Kuliner: Lontong Balap Rajawali

Lontong Balap. Mendengar namanya, mungkin di antara kalian sudah bisa menebak bahwa itu adalah makanan legendaris asal Kota Pahlawan. Iya, betul sekali, Lontong Balap adalah makanan khas kota Surabaya. Menurut asal muasal, penamaan Lontong Balap didasarkan pada penjual lontong cambah (kecambah, Red) yang dipikul sambil setengah berlari karena membawa beban terlalu berat. Sehingga jalannya pun tampak seperti orang tengah balapan. Ya, who knows?

Komposisi Lontong Balap sendiri pun tampak sederhana. Yakni, irisan lontong, kecambah rebus, kuah, potongan tahu, dan lentho. Yang membuat Lontong Balap ini nikmat adalah racikan bumbunya. Di mana bumbu terdiri atas petis (hasil fermentasi) ikan atau udang, cabe sesuai selera, dan bawang goreng. Ada beberapa tempat yang pembuatan petisnya diulek di piring alias perpiring perporsi petis, ada juga yang petisnya sudah jadi. Jadi, hanya akan ditambahkan di piring. Umumnya, opsi kedualah yang dipilih pedagang.

Sebagai makanan khas kota berlambang Suro dan Boyo, Lontong Balap menjadi ikon. Nah, sebagai ikon, ada satu tempat makan Lontong Balap yang istimewa dan recommended sekali. Berada di jalan Rajawali, Lontong Balap ini berdiri sejak tahun 1956. Sudah lahir? :p

Sedikit sejarah tentang Lontong Balap Rajawali. Dulunya, ayah dari Cak Miranto—pemilik Lontong Balap— ini berjualan keliling dengan pemanggul. Sekitar 4 tahun berkeliling, beliau memutuskan untuk menetap di sisi SPBU Rajawali. Nah, di awal tahun 90-an, warga asli Gresik ini lantas memutuskan untuk pindah ke trotoar jalan Rajawali atau persis di depan SPBU Rajawali. Tempatnya minim, tapi pelanggannya, beeeh, jangan remehkan; banyak! Bahkan, bukan hanya warga asli yang mencicipi, warga luar kota, luar pulau, dan luar negeri pun jika bertandang ke Surabaya pasti mampir ke sini.

Tidak ada yang berbeda dengan Lontong Balap pada umumnya. Hanya saja, banyak pelanggan yang mengaku bahwa kecambah atau tauge milik Lontong Balap Rajawali ini lebih enak, kriuk, dan berbeda. Apalagi bumbu petisnya yang muaknyuuus. Memang iya, sih, kalau dibandingkan dengan Lontong Balap yang pernah saya coba. Biasanya, Lontong Balap ini dinikmati dengan Sate Kerang dan Es Degan. Apa alasannya? Sate Kerang sebagai bahan penambah lauk (bagi yang merasa makan hanya dengan kecambah, tahu, dan lentho, kurang). Sedangkan Es Degan sebagai penetralisir dari rasa petis yang bagi sebagian besar orang terasa terlalu menyengat, membuat gatal, dan menimbulkan bau tak sedap.


Di Lontong Balap Rajawali ini, perporsinya dibanderol 10.000 rupiah, Es Degan 3.000 rupiah, dan Sate Kerang 5.000. Tapi, berhubung saya dalam rangka bekerja, jadi gratisan. *dijewer massal :p*. Bagaimana? Tertarik, nggak? Kalau enak, kabar-kabar yaa. Kalau nggak enak, yaa, simpan sajaaa, rasa di hatimuuu, sudah lupakan hasrat... *malah nyanyi :p*


Lontong Balap (kecambah, lentho, tahu)

Petis


Sate Kerang

Es Degan

Rame di saat makan siang

Lontong Balap Rajawali

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu