Lost in Jogja #3

Ceritanya, sih, begini... Ngayogyakarta. Saya masih ingat betul, sebelum berangkat ke stasiun menuju Jogja, Pakde telepon dan bilang, hati-hati yoo, feelingku nggak enak. Eaaa banget. Saat itu saya tertawa. Meski demikian, semua pesan hati-hati dari siapapun, saya ingat-ingat. Termasuk dari ibu. Beliau tidak tahu kalau saya berbohong. Sebenarnya bukan berbohong, tapi membelokkan kata-kata. Memang rencana di awal, saya berangkat dengan seorang teman, tapi kenyataannya dia batal ikut. Masa iya, saya juga ikut batal? Tentu nggak, kan? Nah, di saat berangkat itulah, saya tekankan, nanti ada teman menunggu di stasiun. Padahal nggak ada :p. Tapi, kalau melihat keadaan saya di Jogja selama dua hari, kenyataannya memang tidak ada yang harus ditakutkan dan tidak perlu takut. Yang membuat saya pede, selain ada teman--meski tidak ditemani jalan atau sekadar bertemu, rambu-rambu yang lumayan jelas, merasa masih serumpun bahasanya, juga karena saya percaya akan ada balasan bagi sia