyantap hidangan ini, bisa dipastikan tahu letak perbedaannya. Berisi banyak lauk, mulanya saya berpikir bahwa Nasi Serpang adalah makanan dengan nasi sebagai lauknya. Bagaimana tidak? Komposisi lauk jauh lebih banyak dibandingkan dengan nasi. Biasa dijajakan pagi sebagai menu sarapan, lauk Nasi

Nostalgia: Kue Rangin

Image
Percaya bahwa jajanan yang banyak dikenal dengan ragam nama ini mulai jarang ditemukan? Seharusnya Anda percaya. Karena kue yang di Surabaya disebut dengan Rangin, di Bandung Bendros, di Jakarta Pancong, dan di beberapa tempat disebut Gandos ini memang mulai jarang ditemukan. Kue yang terbuat dari tepung ketan, santan, kelapa parut, gula, dan garam ini cukup melegenda. Hanya saja, pengaruh modernisasi mampu membuat kue enak dan gurih ini perlahan mulai tersingkir. Para penggemarnya pun mau tak mau harus rela meluangkan waktu untuk mencarijika tengah merindu jajanan masa kecil yang biasa disajikan langsung dari loyang ini. Untuk loyang, Rangin (demikian saya menyebutnya sesuai asal) biasa dicetak dalam mini loyang serupa cetakan Pukis. Hanya, jika Pukis disajikan persatuan, Rangin biasa disajikan bergandengan--bersisian (?) satu sama lain. Setelah matang, Anda akan dipersilakan memilih antara rasa gurih--tanpa gula atau manis yang biasa ditaburi gula di atasnya. Karena merupakan jajan

Abstraksi

Pagi ini aku bertemu dengannya, kekasih yang telah kupacari sejak satu tahun lalu. Sebagai kekasihku, dia teramat sangat perhatian. Setiap saat datang menjemputku, mengajakku makan, dan bersenang-senang. Meski usia pacaran kami baru berumur satu tahun, hubungan kami keren sekali. Bahkan, sekitarku yang melihat saat kami tengah berpacaran pun sering berbisik-bisik dengan pandangan... Ehm, iri. Aku bersyukur sekali kau tahu? Memiliki pacar yang begitu perhatian hingga membuat banyak orang iri. Apalagi saat aku tengah tersenyum-senyum dengan pandangan penuh cinta pada pacarku. Mereka, orang-orang yang melihatku-kami, pasti langsung berbisik-bisik, melempar pandangan iri, dan... Sst apalagi? Tindakan iri juga mereka lakukan. Salah satunya adalah seperti saat ini. Orang-orang itu memandangku, saling berbisik, lalu terakhir kudengar mereka bahkan menghinaku. Rasanya, saat aku mendengarnya, ingin kutampar wajah mereka satu persatu. Tapi kata pacarku sebaiknya jangan. Karena mereka hanya iri

My Nulisbuku Story

Image
Awal denger nama satu penerbit indie adalah Nulisbuku. Itu pun tahu karena nggak sengaja. Apa sih indie? Apa itu Nulisbuku? Usut punya usut, aku yang tahu dunia menulis sejak usia Sekolah Dasar, tetapi belum pernah sekali pun menerbitkan karya lantas memutuskan untuk membuat buku. Kebetulan aku memasang target mempunyai buku di tahun 2011. Akhir November, keinginan itu kembali menggebu. Satu judul buku yang dari jauh-jauh hari terlintas adalah "Lollypop Love". Bayangan mempunyai buku semakin kuat. Saat itu juga, terlintas untuk membuat satu buku kumpulan cerpen, tapi waktunya hanya sebulan. Jika dihitung dari masa kerja Nulisbuku untuk live butuh waktu sepuluh hari, belum lobi-lobi masalah cover, belum ceritanya kelar semua. Errr... Yang jelas, kacrut abis. Akhirnya, karena cukup sering memantau TL (waktu itu ya, sekarang sih nggak begitu :p) aku menemukan satu akun yang mempunyai resolusi menerbitkan buku di tahun 2011 yang belum tercapai. Namanya @pusbangsawan aka Anin. D

