Snorkling di Gili Amatra
Sabtu, 24 Mei 2014. Pagi itu kami berencana untuk main-main ke tiga gili populer di Lombok Utara; Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air atau lebih dikenal Gili Amatra. Rencananya, kami berangkat pukul setengah tujuh, namun kata Mbak Rini itu terlalu pagi. Sebab, kapal di Gili Trawangan baru berangkat pukul sepuluh pagi. Jadi, kami pun mengulur waktu sambil duduk-duduk di teras kamar dan menikmati teh hangat yang disajikan Bu Oka. Sementara nasi kuning kami simpan sebagai bekal di Gili Trawangan. Untuk ukuran penginapan, antara G'day Inn (135.000 rupiah/ malam) di Kuta dan Oka Homestay (100.000 rupiah/ malam) di Mataram, Oka lebih murah. Keduanya sama-sama dapat sarapan, tapi di Oka dapat nasi, jadi lebih kenyang *dasar perut nasi! :))*
Sambil ngeteh, kami ngobrol bertiga dengan Mbak Rini. Menurutnya, kami lebih baik melewati rute melingkar. Yakni dari Cakranegara-Narmada-Hutan Monyet Pusuk-Bangsal-Gili Trawangan. Lalu pulangnya lewat Barat; Gili Trawangan-Bangsal-Malimbu-Senggigi-Cakranegara. Rute itu pas sekali dengan niat kami yang menanti senja di Lombok. Akhirnya, kami pun berangkat pukul 7.15 dengan beragam ekspektasi. Salah satunya yaitu nyasar :)).
Perjalanan menyenangkan tanpa mandi pagi. Kostum saya persis ketika saya tidur. Jadi, baju tidur saya gunakan untuk snorkling di Gili Amatra. Hemat, beb! :))
Melewati jalanan Pusuk, kami menanti liarnya monyet-monyet Hutan Pusuk. Jalanan berkelok, rimbunnya pepohonan, serta sejuknya udara pagi ternyata tidak membuat satu ekor monyet liar menampakkan hidungnya pagi-pagi. Padahal, saya pingin tahu betapa liarnya monyet di sana, kabarnya. Sepanjang perjalanan, hamparan hijau pepohonan berada di kanan kiri. Luar biasa! Lupakan jalanan sesak, padat, dan macet di Surabaya. Jalanan di sini halus, mulus, dan sepi! Padahal hari itu hari Sabtu. Kontras banget kalau di perkotaan; weekend pasti pusat wisata makin rame. Ah, Lombok memang surga! Sepanjang perjalanan saya gunakan untuk cengar-cengir geje. Iyalah, siapa coba yang nggak seneng buat menikmati teduh dan nyamannya pemandangan?
Kalau tidak salah, sekitar pukul 8.20 kami sampai di Pelabuhan Bangsal. Di sana kami langsung membeli tiket kapal menuju Gili Trawangan seharga 31.000 rupiah perdua orang, sudah termasuk asuransi. Sebenarnya, perkepala sesua harga yang tersedia dihargai 14.000 rupiah, asuransi tidak berada di dalamnya. Tapi ya sudahlah...
Kami menunggu kapal penuh di tepian pantai, sementara loket penjualan kapal terus mengumumkan jumlah kekurangan penumpang menuju Gili Trawangan. Satu kapal umum harus berisi 30 orang, tidak termasuk barang bawaan. Beda dengan kapal cepat yang hanya berisi 8-12 orang dengan harga jauh lebih mahal, jarak tempuh Pelabuhan Bangsal-Gili Trawangan sekitar 30 menit.
Gili Trawangan adalah gili (pulau) terbesar di Utara Lombok. Di sini juga dikenal dengan sebutan paradise island atau party island saking gemerlapnya suasana malamnya. Di Trawangan, semuanya lengkap. Mulai minimarket, penginapan, sewa sepeda atau naik cidomo (dilarang ada kendaraan bermotor di sini), bar, kafe, sampai toko menjual jasa dan peralatan diving-snorkling juga ada. Lengkap-kap-kap. Tapi ingat, kalau urusan harga makanan dan minuman, mending beli di Bangsal yang dikenal lebih miring.
Turun dari kapal, banyak sekali orang yang menawarkan jasa snorkling hanya dengan 100.000 rupiah atau plus makan 120.000. Semua kapal serentak berangkat berkeliling pukul 10.00 tepat. Karena kami sampai satu jam lebih cepat, kami pun memutuskan untuk jalan melihat-lihat penawaran jasa lain sembari sarapan nasi kuning dari penginapan.
Kami mendapatkan harga 110.000 rupiah plus makan perorang. Harga ini kami dapatkan karena sesama orang Jawa :p. Uniknya, jatah makan yang disediakan maksimal 35.000 rupiah. Jadi, lebih baik pilih yang plus makan ya! Jatuhnya snorkling tak sampai 100.000 rupiah. Selain makan, kami mendapat fasilitas fin/ pelampung, water glass, dan air mineral. Foto underwater nggak ada. Jadi bawa sendiri dari rumah saja.
Titik snorkling kami berurutan di Gili Meno dan Gili Air masing-masing dua titik. Sementara makan siang di Gili Air. Selama snorkling, saya belum mendapatkan keindahan bawah laut Gili Amatra. Alasannya, buanyak sekali terumbu karang yang mati, hancur, dan lebur rata dengan tanah. Entah apa yang terjadi selain pengeboman massal. Yang jelas, ekosistem ikan cantiknya sangat melimpah. Sayang banget kalau habitatnya rusak begitu. Padahal, airnya hijau kebiruan jernih luar biasa. Saya kecewa. Dibandingkan dengan pemandangan bawah air Karimun Jawa, Gili Amatra kalah jauh. Atau berpikir positifnya, kali saja titik snorkling saya yang kurang bagus :D. Saya mencoba berpikir positif sampai titik ketiga snorkling, namun tidak juga saya menemukan titik indahnya terumbu karang yang berwarna-warni. Mungkin, para bule yang snorkling dan diving jauh dari spot yang ditentukan menemukan letak indahnya underwater Gili Amatra :D.
Kami makan siang setelah dua kali snorkling di Gili Meno dan Gili Air. Tepatnya di resto bambu pinggir pantai di Gili Air. Memilih menu paling mahal, yaitu Ayam Taliwang :p, saya kembali kecewa. Kenapa? Nasinya keras, hahaha. Ya udah, sih, dimakan ayamnya saja. Kan, yang mahal ayamnya, bukan nasinya :))).
Sesudah makan, snorkling dilanjutkan di dua titik lain. Spot keempat saya absen karena baju saya kepalang kering, jadi males nyemplung lagi :p.
Sampai kembalo di Gili Trawangan pukul 15.40. Saya langsung menuju ke loket pembelian tiket menuju Bangsal. Kabar dari beberapa orang yang saya tanya, kapal terakhir menuju Bangsal pukul 16.00. Ya, lumayan mepet. Beruntung kami mendapat tiket. Harganya berbeda dan sekarang lebih murah, 13.000 rupiah sudah termasuk asuransi. Entah kenapa berbeda.
Buat saya, pemandangan Gili Amatra memang tidak lebih bagus dari laut Utara Jawa. Tapi, melihat pemandangan dan ketenangan penduduk serta lingkungannya, sudah cukup membuat pikiran jenuh hilang. Foto-foto yang memesona selalu menjadi obat rindu saya pada alam. Yep, Gili Amatra, Lombok, indahnya memesona!
Comments