Posts

Showing posts from June, 2014

Dari Pantai Senggigi ke Sate Bulayak

Image
Jumat sore, kami sampai di Mataram. Kami memutuskan untuk menginap di Oka Homestay, dengan harga 100.000 rupiah perhari. Nuansa Hindu sangat terasa di sini. Saat kami datang, misalnya. Bu Oka dan Mbak Rini--pemiliknya--sedang menyiapkan sesajen untuk diletakkan di pura di depan rumah dan di titik-titik lain. Meski nuansa Hindu sangat kental, homestay dengan lima kamar itu cukup sejuk. Kali pertama datang, saya langsung merasa klik. Sebab, di depan deretan kamar disuguhi pemandangan teduh dan rimbun pepohonan. Belum lagi, kondisi kamarnya yang bersih dan pemiliknya yang ramah. Kloplah. Sesampai penginapan, Mbak Rini langsung menawari kami minum teh atau kopi hangat. Mungkin dia tahu kalau kami ngos-ngosan nyari penginapannya :)). Setelah sedikit lega, kami pun langsung menyewa motor di penginapan untuk melihat sunset di Pantai Senggigi. Harga sewa motor di Mataram lebih mahal dan nggak bisa ditawar. Di Oka Homestay, sewa motor perhari dihargai 60.000 rupiah dengan full bensin. Dari Ca

Ngeteng di Lombok

Image
Ini semua berawal dari resepsionis penginapan, Mbak Erni. Jumat pagi saat sarapan, saya bertanya tentang angkot Kuta-Mataram, karena kami mau pindah penginapan. Mbak Erni bilang, antara Kuta-Mataram tidak ada angkot, taksi, dan ojek. Yang ada hanya mobil travel. Iya mobil travel yang mahalnya semena-mena--waktu itu saya ditawari mbak resepsionis travel seharga 250.000 untuk berdua, cukup sekian dan terima kasihlah ya, saya nggak minat. Saya jelas nggak percaya. Sebab, kenalan saya--pendiri Lombok Backpacker sekaligus penulis buku Travel to Lombok, Lalu Fatah--mengatakan kalau ada ojek, bemo, dan engkel yang bisa mengantar sampai Mataram. Hanya memang mesti oper sampai empat kali. Rutenya Kuta-Praya-Mandalika-Cakranegara. Pikir saya, taksi tidak bisa masuk kawasan Kuta kecuali dari bandara, travel mahal, berarti jalan satu-satunya ya cuma ngeteng karena motor harus dikembalikan. Ya sudah, selesai Jumatan, kami ngeteng. Anw, Fatah ini penunjuk lokasi dan informan terjitu selama saya di L

Pantai Tanjung Aan Lombok

Image
Hari itu, lepas dari Pantai Seger, kami tidak segera menuju ke Pantai Tanjung Aan (orang Lombok menyebutnya Tanjung An. Lagi-lagi karena merasa 'berat' dengan huruf 'a'). Tapi kami balik ke penginapan untuk sarapan karena waktunya hanya dua jam, mulai pukul tujuh sampai sembilan pagi. Estimasi saya, kalau langsung lanjut Tanjung Aan, sarapan kami akan hangus. Sayang banget. Meski hanya omelette tomat dan atau pancake pisang, setidaknya itu bisa mengganjal perut sampai pukul enam sore nanti. Lumayan daripada nggak sama sekali. Well, Pantai Tanjung Aan di Lombok Tengah dikenal dengan pantai yang indah. Sayang, aksesnya rusak. Jarak yang sebenarnya dekat dari penginapan di Kuta kesannya jadi jauh. Sepanjang perjalanan selain perumahan sederhana penduduk, jalanan dipenuhi semak-semak. Agaknya betul kalau dikatakan berbahaya saat datang pagi-pagi buta. Sepi. Padahal kami datang sekitar pukul setengah delapan, sesuai yang disarankan oleh bapak penjaga peng

Segarnya Pagi di Pantai Seger

Image
Hari berikutnya di Lombok Tengah, kami memutuskan untuk berkeliling di sekitar penginapan. Sebenarnya ada banyaaak sekali pantai di dekat penginapan. Secara Lombok Tengah memang terkenal banyak pantai. Tapi apa daya waktu kami terbatas. Rencana kami pun sering molor gegara kelamaan di satu tempat. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat terdekat. Yaitu Pantai Seger, Pantai Tanjung Aan, dan Rumah Adat Sade. Pagi-pagi sebelum toko buka, kami melaju ke Pantai Seger, searah dengan Pantai Kuta tapi masih lurus *saya nggak paham mata kompas, maklum ya! :p*. Awalnya, kami sepakat dari Pantai Seger langsung menuju Tanjung Aan yang berdekatan, tapi kala itu oleh penjaga penginapan diperingatkan bahwa Tanjung Aan sangat rawan saat masih malam--warga Lombok lebih sering menganggap pukul 5-7 pagi dengan sebutan malam. Akhirnya, kami pun berlama-lama di Pantai Seger. Betul memang, pagi sekitar pukul 6, tempat wisata sangat sepi sekali. Saat kami sampai di Pantai Seger, han

Pantai Kuta Lombok kala Senja

Image
Selepas dari Taman Mayura di Mataram, kami langsung pulang menuju penginapan di Kuta. Sebenarnya, rencana awal adalah menikmati sunset di Pantai Senggigi. Namun, menurut pemandu di Taman Mayura, lebih baik kami pulang dan menikmati senja di Pantai Kuta, meski tidak ada sunset. Sebab, jalanan menuju penginapan dipastikan sama dengan saat kami kali pertama sampai di Lombok, gelap gulita dan berbahaya. Dan lagi, saya masih punya banyak waktu untuk melihat sunset di ikon Pulau Lombok, Pantai Senggigi. Pertimbangan keamanan itulah yang membawa saya dan partner memilih untuk balik kanan menuju Pantai Kuta. Pantai Kuta bukan hanya ada di Bali. Meski namanya sama, Lombok juga punya Pantai Kuta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mandalika. Nama Mandalika ini tidak akan saya lupakan karena nantinya akan membawa saya dalam perdebatan kecil dengan sopir engkel esok hari :))). Saya tidak tahu persis perbedaan Pantai Kuta Bali dengan di Lombok. Ya, meski saya pernah ke Bali tiga kali dan selal

Taman Mayura, Saksi Kerajaan Hindu di Lombok

Image
Sebenarnya, Mataram adalah tujuan kami di hari ketiga dan keempat. Tapi, karena kami kurang menguasai peta Lombok, selepas dari Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu, kami langsung menuju Mataram mencari tempat wisata apa saja yang bisa ditemui. Kami menemukan Taman Mayura yang letaknya persis di pusat bisnis perkotaan Cakranegara, Mataram, Lombok Barat. Tepatnya di belakang SPBU Cakranegara *meski di pusat kota, kami tetap nyasar dong! :))* Masuk ke Taman Mayura kalau tidak salah ingat, perorang ditarik harga 10.000 rupiah. Mungkin karena di pusat kota, harga tiketnya jadi lumayan mahal :p *dasar pelit!*. Di sini, pengunjung akan ditawari menggunakan jasa guide atau tidak. Saat itu, kami menggunakan jasa guide untuk menjelaskan secara detail sejarah Taman Mayura. Taman Mayura adalah saksi sejarah adanya kerajaan Hindu di Pulau Lombok. Dibangun pada abad ke-17 oleh raja Anak Agung Ngurah, Taman Mayura dulunya mempunyai fungsi sebagai tempat petilasan, tempat menjamu tamu, tempa

Seru-seruan di Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu

Image
Pagi hari, saya bangun dengan persiapan matang. Saking matangnya, saya bangun sebelum subuh untuk bersiap jalan-jalan. Tapi sayangnya, sepagi apapun saya bangun--dengan asumsi semakin pagi, semakin banyak tempat wisata dikunjungi--ternyata, toko-toko di sekitar penginapan belum buka, jalanan masih super gelap gulita! Akhirnya saya balik kanan, memilih untuk bengong di kamar sambil menunggu waktu sarapan. Pukul 7 pagi, resepsionis dan waitresd penginapan membuka menu sarapan. Menu sarapan di sana hanya ada dua pilihan; omelette tomat dan pancake pisang plus teh dan kopi panas. Selepas sarapan, sambil melihat peta di papan penginapan, saya meminta tolong resepsionis untuk disewakan motor. Dengan cekatan, dia pun langsung menelepon rekannya menggunakan bahasa adat Lombok, memesankan motor. Untungnya, saya mendengar percakapan mereka yang kalau tidak salah sedang menawar harga motor sampai 40.000 rupiah. Saya pun berpikiran bahwa harga sewa motor bisa ditawar! Maka, setelah resepsionis