Salah Asuhan

Tara mendesah, wanita di depannya terlalu rapuh untuk ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Tapi, jika ia memaksa untuk terus bersamanya, dirinya-lah yang belum siap menanggung akibatnya. "Tapi, kenapa? Memangnya aku salah apa?" wanita itu bertanya, raut wajahnya tidak lepas sedetik pun dari biji mata hitam Rama. Kepala Tara digelengkan pelan. "Aku nggak bisa, Sa. Nggak bisa sama kamu terus." Sementara wanita yang dipanggil Sasa itu menangis, Tara berbalik langkah, berjalan menjauh. Meninggalkan  wanita yang dipacari selama tiga tahun itu. Cinta kita tidak sesederhana yang kamu bayangkan, Sa. Rintik hujan mengiringi kepergian Tara. Meninggalkan luka dalam bagi Sasa. Surat di genggamannya berulang kali dibaca, memastikan dirinya tidak salah membaca jalinan kata yang tertera. Aku yang salah. Memberimu harapan di saat aku tengah berjuang dengan diriku sendiri. Sasa kembali membaca bergantian antara kertas yang ada di genggaman dengan rangkain tulisan lain di

Anak Setan

"Ini bayaranmu malam ini. Saya suka sama kinerjamu," sambil berbicara, seorang laki-laki yang kupanggil Om Reno menyerahkan gaji yang layak kudapatkan malam itu. Aku tersenyum menerimanya. "Makasih, Om," "Anak setan, ngeluyur kemana aja kamu? jam segini baru pulang," perempuan dengan jarik berantakan membawa penebah, siap memukulku seperti yang biasa dilakukan setiap harinya. "Ini uang untuk makan besok, Bu," aku menyerahkan hasil kerjaku lalu berlalu menuju kamar cepat, tak peduli dengan makian ibu. Suara penebah digebras-gebras ke dinding reot rumah kami. "Nyolong di mana lagi kamu, heh, Anak setan?" Bodoh. Siapa peduli dengan umpatan dan makian wanita yang kupanggil ibu itu? Yang penting dia bisa makan setiap hari itu saja sudah cukup. Aku merentangkan badan di atas kasur sambil bersiul-siul di sela-sela asap rokok yang kuhembuskan. Sesekali ikut menyanyi mengikuti siulan, "Ini hidup..., bekerja mencari  bekerja ber

Mawar Kering

Selamat sore, Sayang. Apa kabarmu? Kau tahu, sudah berapa kali aku melemarkan pertanyaan serupa dan kamu tetap bergeming? Tapi aku tak lelah, apalagi patah semangat saat orang terdekatku bahkan menyuruhlu untuk menjauhimu. Kau tahu, Sayang, mereka hanya tidak bisa menerima bakti dan cintaku padamu. Cinta sejati. Cinta sampai mati. Kau tahu itu, kan, Sayang? Dan sore ini aku pun masih sama, datang dengan sekuntum mawar kesukaanmu, berbalut senyum, datang menemuimu. Kau sudah makan siang? Bagaimana rasanya, enak? Lalu, pagi tadi, apa saja yang kamu lakukan? Bersama siapa? Senang? Ah, Sayang, kau masih sama. Lihatlah, di sini aku menemuimu dengan cumbu rayu tapi kau tetap saja, bergeming, tak menggubrisku sama sekali. Meski ada rasa tercabik tak beraturan, pesanku, semoga kau bahagia selalu. Oh, iya, sekuntum mawar yang kubawa kini kuletakkan di sebelah mawar-mawar lalu. Tepat di atas pusaramu. Semoga kau senang juga tenang, Sayang.

#2

Farah tengah duduk di meja belajarnya dengan laptop yang menampilkan laman blognya, tempat dia memajang apa saja yang menjadi fokus usahanya. Di blog tersebut, banyak ditunjukkan hasil kreasi kue kering dan cup cake yang pernah dibuat, kreasi kain flannel yang baru beberapa gelintir hasilnya, juga kreasi pernak-pernik yang tidak sepenuhnya merupakan hasil buatannya. Biasanya, dia mengambil beberapa barang dari Pasar Grosir Surabaya, lalu dijual kembali dengan harga yang relative murah tapi tetap menguntungkan. Tapi, jika tengah longgar, tak jarang dia ikut merancang jalinan pernak-pernik untuk dibuat hiasan jilbab. Tak hanya sibuk merancang template baru untuk blognya, sesekali dia juga membuka laman sosial media, sekadar posting, komen, lalu tertawa-tawa. Bisa ditebak, bahwa sebagai wirausaha meski masih menghasilkan untung minim, Farah sangat menikmati hidupnya. Bukan berarti karena dia masih mendapatkan jatah bulanan atau santunan dari orang tuanya, tapi sepanjang hari yang me

