Salah Asuhan
Tara mendesah, wanita di depannya terlalu rapuh untuk ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Tapi, jika ia memaksa untuk terus bersamanya, dirinya-lah yang belum siap menanggung akibatnya.
"Tapi, kenapa? Memangnya aku salah apa?" wanita itu bertanya, raut wajahnya tidak lepas sedetik pun dari biji mata hitam Rama.
Kepala Tara digelengkan pelan. "Aku nggak bisa, Sa. Nggak bisa sama kamu terus."
Sementara wanita yang dipanggil Sasa itu menangis, Tara berbalik langkah, berjalan menjauh. Meninggalkan wanita yang dipacari selama tiga tahun itu.
Cinta kita tidak sesederhana yang kamu bayangkan, Sa.
Rintik hujan mengiringi kepergian Tara. Meninggalkan luka dalam bagi Sasa. Surat di genggamannya berulang kali dibaca, memastikan dirinya tidak salah membaca jalinan kata yang tertera.
Aku yang salah. Memberimu harapan di saat aku tengah berjuang dengan diriku sendiri.
Sasa kembali membaca bergantian antara kertas yang ada di genggaman dengan rangkain tulisan lain di depannya.
Kamu berhak bahagia tidak denganku. Sengaja aku menghindar saat aku tahu ia akan menghancurkan hidupku, juga kamu jika kita teruskan.
Dirgantara, 23 November 2009.
"Tapi, kenapa? Memangnya aku salah apa?" wanita itu bertanya, raut wajahnya tidak lepas sedetik pun dari biji mata hitam Rama.
Kepala Tara digelengkan pelan. "Aku nggak bisa, Sa. Nggak bisa sama kamu terus."
Sementara wanita yang dipanggil Sasa itu menangis, Tara berbalik langkah, berjalan menjauh. Meninggalkan wanita yang dipacari selama tiga tahun itu.
Cinta kita tidak sesederhana yang kamu bayangkan, Sa.
Rintik hujan mengiringi kepergian Tara. Meninggalkan luka dalam bagi Sasa. Surat di genggamannya berulang kali dibaca, memastikan dirinya tidak salah membaca jalinan kata yang tertera.
Aku yang salah. Memberimu harapan di saat aku tengah berjuang dengan diriku sendiri.
Sasa kembali membaca bergantian antara kertas yang ada di genggaman dengan rangkain tulisan lain di depannya.
Kamu berhak bahagia tidak denganku. Sengaja aku menghindar saat aku tahu ia akan menghancurkan hidupku, juga kamu jika kita teruskan.
Dirgantara, 23 November 2009.
Comments