Posts

Showing posts from 2014

Kaleidoskop 2014

Image
Saya pikir, tahun 2014 adalah tahun suka cita. Bukan apa-apa, hanya saja, saya merasa di tahun ini banyak sekali kejadian tak terduga yang didapat. Senang, sedih, kaget, bahagia campur haru, semuanya ada di tahun ini. Kejadian yang menurut saya paling besar terjadi di tahun ini adalah: saya mendaftarkan diri untuk sekolah lagi. Kejadian yang dulunya menurut saya mustahil saya lakukan. Alhamdulillah. Tapi tentunya, saya senang karena sepanjang tahun 2014 ini saya banyak menghamburkan uang untuk jalan-jalan, hahaha. Januari Di awal Januari, saya langsung mengajukan cuti dua hari untuk pergi bersama keluarga ke Kawah Ijen , Pantai Papuma , dan Pantai Pasir Putih. IKut acara kantor ayah itu selalu terjamin. Selama tiga hari perjalanan, saya nggak mengeluarkan uang sama sekali, perut kenyang, dan hati senang gembira. Hahaha.   Bareng ayah dan Tita di Kawah Ijen Februari Nggak ada rencana kemana-mana. Hanya ke luar kota, tepatnya di Tuban untuk menghadiri pern

Gara-gara Prewedding

Kami sama-sama penyuka traveling. Suka sekali. Kemanapun, jika sedang sama longgar, kami selalu menghabiskan waktu bersama. Entah dengan teman-temannya, atau temanku, atau berdua saja. Tidak di Surabaya, tentunya. Di luar kota. Saking sukanya kami dengan jalan-jalan, hampir setiap bertemu, setiap berkomunikasi, materi yang dibahas adalah; kemana liburan kita selanjutnya? Selalu. Hanya saja, kesukaan kami berbeda. Aku suka sekali dengan pantai. Deburan ombaknya yang menenangkan, pasir putih halus menggelitik telapak kaki, angin semilir menentramkan, semua lepas. Melepaskan hampir seluruh penat di tiap-tiap persendian. Sementara dia, penyuka gunung tingkat dewa. Jangan tanya berapa kali kami berdebat memutuskan tempat tujuan liburan. Berkali-kali dan selalu. Alhasil, jalan keluarnya kami sama-sama mengalah. Seperti bulan lalu, saat kami memutuskan untuk ke Gunungkidul, Jogjakarta. Sehari kami ke belasan pantai selatan, sehari berikutnya kami naik Merapi, sehari sisanya kami ke Gua Pi

Sarangan: Telaga di Kaki Gunung Lawu

Image
    Gunung Lawu dari Telaga Sarangan   Pernah ke Magetan? Jujur saja, saya baru kali pertama ke Magetan September lalu. Sebelumnya, hanya numpang lewat. Kali pertama ke Magetan lantaran saya ikut dalam Kelas Inspirasi sebagai relawan pengajar. Dua kali saya ke Magetan, dua kali pula saya mendapat sambutan hangat dari teman-teman baru *sungkem*. Minggu pertama ke Magetan, saya ngotot sekali ingin ke Telaga Sarangan. Iya, maskot wisata yang dipunya kabupaten yang dikenal dengan budidaya jeruk pamelo. Saya kenal Telaga Sarangan sejak duduk di bangku kelas 4 SD. Saat itu, di buku Bahasa Inggris ada materi bacaan tentang Telaga Sarangan, penginapan, speed boat, dan sewa kuda. Sejak saat itulah saya penasaran dengan Telaga Sarangan. Norak? Biarin aja. Pagi itu, setelah sarapan Tepo Pecel, saya dan 4 teman (Mbak Sasa, Mas Andian, Mbak Eka, dan Mas--yang saya nggak tahu namanya--) berangkat menggunakan motor. Jalanan Magetan pagi super sepi, sejuk, dan menenangkan. Yakin, saya bet