Layanan publik: Bis Damri Terminal Purabaya-Bandara Internasional Juanda

Image
Berkunjung ke kota Surabaya tapi bingung dengan angkutan yang akan mengantarkan Anda ke terminal utama setelah sampai Bandara Internasional Juanda atau sebaliknya? Tak perlu khawatir. Pada tahun 2006, bersamaan dengan pembukaan bandara baru, pemerintah daerah setempat memberikan pelayanan publik yang dapat memudahkan siapa saja yang ingin ke atau dari Bandara Internasional Juanda, yakni berupa bis Damri yang akan mengantar Anda dari Terminal Purabaya (Bungurasih) ke Bandara Internasional Juanda berlaku sebaliknya. Mengenai fasilitas yang didapat setelah membayar Rp 15.000 sekali jalan, Anda akan mendapatkan bis full AC dengan tempat duduk maksimal 24 penumpang. Untuk keberadaannya, bis yang mulai beroperasi sejak pukul 04.00-19.00 ini terletak di sebelah Barat dari tempat kedatangan bis luar kota di Terminal Purabaya. Di sisi-sisi bis ini juga dilengkapi dengan shelter untuk menunggu keberangkatan bis yang berangkat setiap 20 menit sekali ini. Bis Damri ini akan mengantar Anda hingg

Kuliner: Depot Ampel

Image
Dari city tour, kami lantas pergi wisata kuliner ke salah satu warung makanan yang kerap dishoot di televisi atau koran lokal, Depot Ampel. Depot ini terletak di deretan jalan yang penuh dengan warung-warung makanan yang biasa digunakan sebagai jujukan wisata kuliner, Walikota Mustajab. Sesuai namanya, menu makanan ini banyak menyuguhkan menu Timur Tengah alias kambing, sapi, dan bersantan. Sebagai menu makan siang, kami memilih Nasi Kebuli Kambing, Roti Maryam, Gulai Kacang Hijau Sapi, Es Sirup, dan Jus Kurma. Harga yang ditawarkan cukup bervariatif. Mulai dari Rp 5.000-Rp 35.000 untuk makanan dan Rp 3.000-Rp 18.000 untuk minuman. Untuk rasa, sesuai dengan harganya; enak. Apalagi nasi kebulinya yang nyesep sekali ditambah jus kurmanya yang kental. Enak dan recomended.  

City tour: Masjid Sunan Ampel

Image
Setelah dari Monkasel, Masjid Cheng Hoo, dan Kenteng Boen Bio, kami bergegas menuju klenteng lain yang masih satu kawasan dengan Boen Bio. Tepatnya di jalan Dupak yakni Klenteng Hok Tek Hian. Tak cukup sulit menemukan klenteng ini, hanya sedikit berputar dari arah Kapasan, maka kawasan bangunan kolonial Belanda akan dengan mudah ditemukan. Klenteng Hok Tek Hian terdapat di sisi kiri jalan (dari arah Kapasan). Kenteng ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Boen Bio dan tentunya lebih ramai. Dari jalanan bau dupa sudah tercium. Artinya, ada kegiatan ibadah yang tengah berlangsung. Tentu saja hal ini membuat kami sungkan untuk sekadar melihat-lihat, apalagi mendokumenasikan. Maka, dengan spontan jaya, saya pun mengarahkan motor melaju ke arah Masjid tertua di Surabaya, Masjid Sunan Ampel. Awalnya, saya sedikit ragu untuk masuk mengingat keyakinan Tere tidak sama dengan saya. Tapi, ternyata Tere tidak keberatan untuk mampir karena kebetulan Masjid Sunan Ampel masuk dalam track

