Enam
Jika aku boleh memilih, mungkin aku akan melabuhkan rasa pada orang yang belum pernah hadir dalam hidupku sebelumnya. Agar jika aku terlampau sakit pada sebelumnya, rasa itu tidak kembali menusuk, menggores luka. Tapi sayangnya, aku tidak bisa mengelak takdir Tuhan. Takdir yang justru mempertemukan kami pada waktu yang kurasa kurang tepat. Pada tempat yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Pada kejadian yang sungguh di luar kehendakku. *** Aku mengaduk-aduk gelas espresso dengan sendok mungil sementara pikiranku terus menerawang. Ada yang salah dengan kejadian beberapa hari ini. Ada yang timpang. Ada yang tidak seharusnya terjadi. Dan itu... Kehadirannya. Beberapa kali aku membuang napas sekenaknya. Mengacuhkan siapa saja atau apa saja yang mampir dalam realita. Masyuk dengan pikiran tak pasti yang melaju kencang, mengupas memori satu persatu. Kenapa harus terjadi, sih? "Unbelievable," desisku sambil menatap cangkir kopi lesu, mengetuknya perlahan dan berulang dengan s