Satu
Aku tengah mencari blok kios sayur di pasar tradisional bersama seorang teman laki-laki yang bertugas sebagai kameramenku. Lumayan ribet mencari kios yang aku sendiri lupa tempatnya di mana. "Sori, aku agak lupa. Seingatku di blok ini," aku menjentikkan telunjuk, mengetuk-ngetuk dagu sembari terus berjalan mendahului Reski, kameramenku. Hari ini rencananya kami mau meliput usaha sayur milik Bu Rosyidah yang katanya sudah buka sejak tahun 70-an. Bahkan sempat mengalami kebakaran dua kali saat Pasar Wonokromo ludes dilalap si jago merah di tahun 1992 dan 2002. Hebatnya, beliau tidak patah arang, tetap berdagang sayur meski kala itu keuangan sedang carut marut. "Ingat?" Reski menegurku. Membuat langkahku perlahan terhenti dan melihat sekeliling. Tidak ada satupun wajah pedagang yang kukenal. Aku menggeleng. "Mestinya kiosnya di sini. Tapi aku lupa," ujarku lemah. Kebiasaan disorientasi tempat dan arahku selalu kambuh. Hampir setiap hari bahkan. Empat-lima