Posts

Showing posts from September, 2013

Aku, Kamu, dan Sunrise Gunung Bromo

"Serius?" aku membelalakkan mata, tidak percaya. Gimana nggak? selama ini aku hanya bisa membayangkan menikmati panorama matahari terbit di gunung Bromo. Tapi sekarang, Nemo justru mengajakku turut dalam perjalanannya. Aku tahu, ini bukan kali pertamanya ke Bromo. Tapi mengajakku untuk ikut serta, berdua saja, kurasa memang baru kali ini. Aku tersenyum lebar masih tidak percaya. Sementara Nemo hanya mengangguk-angguk yakin, menantangku untuk benar-benar ikut. "Tapi kamu tahu, izin ayah dan ibu nggak mudah didapat," buru-buru aku kecewa. Mulutku mengerucut. Nemo. Sebenarnya namanya bukan Nemo, tapi Bara. Nemo adalah panggilan yang kuberikan saat kami menonton Finding Nemo berdua di rumahku saat usia kami baru berusia 13 tahun. Begitu imut dan lucunya Nemo, membuatku langsung terinspirasi untuk memanggil Bara dengan sebutan itu. Alasan lainnya, hanya karena saat itu fisik Nemo dan Bara adalah sama, kecil--lebih kecil dari pada aku. Tapi itu dulu, jangan tanya se

Festival Majapahit Internasional 2013

Image
Peserta dari sembilan negara. Sebenarnya saya hanya mendapat tugas meliput preskon Festival Majapahit Internasional 2013 di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, bukan saat acara berlangsung. Karena saat acara mulai, sudah ada tim kantor yang meliput khusus. Tapi, karena kangen melihat pertunjukan sendratari, akhirnya saya ikut berangkat bersama rombongan jurnalis dan beberapa panitia ke Taman Chandrawilwatikta, Pandaan, Pasuruan, sepulang jam kerja. Festival Majapahit Internasional 2013 sendiri merupakan festival internasional serupa kedua yang diselenggarakan oleh Disbudpar Jatim setelah vakum 32 tahun dan diikuti oleh sembilan negara Asia. Seperti Laos, Thailand, Malaysia, India, Singapura, Kamboja, Filipina, Myanmar, dan Indonesia. Acaranya berlangsung tiga hari berturut-turut, 11-13 September 2013 lalu. Dibuka dan disaksikan langsung oleh perwakilan duta besar di Jatim, pembukaan acara ini berlangsung sangat meriah. Ada sekitar sepuluh ribu pengunjung

Nostalgia: Gulali Gula-Gula

Image
Salah satu kegiatan saya saat hari libur adalah mencari apa saja yang menyenangkan hati. Termasuk mencari jajanan jadul gulali aneka bentuk. Berada di tengah perkampungan kota Surabaya, cukup sering saya menemukan aneka jajanan jadul. Kali ini, giliran gulali yang membuat saya girang. Sebenarnya, cukup sering saya menemuinya. Tapi baru kali ini yang benar-benar beli, ngobrol, dan motret :p. Dari hasil ngobrol singkat dengan penjaja, untuk membuat gulali gula-gula aneka bentuk ini bisa dibilang cukup mudah. Caranya, satu kilogram gula dilarutkan dengan 400 mililiter air, diaduk dan dicampur dengan pewarna makanan, sampai 2-3 jam. Adonan ini tidak boleh dingin, harus tetap hangat. Karena jika tidak, adonan akan mengeras dan sulit dicetak. Yang membuat sulit, tentu saja membentuk gulalinya, ini menurut saya :p. Tapi, kalau mau lebih mudah, bisa saja membeli cetakan ceper untuk membuat bentuk yang diinginkan. Umumnya, setiap hari penjaja berkeliling dari satu kampung dan sekolah. Untuk

Sandal yang Tertukar #2

Bagaimanapun juga, pengalaman mengajarkan untuk tahu, mana yang dinamakan kesempatan, peluang, atau justru keberuntungan. Aku tersenyum simpul mendengarkan rangkaian cerita Tom. Hari sudah sore dan aku masih betah duduk di lesehan Gudeg Wijilan, depan Keraton Jogja. Sengaja tidak langsung ke daerah Wijilan karena memilih tempat yang tidak begitu ramai dan nyaman. Pantas saja malam itu raut wajah Tom kesal bercampur sedih. Mendengar ceritanya saja aku ikut simpati. Pantas juga dia memposisikan dirinya serupa Rakai Pikatan. Hanya bedanya, dia tidak membunuh, apalagi mengutuk wanita yang disebutnya penipu. Hih, amit-amit. "Kau tahu Tom? Semua itu ada alasannya. Bukan karena nasib sial sedang memburumu, bukan banget. Tapi justru karena Tuhan sedang menyelamatkanmu," aku duduk bersila di depannya, berkali-kali memberinya senyuman. Dia ikut tersenyum. Aku meraih gelas teh hangat, meneguknya sedikit. Rasa harum daun teh tercium indra penciuman, menenangkan.  "Coba bayangkan