City tour: Klenteng Boen Bio

Image
Monkasel, Masjid Cheng Hoo, hari itu kami langsung menuju ke Klenteng Boen Bio. Terletak di jalan Kapasan, Klenteng ini bisa dikatakan keberadaannya hampir tenggelam dengan padatnya jalanan Surabaya. Terlebih dengan letaknya yang berdekatan dengan pasar padat Kapasan. Untuk mencapai klenteng ini diperlukan sekitar 10 menit dari Masjid Cheng Hoo (termasuk macet). Klenteng Boen Bio merupakan klenteng pertama yang saya kunjungi. Awalnya, kami khawatir tidak diperbolehkan masuk, mengingat ini adalah tempat ibadah. Dan lagi sampai usia hampir seperempat abad, saya belum pernah menginjakkan kaki ke tempat ibadah agama lain selain masjid dan pura. Tapi, setelah meminta izin, kami pun diperbolehkan masuk sekadar mengedarkan pandangan, melihat-lihat. Klenteng Boen Bio diperkirakan keberadaannya sejak tahun 1910-an. Munculnya klenteng tersebut menyusul semakin meluasnya daerah pecinaan di Surabaya. Di sekitar Kapasan juga terdapat daerah pecinaan yang amat kental seperti di jalan Kembang Jepun

City tour: Masjid Cheng Hoo

Image
Dari Monkasel dan masih berbekal peta dari HoS, kami beranjak ke Masjid Cheng Hoo. Terletak tak jauh dari Monkasel (sekitar 5 menit dengan motor) Masjid Cheng Hoo adalah masjid yang didirikan untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Hoo yang memeluk Islam saat masuk ke kerajaan Majapahit. Arsitektur masjid ini cukup menarilk di mana terdapat perpaduan budaya Islam, Cina, dan Jawa. Hal ini terlihat dari dominasi warna hijau, kuning, merah, dan emas. Selain itu, perpaduan arsitektur tampak dari bangunan khas Cina yang diselipi Joglo Jawa. Konon, ini menunjukkan bahwa hubungan budaya Cina dan Jawa cukup erat dari zaman dulu. Kini, masih di lokasi Masjid Cheng Hoo terdapat Gedung Serba Guna (GSG) olahraga yang biasa digunakan klub maupun perorangan untuk olahraga. Di dinding GSG terdapat perjanjian yang ditulis dalam tiga bahasa; Bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin. Berikut ini, dokumentasi pribadi di Masjid Cheng Hoo.                

City tour: Monumen Kapal Selam (Monkasel)

Image
Berawal dari pertanyaan impulsif (selalu!) hari ini mau ke mana? Aku lantas sms Tere untuk city tour lagi ke beberapa daerah yang langsung disetujui olehnya. Berbekal peta dari HoS, kami pun sepakat memulai perjalanan city tour ke Monumen Kapal Selam (Monkasel) atau Submarine Monument. Terletak di jantung kota Surabaya, tepatnya di sisi Kali Mas dan mal Surabaya Plasa, Monkasel berdiri. Sedikit cerita tentang kapal selam jenis Pasopati 401. Kapal selam ini adalah kapal selam buatan Rusia tahun 1952 yang kemudian dibeli oleh Indonesia sepuluh tahun kemudian untuk pembebasan Irian Barat (1962). Berturut-turut, kapal selam ini digunakan pada konflik Timur-Timur pada 1975, operasi perairan Indonesia pada 1989, dan berakhir penonaktifan penggunaan pada 1990. Kapal selam ini dulunya digunakan untuk memperkuat Armatim TNI AL Indonesia yang banyak dipusatkan di Surabaya. Di bagian dalam kapal selam terdapat lima ruangan yang terdiri dari: Ruang satu berisi torpedo dan selongsongnya (ruang

City tour: House of Sampoerna

Image
Masih di hari yang sama, karena ke-impuslif-anku, maka kami beranjak ke House of Sampoerna yang selanjutnya disebut HoS. Terletak tak jauh dari Montupa (sekitar 5 menit jika tanpa nyasar :p), HoS bisa ditemukan di kompeks bangunan bergaya kolonial Belanda. Bangunan ini dibangun pada tahun 1862 yang semula digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola Belanda. Lalu, sekitar tahun 1932 bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee, pendiri pabrik rokok Sampoerna. Museum ini menyuguhkan beragam pemandangan unik yang bisa membuat pengunjung terkagum-kagum. Selain desain interior yang masih terawat, ditambah dengan aksesoris unik dari zaman kolonial Belanda, museum ini juga memberikan pengetahuan mengenai bagaimana cara pembuatan rokok. Di sana, terdapat sekitar 3.000 pekerja wanita yang perjamnya melinting lebih dari 300 batang rokok. Museum yang letaknya berdekatan dengan Penjara Kalisosok yang sejak tahun 2001 seluruh tahanan dipindahkan ke Porong ini terdiri dari dua lantai. Lantai satu ter