City Tour: Ekowisata Mangrove
Yes, akhirnya berada pada saat di mana saya nganggur total. Mumpung lagi dalam perjalanan, nggak ada salahnya saya update dan cerita sedikit tentang wisata di Surabaya.
Sebenarnya, ini bukan city tour yang saya rencanakan. Hanya saja kebetulan piket lebaran membuat saya harus datang dan jalan-jalan ke wilayah Timur Surabaya, Pantai Timur Surabaya, Pamurbaya. Di Pamurbaya, seperti umumnya wilayah pesisir, banyak mangrove atau pohon bakau yang melindungi kota. Seperti yang kita tahu, mangrove berfungsi sebagai tanaman pencegah abrasi dan erosi laut. Bukan itu saja, kekayaan ekosistem dan bagian-bagian bakau juga kaya manfaat. Jadi, sayang kalau banyak orang ramai-ramai tebang pohon bakau.
Makanya, keberadaan Ekowisata Mangrove di Pamurbaya sebenarnya dilematis. Kenapa? Karena keberadaannya mengganggu ekosistem setempat. Tidak dipungkiri lagi, aneka satwa banyak mengungsi dari habitatnya, mati atau menjadi jarahan penduduk setempat. Salah satunya adalah adanya sekitar delapan monyet hutan yang ditangkap dan diikat untuk dijadikan tontonan pengunjung. Sadis. Bukti lainnya, ekosistem udang dan ikan di sekitar perairan payau banyak yang mati. Dulunya, pekerjaan penduduk setempat mayoritas adalah nelayan. Sekarang? Mereka beralih (menjadi bagian dari Ekowisata) setelah mengeluh ke sana ke mari. Ekosistem aneka burung juga terganggu karena mangrove banyak dijadikan satwa-satwa bebas sebagai tempat peralihan. Tapi, setelah adanya pembangunan Ekowisata Mangrove, semuanya perlahan berubah. Belum lagi dengan keberadaan perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan.
Dilemanya, semua pembangunan tersebut disetujui Pemda setempat. Apalagi kalau bukan soal pemasukan daerah?
Ah, tapi, semuanya sudah terjadi. Terletak di Timur Surabaya, siapa saja boleh berkunjung ke mari. Hanya membutuhkan tiket kapal sekitar 15-25 ribu rupiah, pengunjung bisa tahu kondisi perairan payau yang cukup banyak ditemukan sampah. Atau bisa juga menyewa boat dengan harga 300 ribu untuk 6 orang maksimal. Adanya banyak pengunjung membuat siapa saja bisa membuang sampah sembarangan. Keren. Mau coba?
Perjalanan menuju pos pemberhentian membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Di pemberhentian, pengunjung bisa bersantai menikmati pemandangan lepas pantai melalui gazebo yang tersedia. Mau foto-foto, makan, atau sekadar melihat sekitar dan ngobrol, juga bisa. Terserah mau ngapain aja, bisa sepuasnya. Selain menikmati pemandangan lepas pantai, pengunjung juga bisa berpose seolah tengah berada di belantara hutan. Karena ada dermaga penghubung gazebo dan pos pemberhentian. Ah, di sepanjang perjalanan, pengunjung juga akan disambut kawanan burung yang jumlahnya minim. Tidak sebanyak dulu.
Untuk ukuran libur lebaran, wisata seperti ini cukup banyak diminati ternyata. Karena okupansi kunjungannya naik lumayan. Jika hari biasa hanya sekitar 100-200 pengunjung, maka libur lebaran bisa sampai 600-700 pengunjung perhari. Bagaimana, tertarik untuk bekeliling dengan kapal? Asal jangan buang sampah sembarangan ya. Selamat berlibur.

Fasilitas Ekowisata Mangrove.
Sebenarnya, ini bukan city tour yang saya rencanakan. Hanya saja kebetulan piket lebaran membuat saya harus datang dan jalan-jalan ke wilayah Timur Surabaya, Pantai Timur Surabaya, Pamurbaya. Di Pamurbaya, seperti umumnya wilayah pesisir, banyak mangrove atau pohon bakau yang melindungi kota. Seperti yang kita tahu, mangrove berfungsi sebagai tanaman pencegah abrasi dan erosi laut. Bukan itu saja, kekayaan ekosistem dan bagian-bagian bakau juga kaya manfaat. Jadi, sayang kalau banyak orang ramai-ramai tebang pohon bakau.

Mangrove.
Makanya, keberadaan Ekowisata Mangrove di Pamurbaya sebenarnya dilematis. Kenapa? Karena keberadaannya mengganggu ekosistem setempat. Tidak dipungkiri lagi, aneka satwa banyak mengungsi dari habitatnya, mati atau menjadi jarahan penduduk setempat. Salah satunya adalah adanya sekitar delapan monyet hutan yang ditangkap dan diikat untuk dijadikan tontonan pengunjung. Sadis. Bukti lainnya, ekosistem udang dan ikan di sekitar perairan payau banyak yang mati. Dulunya, pekerjaan penduduk setempat mayoritas adalah nelayan. Sekarang? Mereka beralih (menjadi bagian dari Ekowisata) setelah mengeluh ke sana ke mari. Ekosistem aneka burung juga terganggu karena mangrove banyak dijadikan satwa-satwa bebas sebagai tempat peralihan. Tapi, setelah adanya pembangunan Ekowisata Mangrove, semuanya perlahan berubah. Belum lagi dengan keberadaan perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan.
Monyet.
Ah, tapi, semuanya sudah terjadi. Terletak di Timur Surabaya, siapa saja boleh berkunjung ke mari. Hanya membutuhkan tiket kapal sekitar 15-25 ribu rupiah, pengunjung bisa tahu kondisi perairan payau yang cukup banyak ditemukan sampah. Atau bisa juga menyewa boat dengan harga 300 ribu untuk 6 orang maksimal. Adanya banyak pengunjung membuat siapa saja bisa membuang sampah sembarangan. Keren. Mau coba?

Sampah numpuk.
Untuk ukuran libur lebaran, wisata seperti ini cukup banyak diminati ternyata. Karena okupansi kunjungannya naik lumayan. Jika hari biasa hanya sekitar 100-200 pengunjung, maka libur lebaran bisa sampai 600-700 pengunjung perhari. Bagaimana, tertarik untuk bekeliling dengan kapal? Asal jangan buang sampah sembarangan ya. Selamat berlibur.




Fasilitas Ekowisata Mangrove.
Comments