Nostalgia: Jipang Brondong

Jipang

Jipang siap saji
Meski hidup di kota besar,
ternyata, saya masih bisa menemukan beberapa hal yang tergolong tradisional dan
kuno. Apalagi soal makanan :p.
Saya tinggal di daerah
perkampungan yang ada di Surabaya Selatan. Meski masuk kategori kampung, justru
saya bersyukur karena masih sering menemukan hal-hal unik yang tergolong langka
dan tradisional. Seperti makanan. Kebetulan sekali, rumah saya terletak di
dekat pabrik pembuatan makanan yang seolah tak lekang oleh waktu, Jipang-Brondong.
Eh, betul, tak lekang oleh waktu? Mungkin, di perkotaan, makanan ringan
tersebut hanya bisa ditemukan di daerah perkampungan ya. Makanya, tidak mengherankan
jika Jipang-Brondong tergolong langka saat ini.
Iseng, saat hari libur, saya
datang untuk membeli Jipang dan Brondong. Kegiatan Pabrik Fajar Jaya siang itu
cukup sepi mengingat jam menunjukkan pukul setengah dua belas, waktunya
Jumatan. Seraya menyodorkan uang tiga ribu rupiah, saya juga melakukan negosiasi untuk urusan pekerjaan. Sekalianlah,
pikir saya. Cukup lama saya berada di pabrik pembuatan Jipang-Brondong yang
berdiri sudah cukup lama, sejak tahun 78-an. Step by step proses pembuatan
saya cermati.
Kalau dilihat-lihat, sebenarnya cara
pembuatan Jipang-Brondong ini tergolong mudah—mudah bagi yang sudah mahir
maksudnya, haha. Menggunakan bahan jagung dan beras ketan yang telah dijemur
sebelumnya, kedua bahan ini kemudian dikukus dan dicampur dengan gula (untuk
brondong dicampur dengan gula aren dan untuk ketan menggunakan gula putih). Setelah
bahan tercampur, baru diletakkan pada meja papan. Selanjutnya, adonan
dipipihkan untuk dipotong-potong sebelum dibungkus plastik. Gampang? Kayaknya :p.
Mencermati sekian proses yang ada, umumnya pekerja yang ada
di pabrik pembuatan Jipang-Brondong ini sudah bekerja puluhan tahun, hampir 30
tahunan. Makanya, tidak mengherankan jika kerja mereka cepat dan taktis. 30
tahun, jeh!

Jagung dijemur

Mencampur adonan dengan gula

Hap!

Proses pemipihan dan pemotongan

Suasana pabrik

Pekerja anak
Setelah adonan jadi, dibungkus menggunakan plastik, dan
direkatkan dengan bantuan api kecil, perkotak Jipang dan Brondong dijual
seharga 500 rupiah. Itu di pasaran, kalau dari pabrik pasti lebih murah,
sekitar 350 rupiah perkotak. Kalau mau lebih murah lagi, bisa beli curah atau
potongan tidak beraturan. Bisa dapat satu kantung plastik penuh.
Memasuki era modern, percaya atau tidak, jajanan manis dan
enak serta gurih ini lebih sering ditemui di warung-warung kampung dan
didistribusikan di pasar tradisional. Ada yang lebih modern kemasannya, tapi
harganya jelas berbeda jauh. Rasanya pun jauh lebih manis dengan kemasan yang
lebih tertata apik. Biasanya, Jipang dan Brondong modern dikemas menggunakan
kertas putih atau plastik bening tebal. Jadi terlihat mewah.
Jipang dan Brondong Jagung, lazimnya cocok dijadikan cemilan
sore dengan teh hangat sebagai teman duduk. Nyam... kriuk, rindu jajanan
masa lalu juga?

Tita unyuuuu :*

Jipang

Brondong Jagung
Comments