Berubah di My Transformation
Bukan air mancur
Pada dasarnya, kehidupan itu dinamis. Kedinamisan itulah
yang membawa setiap orang untuk berubah. Entah menjadi lebih baik atau justru
lebih buruk. Setidaknya, perubahan dan pola kedinamisan hidup tersebut yang
melatarbelakangi siswa-siswa SMA Selamat Pagi Indonesia untuk menyuguhkan
tarian bertajuk My Trasformation.
Baru bertransformasi
Tajuk tersebut tidak main-main. Karena tarian yang dibalut
dengan atraksi memukau membuat decak kagum tersendiri. Tema tersebut diambil
dari kehidupan sehari-hari. Bagi siapa pun. Kehidupan yang berawal dari
ketidakpunyaan menjadi mampu berdiri di kaki sendiri. Memang, tidak seluruh
orang pernah merasa susah. Tapi, Tuhan adil. Seadil apa yang Dia berikan pada mereka
yang menetap di asrama SMA Selamat Pagi Indonesia.
SMA Selamat Pagi Indonesia berada satu lokasi dengan
Kampoeng Kidz. Lokasi ini sepi. Namun, siapa menyangka jika ada kehidupan
dinamis di sini. Siswanya berkulit warna-warni, sama ramah, selalu menyapa
pengunjung. Tidak akan ada perkiraan bahwa mereka adalah siswa pilihan. Golongan
kurang mampu, kondisi yatim dan atau piatu, serta multitalenta. Wajah mereka
ayu, tampan, dan bersih.
Riuh
Malam itu, My Transformation berkisah. Kehidupan siswanya
yang kurang beruntung diangkat menjadi judul tarian penuh decak. Rangkaian proses
metamorfosis kupu-kupu menjadi analogi paling pas menggambarkan kisah dominan
siswa asal beragam daerah di Indonesia. Bagaimana telur ditetaskan, pupa berkembang,
ulat sebagai hama tanaman, dan kupu-kupu cantik pembantu bunga-bungaan tumbuh
berkembang. Analogi cerita yang pas disuguhkan dengan tarian beratraksi. Glamour,
penuh cahaya, namun tidak melenceng dari pesan yang disampaikan. Siapapun yang
melihat akan sulit percaya bahwa usia mereka masih sangat muda. Seusia siswa
SMA dan satu-dua tahun di atasnya.
Ramai dan penuh api
Tarian kolosal My Transformation karya siswa SMA Selamat
Pagi Indonesia ini layak diapresiasi. Usaha keras dan simultan bahkan sempat
mengantarkan mereka untuk menari di depan presiden SBY. Seribu sayang, usaha
mereka hanya dihargai sebesar 15.000 rupiah perorang dan hanya ditarikan di momen
tertentu. Padahal, penampilan megah disuguhkan dan tidak gampang menarikan drama
dalam durasi 90 menit. Namun, itulah hidup. Di saat apresiasi dirasa rendah
sesungguhnya sedang diasah untuk lebih tajam dan kuat. Kemampuan bertahan pada kondisi rendah menjadi contoh bahwa hidup tidak mudah, namun tetap berjalan bagaimanapun adanya.
Bukan akhir segalanya
Comments