Sandal yang Tertukar #1

Lelaki berparas bersih itu menghembuskan napas berat. Di tangannya ada secarik kertas yang dilipat perlahan. Dari raut wajahnya, terlihat dia tengah dirundung duka. Tubuhnya yang tegap meski tidak gagah, kini lesu. Dua pundaknya layu dengan kepala tertunduk. Berkali-kali pandangannya beralih, bergantian antara buih air laut dan kertas yang dibawa. Kakinya dibuat menyilang, posisi benar-benar putus asa. Tidak dihiraukannya gegap gempita sekitar yang tengah merayakan malam pergantian tahun. Padahal langit cerah dengan aneka warna kembang api. Sekilas, dari kejauhan tempatku berdiri bersandar, kulihat dia meremas kertas yang dibawa dan melemparnya kuat ke lautan. Lelaki berkacamata bingkai hitam itu membuang kertas yang sudah digenggamnya beberapa saat. Mungkin dia kesal. Sejurus kemudian, kulihat dia mengacak-acak rambutnya kasar, saat yang kurasa tepat untukku bergabung, barangkali. Aku melangkah meninggalkan tempatku berdiri, berjalan menuju lelaki itu. Terus terang, aku penasaran. Me

Keindahan Pulau Tak Berpenghuni, Sempu Island

Image
Sabtu malam (24/8) saya sudah berkemas untuk ikut trip bareng Plurker Surabaya ke Papuma, Jember. Tapi batal H-1 jam keberangkatan. Saya gondok akut karena dilarang pergi dengan alasan saya baru saja bepergian ke Jogja (13-15/8) . Lah, namanya saya, begitu dilarang pergi, ya langsung menyusun rencana berikutnya dengan teman yang lain. Pokoknya, harus jadi jalan-jalan. Kapan lagi? Setelah mengontak Har dan Vis (teman trip ke Bromo ) detik itu juga pascapelarangan untuk pergi ke Papuma, kami sepakat untuk pergi ke Pulau Sempu hari Jumat (30/8). Perjalanan singkat dan dadakan itu pun dirancang sedemikian rupa agar benar-benar terjadi. Setelah rencana semi-matang tersusun, Kamis malam sepulang kerja saya berangkat bersama dua rekan lain asal Surabaya, Laila dan Lina, dengan menggunakan kereta ekonomi. Harga tiketnya masih 4.000 rupiah tujuan Stasiun Malang Kota Baru.  Di sepanjang perjalanan, saya menghabiskan waktu dengan tidur. Maklum saja, hari itu saya berangkat kerja pagi-pa

Day 12. FF: Bronis.

Whatever tickel your fancy adalah tema tetap setiap hari kelipatan enam. Dan hari ini saya akan membeberkan salah satu jenis kesukaan saya. Yakni, menulis flash fiction :p. Flash fiction atau cerita amat singkat memuat 500 kata (tapi saya suka kelewatan biasanya :p) adalah jenis tulisan yang menyenangkan menurut saya. Karena sifatnya yang pendek dan cepat tuntas, memungkinkan saya bisa menulis kapanpun dan di manapun ide datang. Selain bisa cepat menuangkan ide yang tetiba datang, juga bisa latihan menulis. Jadi, memang layak menjadi kesukaan ya :)). ###---***---### Pagi itu, aku berkemas taktis. Seperti jadwal yang sudah disepakati, aku dan Boy akan berangkat menuju kepulauan Karimun Jawa. Estimasi waktu dari Surabaya ke Jepara sekitar delapan jam ditempuh dengan bis. Sampai terminal bisa jalan kaki ke Pelabuhan Kartini sekitar sepuluh menit. Jadi, bisa dikatakan, kami akan sampai dan siap menyebrang pukul 6 tepat--jika tidak molor. Berbagai persiapan sudah lengkap, tinggal telepon

City Tour: Forest Ria, Plasa Surabaya

Image
Awal Juli lalu saya sedang rindu dengan tempat wisata di Surabaya yang dulunya sering kami kunjungi. Salah satunya adalah Forest Ria, lantai 4 Plasa Surabaya--letalnya persis berhadapan dengan Delta 21. Hampir tiap minggu (saat keluarga kami masih berempat) kami jalan-jalan, dan Plasa Surabaya menjadi pilihan wajib dikunjungi. Sama halnya dengan anak-anak lain, saya selalu gembira jika diajak jalan-jalan--sekarang pun :p. Bahkan, saya selalu punya baju favorit untuk jalan yang beberapa kali jalan ya pakai itu-itu saja. Haha, maklum anak-anak :p. Karena kerinduan pada masa kecil, maka Jumat beberapa bulan lalu, saya mengajak Ilma dan Tita yang ternyata belum sekali pun jalan-jalan ke sana mencoba wahana permainan yang ada. Kasian :p. Saya masih ingat, lantai 4 Plasa Surabaya dulunya sangat populer oleh anak-anak seusia saya. Sayangnya pemandangan itu begitu kontras dengan kini, yang begitu sepi. Saat bertandang untuk bernostalgia, saya dibuat kaget dengan semua wahana permainan yang