Posts

Showing posts from July, 2014

Semanggi, Kuliner Legendaris Kota Surabaya

Image
Surabaya dikenal sebagai pusat kuliner dengan sensasi pedas di lidah. Selain Rujak Cingur, Lontong Kupang, dan Lontong Balap, Surabaya juga punya kuliner legendaris yang masih ada hingga kini. Bahkan, saking legendarisnya, ada juga lagu bertajuk Semanggi Suroboyo :D. Sama, rasanya pedas dengan sensasi manis di ujung lidah. Namanya, Semanggi. Semanggi lebih dikenal dengan sebutan Pecel Semanggi. Terbuat dari dedaunan semanggi, Pecel Semanggi memiliki cita rasa berbeda dengan jenis pecel lain yang ada. Hal ini lantaran bumbu Pecel Semanggi disajikan menggunakan campuran ketela, gula merah, dan kacang tanah. Sedangkan cabe ditambahkan sesuai permintaan pembeli. Semanggi sendiri merupakan tanaman yang tumbuh liar di sekitar rerumputan. Bentuk daunnya terdiri dari empat sisi dengan besar yang sama. Meski liar, di Surabaya, tanaman ini dibudidayakan. Tepatnya dibdaerah Benowo, perbatasan Surabaya dan Gresik, semanggi dibudidayakan di lahan-lahan milik warga. Uniknya, hampir seluruh penjual

One Day Trip di Pacitan

Image
Seminggu sebelum puasa, saya dan lima teman dari Plurk Surabaya memutuskan untuk berwisata ke Pacitan, kota Seribu Goa. Pacitan menjadi tujuan utama kami untuk one day trip. Alasannya, Pacitan tidak begitu jauh dari Surabaya, tetapi banyak objek wisata tersaji. Benar, Jawa Timur memang kaya. Tidak diragukan lagi. Kami berangkat pada Jumat malam menggunakan bis dari Terminal Bungurasih. Kami sengaja ngeteng, karena tidak mau ambil risiko terlalu capek di jalan. Bis paling akhir Surabaya-Pacitan pukul 22.30 dengan harga 45.000 rupiah. Namun kami stand by sejak pukul 21.30. Jelas, karena kami ingin mendapatkan tempat duduk. Sebab kami tahu, setiap Jumat malam warga pendatang Surabaya sering mudik ke daerah asal, termasuk Pacitan. Strategi kami tidak meleset, justru dengan stand by lebih awal, kami bisa leluasa memilih tempat duduk. Perjalanan Surabaya-Pacitan selama 6,5 jam kami habiskan dengan tidur. Memasuki Kabupaten Pacitan, jalanan meliuk bertebing membuat saya terjaga sepanjang

Taman Narmada, Hutan Suranadi, dan Bandara Internasional Lombok

Image
Minggu pagi adalah hari terakhir kami di Lombok. Rencana kami hanya keliling ke sekitar Mataram dan beli oleh-oleh. Entah kaus atau mutiara di Pasar Sekarbela. Pagi itu, kami menghabiskan waktu dengan duduk di depan kamar dan sarapan. Selebihnya, ngobrol dengan tetangga kamar asal Prancis dan Belgia. Dua orang itulah yang bercerita kalau biaya hidup di Asia super duper murah, apalagi Indonesia. Analoginya, biaya hidup di apartemen mini tanpa makan, air, listrik, hanya tidur selama sebulan di Eropa setara dengan hidup sebulan keliling Indonesia menginap di resort dan makan mewah. Ngok. Perbandingannya jauh banget. Kami juga saling bercerita pengalaman snorkling di laut Indonesia. Karena saya baru snorkling di Karimun Jawa dan Gili Amatra, ya hanya bisa membandingkan keduanya saja. Tapi menurutnya, snorkling di Amed, Utara Bali juga jauh lebih bagus. Bodohnya, saya nggak tahu dimana Amed sebelum dijelaskan. Menyedihkan sekali pengetahuan saya tentang negara sendiri :((. Selain ngobrol

Senja di Pantai Nipah

Image
Kapal penyebrangan dari Gili Trawangan menuju Pelabuhan Bangsal sampai sekitar pukul 16.20, Sabtu sore. Lepas dari Bangsal, kami langsung menuju Malimbu. Arah ke Malimbu cukup jelas. Dari Pelabuhan Bangsal ada pertigaan ke kanan, itu arah Malimbu. Berbeda dengan perjalanan saat berangkat yang didominasi pepohonan dan jalan berliku, perjalanan pulang kali ini dihiasi jejeran pantai. Sejauh mata memandang cuma ada pantai dan pantai. Partner saya memacu kendaraan dengan kecepatan sedang. Tujuan kami berikutnya adalah sunset di Pantai Senggigi. Kenapa Senggigi? Ya, karena itu ikon Pulau Lombok. Namun semuanya berubah ketika saya berpikir impulsif dan memberikan penawaran pada partner, "Kenapa kita nggak nyoba ke pantai terdekat? Kayaknya pantainya lebih bagus dan sepi." Partner saya setuju, kami pun berbelok menuju pantai terdekat. Sebelum berbelok ke pantai terdekat, saya menunjuk pantai paling ujung. Nama pantai itu adalah Pantai Pandanan. Letaknya tepat di ujung pertama saat

Snorkling di Gili Amatra

Image
Sabtu, 24 Mei 2014. Pagi itu kami berencana untuk main-main ke tiga gili populer di Lombok Utara; Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air atau lebih dikenal Gili Amatra. Rencananya, kami berangkat pukul setengah tujuh, namun kata Mbak Rini itu terlalu pagi. Sebab, kapal di Gili Trawangan baru berangkat pukul sepuluh pagi. Jadi, kami pun mengulur waktu sambil duduk-duduk di teras kamar dan menikmati teh hangat yang disajikan Bu Oka. Sementara nasi kuning kami simpan sebagai bekal di Gili Trawangan. Untuk ukuran penginapan, antara G'day Inn (135.000 rupiah/ malam) di Kuta dan Oka Homestay (100.000 rupiah/ malam) di Mataram, Oka lebih murah. Keduanya sama-sama dapat sarapan, tapi di Oka dapat nasi, jadi lebih kenyang *dasar perut nasi! :))* Sambil ngeteh, kami ngobrol bertiga dengan Mbak Rini. Menurutnya, kami lebih baik melewati rute melingkar. Yakni dari Cakranegara-Narmada-Hutan Monyet Pusuk-Bangsal-Gili Trawangan. Lalu pulangnya lewat Barat; Gili Trawangan-Bangsal-Malimbu-Senggig