Anak Setan

"Ini bayaranmu malam ini. Saya suka sama kinerjamu," sambil berbicara, seorang laki-laki yang kupanggil Om Reno menyerahkan gaji yang layak kudapatkan malam itu.
Aku tersenyum menerimanya. "Makasih, Om,"

"Anak setan, ngeluyur kemana aja kamu? jam segini baru pulang," perempuan dengan jarik berantakan membawa penebah, siap memukulku seperti yang biasa dilakukan setiap harinya.
"Ini uang untuk makan besok, Bu," aku menyerahkan hasil kerjaku lalu berlalu menuju kamar cepat, tak peduli dengan makian ibu.
Suara penebah digebras-gebras ke dinding reot rumah kami. "Nyolong di mana lagi kamu, heh, Anak setan?"

Bodoh. Siapa peduli dengan umpatan dan makian wanita yang kupanggil ibu itu? Yang penting dia bisa makan setiap hari itu saja sudah cukup. Aku merentangkan badan di atas kasur sambil bersiul-siul di sela-sela asap rokok yang kuhembuskan. Sesekali ikut menyanyi mengikuti siulan, "Ini hidup..., bekerja mencari bekerja bertaruh seluruh jiwa raga, bibir senyum kata halus merayu memanja, kepada setiap mereka yg datang."

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu