Short Trip: Pantai Tamban
Pantai Tamban Indah.
Memiliki jatah libur sehari membuat saya berpikir sebisa
mungkin meluangkan waktu untuk jalan-jalan. Minggu lalu, dengan rencana yang
sudah disusun satu bulan sebelumnya, saya akhirnya berangkat untuk jalan-jalan,
short trip. Malang tetap menjadi tujuan wisata utama karena aksesnya
yang mudah dan partner travellingnya yang ready stock #eh :p.
Sebenarnya, saya berniat untuk ke Pulau Sempu, tapi karena satu kendala, tujuan
pun dialihkan ke tiga pantai yang ada di Malang Selatan.
Kata Malang Selatan langsung tergambar di pikiran sebagai daerah Kabupaten Malang yang terpencil, jauh dari peradaban, susah sinyal, dan melelahkan *ditimpuk warga Malang :p*. Tapi karena saya penasaran dengan pantai-pantainya, bolehlah dicoba perjalanannya. Toh, apa yang ada di
pikiran belum tentu sesuai dengan kenyataannya, kan? *haha, gaya banget!*
Partner perjalanan kali ini sama dengan saat trip ke
Bromo bulan lalu, Har. Seperti sebelumnya, Kamis malam sepulang kerja, saya
bergegas untuk mandi dan beberes seperlunya. Karena siang harinya saya
menyempatkan diri untuk ke stasiun dan mendapati tiket kereta Surabaya-Malang
habis, maka saya putuskan untuk menggunakan jasa bus. Hitung-hitung sekaligus
survey lapangan tarif bus setelah BBM naik sudah ikut naik apa belum. Dan
ternyata sudah naik, padahal saat itu Perda belum diketok, apalagi SK Menteri.
Tarif bus patas Surabaya-Malang sekarang dibanderol 23.000, sebelumnya 20.000
rupiah.
Menggunakan jasa bus dari terminal Bungurasih, bus berhenti
di pemberhentian terakhir, terminal Arjosari Malang. Saat itu, sekitar pukul 9
malam, angkot sudah minim. Apalagi angkot tujuan ke Mergosono—tempat Har
bermukim— yang hanya tersisa satu. Masih dalam misi survey lapangan, tarif
angkot di Malang justru bikin saya jantungan *lebay :p*. Gimana nggak? rencana
kenaikan tarif angkot kala itu sebesar 500-700 rupiah, dari 2500-2700 menjadi
3200-3700 yang mungkin realisasinya dipatok seharga 4000 rupiah. Tapi di Malang
sudah mencapai 5000 rupiah, hebring!
Sampai di tempat Har, kami melakukan ritual laiknya wanita
pada umumnya. Apalagi kalau bukan girl talk’s moment? :p, sampai waktu
menjelang tidur.
The day—kami berangkat pukul 7 tepat dengan
menggunakan motor. Estimasi waktu 1,5-2 jam perjalanan. Tujuan perjalanan mantai
kami yakni Pantai Tamban, Pantai Gua Cina, dan Pantai Ungaran Bajul Mati (yang
nanti akan saya ceritakan karakteristik pantainya di posting yang
berbeda).
Ketiga pantai yang akan kami kunjungi ini berada di balik
perbukitan dan pegunungan. Jadi, diakui atau tidak, perjalanan menuju ketiga
pantai ini menyenangkan. Pepohonan dan rumah-rumah sederhana menghiasi barisan
perbukitan. Dengan akses yang sudah baik, jarak lebih dari 80 kilometer pun
terasa sebentar—meski pantat mulai panas :p.
Pemandangan di perjalanan.
Terletak di desa Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan, Malang
Selatan, kami sampai pukul 8.45. Pos pembelian tiket belum buka, jadi kami langsung
masuk tanpa membeli tiket yang dibanderol 5000 rupiah. Awal sampai di Pantai
Tamban saya takjub. Kenapa? Karena saya rindu pantai, rindu melihat deburan
ombak yang mendayu-dayu *mulai lebay :p*. Dari pintu masuk yang terbuat dari
bambu, saya melihat gerombolan anak muda yang menginap di pantai. Terlihat dari
beberapa tenda yang masih berdiri. Saya pikir, seru kali ya, kalau mendirikan
tenda dan bermalam di pantai.
Selayang pandang, aktivitas penduduk lokal pagi itu masih
mati. Sejumlah perahu yang biasa digunakan melaut, terparkir berjajar. Logis,
ombak pagi itu cukup tinggi. Fyi, Malang Selatan berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia, sehingga jika pasang, cukup membahayakan jiwa. Malang Selatan juga
memiliki potensi rawan gempa dan tsunami.
Melihat-lihat sejenak, sekilas saya bisa simpulkan, bahwa
Pantai Tamban bukan pantai yang begitu indah. Deburan ombaknya tidak jernih dan
cenderung membawa partikel pasir, sampah organik, dan benda-benda lain yang
hanyut di laut. Semuanya terbawa arus dan tertambat di bibir pantai. Dan yang
membuat kondisi pantai lebih menyedihkan adalah dengan banyaknya anjing penduduk
berkeliaran, persis Bali. Tapi saya mencoba menikmatinya. Sayang, kalau
jauh-jauh dari Surabaya berniat untuk liburan tapi nggak dinikmati, ya, kaaan?
:p.
Kapal dan perbukitan.
Pantai di balik bukit.
Sampah di mana-mana.
Di sisi kiri—jika kita menghadap pantai— (maafkeun, saya
disorientasi arah, hanya paham kanan-kiri :D) pengunjung bisa mengambil foto
dengan background klasik, pepohonan kering yang menjorok. Lumayan bagus viewnya
kalau yang ambil gambar tahu tekniknya. Kalau nggak tahu tekniknya, yaa,
semacam saya, asal jepret, hahaha. Di tengah panasnya cuaca pantai pagi itu, di
depan rumah penduduk berjajar rerimbunan pohon dan perahu. Lumayan menyejukkan.
Tapi sayang, lagi-lagi banyak anjing. Mana pakai acara anjing-anjing itu
berantem pula #ngeeek.
Dari sisi kiri, kami menyusuri sisi kanan—teteup, jika kita
menghadap pantai. Di sana, rerimbunan pohon tampak lebih manusiawi karena
terdapat tempat duduk dari pohon yang bisa digunakan untuk beristirahat. Cukup cepat
kami berfoto-foto geje di Pantai Tamban ini, kami akhirnya memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan ke pantai selanjutnya, Goa Cina.
Saat akan melanjutkan perjalanan, kami sempat melihat-lihat
kondisi sekitar desa. Kami mendapati satu musalla mungil, satu pemondokan dan travel
agent, jejeran kamar mandi, dan rumah penduduk yang dilengkapi dengan
anjing. Banyaknya anjing-anjing tersebut membuat saya seketika saja berpikir,
bahwa penduduk lokal Pantai Tamban bukanlah warga muslim. Pikiran ini sempat didukung
dengan kabar lalu yang sempat saya dengar saat di bangku sekolah dulu, bahwa
daerah Malang Selatan adalah tempat kristenisasi terbesar di wilayah Malang. Kabar
sambil lalu dan kenyataan di lapangan ini ternyata diamini oleh salah satu
tokoh di wilayah Bajul Mati saat kami bertandang ke rumahnya.
Warung-warung.
Perahu cuti.
Ponten.
Travel agent.
Tempat istirahat.
Musalla.
Well, bagi saya, apapun agamanya, yang penting saling
bertoleransi sudah cukuplah. Banyak anjing atau enggak, asalkan warga muslim
tidak merasa terganggu, kenapa nggak yaaa? :D
Comments