Merayakan HUT TNI ke-69 di KRI Banda Aceh 593


Jalasveva Jayamahe: Di laut kita jaya!

Kalian pernah naik kapal? Pasti hampir di antara kalian sudah pernah naik kapal. Entah kapal fery, kapal kecil di sekitar pantai, atau kapal dalam bentuk perahu kayuh, bahkan dayung semacam rafting. Lalu, bagaimana dengan kapal perang, sudah pernah? Menyaksikan langsung atraksi Tentara Nasional Indonesia di laut dan udara, sudah pernah mencobanya?

Kemarin, saya mendapat kesempatan tidak biasa. Sederhana, hanya meliput kegiatan siswa SMA selama dua hari satu malam. Namun, yang membuatnya luar biasa adalah saya harus menginap di kapal perang Indonesia. Saya belum pernah mencobanya dan saya tahu pasti, this is the part of my lucky and fun life!

Namanya, KRI Banda Aceh 593. Kapal perang pertama buatan anak negeri ini tergolong lampu lima. Artinya, kapal perang yang juga mengangkut tank. Tiga bulan lalu, KRI Banda Aceh 593 berhasil menyusuri Merauke menuju Samudera Hindia sampai ke Hawaii untuk latihan militer. Kata salah satu awak, jika membayangkan latihan TNI-AL sulit, lihat saja film Battleship


Full AC: Lorong dan barak tentara yang nyaman tapi sempit

Bagi saya, melaut menggunakan seluruh perlengkapan tentara perang itu lucu dan seru. Mulai mencoba kamar tidur satu orang yang sempit dan bertingkat, ruangan penuh AC, fasilitas makan terbatas dan bikin cegukan, kamar mandi dengan air tawar yang hanya ada di jam tertentu, dan lorong-lorong yang bikin penderita disorientasi arah makin kacau macam saya:)). Ditambah jika angin sedang kencang, tidak ada cemilan, dan terombang-ambing ombak. Seru! Seru-seru gimana gitu:)). 

Komandan Arief Budiman, Pimpinan KRI Banda Aceh 593 sedang memantau lalu lintas laut

Awak kapal di ruang kemudi konsentrasi penuh

Tempat parkir tank yang digunakan untuk kapal kecil

Memasuki wilayah kapal perang, sudah pasti akan dipenuhi dengan bangunan berbahan baja kokoh. Sederhananya, mirip Kapal Selam di Monkasel. Penuh lorong baja, jalanan melingkar, sempit, dan penuh disiplin. Apalagi saat memasuki wilayah kemudi kapal. Wah, jangan harap bisa ngobrol sesuka hati. Di ruang kemudi, akan ada banyak awak yang bicara saling bersahut-sahutan. Masing-masing membawa handie talkie mengabarkan posisi kapal lain yang melintas di sekitarnya. Selain itu, arah mata angin dan kecepatan angin juga selalu diupdate setiap detik. Ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti tabrakan kapal. Kalau tidak sedang membawa handie talkie, awak biasanya mendapat bagian melihat posisi kapal lain lewat periskop. Satu kata yang pas menggambarkan suasana di ruang kemudi: rame!

Pagi di Selat Madura

Apel pagi masih bisa cengengesan :p

Ratusan siswa yang menyambut Presiden SBY dari atas kapal

Pagi hari di tengah Selat Madura, siapapun bisa melihat terbentuknya matahari secara perlahan. Mulai dari semburat tipis, sedikit tampak, hingga membulat cantik. Semangat pagi juga ditunjukkan para TNI-AL wanita saat apel. Ternyata apel pagi tentara itu disiplin. Tapi tidak kaku. Buktinya, mereka masih bisa senyum-senyum:p. Sementara pagi hari dimanfaatkan ratusan siswa terpilih dari Jawa Timur untuk menyusun barisan menjelang waktu penyambutan Presiden SBY. 


Terbang rendah! Antara kaget dan takjub!

KRI Usman Harun 357 melintasi Terminal Teluk Lamong

Jika atraksi penerjun payung berada jauh dan tidak bisa saya potret. Maka atraksi gabungan pasukan TNI-AU dan TNI-AL membuat saya antara kaget, senang, dan takjub. Puluhan kapal perang dan helikopter lalat serta pesawat jenis Sukhoi meluncur bebas di depan saya. Tidak tinggi. Bahkan ada yang berada di depan kapal yang saya tumpangi persis. Rendah dan mengagetkan. Sementara atraksi TNI-AL lebih banyak parade kapal perang. Salah satunya hadirnya KRI Usman Harun 357 yang sempat menjadi kontroversi beberapa waktu lalu. Senang? Jelas saja, Tidak banyak orang memiliki kesempatan langka seperti ini. Perayaan HUT TNI ke-69 ini disebut sangat spesial dan akbar. Tentunya bukan karena Presiden SBY akan lengser. Tapi karena ini merupakan kali kedua perayaan HUT TNI dirayakan di Surabaya dan dilakukan dengan atraksi laut. Sebelumnya, perayaan serupa pernah digelar di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Wah, saya jadi bersyukur punya pengalaman langka seperti ini. Semoga dengan semakin bertambahnya usia Tentara Nasional Indonesia bisa membuat Indonesia semakin dikenal sebagai negara tangguh dengan alutsista mumpuni. Jaya negeriku, jaya tentaraku. Bersama rakyat, TNI kuat! 

KRI Banda Aceh

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu