City tour: House of Sampoerna
Masih di hari yang sama, karena ke-impuslif-anku, maka kami beranjak ke House of Sampoerna yang selanjutnya disebut HoS.
Terletak tak jauh dari Montupa (sekitar 5 menit jika tanpa nyasar :p), HoS bisa ditemukan di kompeks bangunan bergaya kolonial Belanda. Bangunan ini dibangun pada tahun 1862 yang semula digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola Belanda. Lalu, sekitar tahun 1932 bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee, pendiri pabrik rokok Sampoerna.
Museum ini menyuguhkan beragam pemandangan unik yang bisa membuat pengunjung terkagum-kagum. Selain desain interior yang masih terawat, ditambah dengan aksesoris unik dari zaman kolonial Belanda, museum ini juga memberikan pengetahuan mengenai bagaimana cara pembuatan rokok. Di sana, terdapat sekitar 3.000 pekerja wanita yang perjamnya melinting lebih dari 300 batang rokok.
Museum yang letaknya berdekatan dengan Penjara Kalisosok yang sejak tahun 2001 seluruh tahanan dipindahkan ke Porong ini terdiri dari dua lantai. Lantai satu terdiri dari sejarah berdirinya bangunan HoS, foto-foto pendiri & pemilik saham, aksesoris unik dari tahun ke tahun, juga beragam lukisan. Sementara di lantai dua terdapat pemandangan serupa hall yang mengarah ke lantai satu tempat para pelinting rokok bekerja. Di sana, juga terdapat ruangan sampel di mana sebagian pelinting lengkap bekerja di lantai dua.
Di sisi lain, terdapat satu ruangan pameran yang perbulannya berganti tema. Saat kami berkunjung, pameran batik sedang berlangsung. Sayangnya, di pameran tersebut hanya sebagian batik yang dipamerkan.
Menambah kesan unik sekaligus melengkapi perjalanan wisata di kota Pahlawan, HoS menyediakan Bus khusus untuk berkeliling kota Surabaya dengan rute yang berbeda. Bus ini ada setiap hari, setiap jam 9, 11, 13, dan 15. Sebagai saran, jika Anda ingin mengikuti Surabaya Heritage Track (SHT) saat weekend, ada baiknya pesan jauh-jauh hari (atau minggu). Karena sesuai pengalaman, kami (dalam hal ini saya dan teman yang lain) tidak mendapatkan kursi jika pesan saat itu juga. Beruntung, kami datang saat weekdays yang artinya bisa mendapatkan kursi secara langsung.
Untuk tujuan track, kami hanya dapat dua tempat yakni di Balai Pemuda dan Gedung Kebudayaan Cak Durasim. Namun, tidak perlu khawatir atau kecewa, karena sepanjang perjalanan tracking, Anda akan ditemani oleh guide yang senantiasa memberikan keterangan di sepanjang jalan yang dilewati. Seperti gedung Balai Pemuda yang dulunya adalah bar atau tempat hiburan Belanda dimana kaum pribumi dilarang masuk. Lalu Kantor Pos Kebon Rojo yang merupakan kantor pos pertama di Surabaya. Menyusul Gedung PTPN XI yang dulunya juga merupakan perkebunan tebu pertama dan kini menjadi perkantoran dengan arsitektur megah zaman kolonial Belanda. Kemudian Gedung Internatio yang dulunya merupakan cikal bakal Bank Indonesia sebelum pindah di sisi utara Montupa.
Beranjak ke gedung kebudayaan Cak Durasim, di sana sedang digelar persiapan pagelaran wayang kulit asal Bojonegoro (sorry, if I'm mistaken) untuk malam hari. Fyi, Cak Durasim adalah budayawan asal Surabaya yang gugur ditembak tentara Jepang karena parikannya yang terkenal, "Bukupon omahe doro, melok Nipon tambah sengsoro."
Untuk biaya, HoS tidak memungut biaya apapun termasuk saat tracking. Cukup tunjukkan KTP/ tanda pengenal, Anda sudah bisa menikmati wisata sejarah di kota Pahlawan. Berikut ini, terlampir dokumentasi pribadi.
Terletak tak jauh dari Montupa (sekitar 5 menit jika tanpa nyasar :p), HoS bisa ditemukan di kompeks bangunan bergaya kolonial Belanda. Bangunan ini dibangun pada tahun 1862 yang semula digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola Belanda. Lalu, sekitar tahun 1932 bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee, pendiri pabrik rokok Sampoerna.
Museum ini menyuguhkan beragam pemandangan unik yang bisa membuat pengunjung terkagum-kagum. Selain desain interior yang masih terawat, ditambah dengan aksesoris unik dari zaman kolonial Belanda, museum ini juga memberikan pengetahuan mengenai bagaimana cara pembuatan rokok. Di sana, terdapat sekitar 3.000 pekerja wanita yang perjamnya melinting lebih dari 300 batang rokok.
Museum yang letaknya berdekatan dengan Penjara Kalisosok yang sejak tahun 2001 seluruh tahanan dipindahkan ke Porong ini terdiri dari dua lantai. Lantai satu terdiri dari sejarah berdirinya bangunan HoS, foto-foto pendiri & pemilik saham, aksesoris unik dari tahun ke tahun, juga beragam lukisan. Sementara di lantai dua terdapat pemandangan serupa hall yang mengarah ke lantai satu tempat para pelinting rokok bekerja. Di sana, juga terdapat ruangan sampel di mana sebagian pelinting lengkap bekerja di lantai dua.
Di sisi lain, terdapat satu ruangan pameran yang perbulannya berganti tema. Saat kami berkunjung, pameran batik sedang berlangsung. Sayangnya, di pameran tersebut hanya sebagian batik yang dipamerkan.
Menambah kesan unik sekaligus melengkapi perjalanan wisata di kota Pahlawan, HoS menyediakan Bus khusus untuk berkeliling kota Surabaya dengan rute yang berbeda. Bus ini ada setiap hari, setiap jam 9, 11, 13, dan 15. Sebagai saran, jika Anda ingin mengikuti Surabaya Heritage Track (SHT) saat weekend, ada baiknya pesan jauh-jauh hari (atau minggu). Karena sesuai pengalaman, kami (dalam hal ini saya dan teman yang lain) tidak mendapatkan kursi jika pesan saat itu juga. Beruntung, kami datang saat weekdays yang artinya bisa mendapatkan kursi secara langsung.
Untuk tujuan track, kami hanya dapat dua tempat yakni di Balai Pemuda dan Gedung Kebudayaan Cak Durasim. Namun, tidak perlu khawatir atau kecewa, karena sepanjang perjalanan tracking, Anda akan ditemani oleh guide yang senantiasa memberikan keterangan di sepanjang jalan yang dilewati. Seperti gedung Balai Pemuda yang dulunya adalah bar atau tempat hiburan Belanda dimana kaum pribumi dilarang masuk. Lalu Kantor Pos Kebon Rojo yang merupakan kantor pos pertama di Surabaya. Menyusul Gedung PTPN XI yang dulunya juga merupakan perkebunan tebu pertama dan kini menjadi perkantoran dengan arsitektur megah zaman kolonial Belanda. Kemudian Gedung Internatio yang dulunya merupakan cikal bakal Bank Indonesia sebelum pindah di sisi utara Montupa.
Beranjak ke gedung kebudayaan Cak Durasim, di sana sedang digelar persiapan pagelaran wayang kulit asal Bojonegoro (sorry, if I'm mistaken) untuk malam hari. Fyi, Cak Durasim adalah budayawan asal Surabaya yang gugur ditembak tentara Jepang karena parikannya yang terkenal, "Bukupon omahe doro, melok Nipon tambah sengsoro."
Untuk biaya, HoS tidak memungut biaya apapun termasuk saat tracking. Cukup tunjukkan KTP/ tanda pengenal, Anda sudah bisa menikmati wisata sejarah di kota Pahlawan. Berikut ini, terlampir dokumentasi pribadi.






Comments