Akhirnya Masuk Koran-Jawa Pos, 27 November 2014

Image
Kamis pagi lalu, saat saya sedang sibuk berkemas untuk kuliah dan kerja pagi, ibu saya teriak-teriak kegirangan dari ruang tamu. Saya yang sedang sibuk mengecek perlengkapan tempur pun abai. Mendengar teriakan ibu sambil lalu. Namun, begitu ibu berkali-kali memanggil, saya pun beranjak dari kamar, turun menghampiri.  "Kamu masuk koran!" Eaaa. Kirain ada apa. Saya pun bertanya, "Gara-gara apa?" "Setahun lalu, ke Dieng sendirian." Owalaaah. Saya langsung ngakak. Ya, memang sih, itu cerita yang saya tulis dan kirim ke Jawa Pos. Solo backpacking ke Dieng. Sudah lama. November lalu saat saya sedang luar biasa bete dengan hati. Haha. Iya norak! Nggak nyangka, akhirnya tayang juga tulisannya. Sebenarnya, saya bukan mengejar merchandise atau apapun dari artikel perjalanan yang saya tulis. Dari awal saya melakukan solo backpacking, niat saya hanya satu; ayah tahu kalau anak gadis pertamanya ini sedang belajar mandiri. Jujur saja, sampai sebesar

Rujak Selingkuh, Kuliner Khas Sumenep

Image
Apa yang kalian pikirkan tentang selingkuh? Mendua atau nggak setia? Hmmm, kalau saya, sih, mikirnya begitu. Tapi, tahukah kalian kalau selingkuh bukan hanya dialami oleh manusia dan hewan--secara hewan nggak berakal, nggak ada hukumnya, selingkuh sama anak pun nggak dosa--? Di Sumenep, perselingkuhan dialami oleh makanan. Awal November lalu, saya mampir ke Sumenep untuk main-main. Salah satu hal yang wajib dilakukan saat jalan-jalan adalah mencicipi kuliner khasnya. Saya pun mencicipi kuliner yang bikin penasaran. Namanya, Rujak Selingkuh. Usai jalan-jalan, Minggu siang itu, tour guide kami mengantarkan untuk mencicipi makanan khas Sumenep di daerah Pejagalan, dekat alun-alun. Saya nggak tahu persis nama jalannya, karena memang dari awal perjalanan sampai akhir, saya susah mengingat nama-nama dan lajur jalannya. Katanya Ari--teman baru yang menjadi tour guide--tempat makan yang menjorok ke dalam gang itu legendaris. Kami--tepatnya saya--sih, manut saja. Keburu lapar. Ada tiga menu

Tepo Tahu, Kuliner Khas Magetan

Image
Mampir ke kabupaten kecil di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, Magetan, tidak ada salahnya jika mencicip kuliner khasnya. Namanya Tepo Tahu. September lalu, saat berkunjung ke sana, jajanan khas ini mampu membuat saya penasaran. Dari namanya, pastilah tidak jauh-jauh dari makanan olahan kedelai, tahu. Tapi, nama 'tepo' justru membuat saya bertanya, apa itu tepo? Ternyata, tepo adalah lontong! Iya lontong! Beras yang dimasak dalam daun pisang, dibentuk prisma--bukan lonjong seperti lontong atau belah ketupat seperti kupat--dan dikukus selama berjam-jam. Jadi, Tepo Tahu adalah lontong tahu atau tahu lontong *dibolak-balik sama ajeu:))* Tepo Tahu ini biasanya dijajankan pada malam hari, katanya sih begitu. Padahal di warung yang saya datangi, buka mulai pukul 9-21. Jajanan ini mulai langka. Isi dan bumbunya tidak jauh berbeda dengan Kupat Tahu, Tahu Tek, Tahu Telor, Tahu Gimbal, dan makanan olahan tahu lontong lainnya. Hanya, yang membuat berbeda adalah bumbu dan topingnya

Medio Rasa

Sibuk nggak? Atau masih capek? Aku mengeja pesan instan yang masuk ke ponsel di tengah rapat. Rapat sore ini terbilang menjemukan. Bertemu klien dari media dan perusahaan tempatku bekerja mengkalkulasi keuntungan yang disampaikan. Bosan. Marketing media cetak itu ngotot menghitung keuntungan besar yang akan perusahaan kami dapat jika deal dengan penawaran kerja sama yang diajukan. Ck. Dia lagi. Ada apalagi? Aku mengeluh dalam hati. Tanganku menggenggam ponsel. Berhitung. Sementara bibirku merapal mantra sakti menenangkan hati. Bisa bertemu? Pesan berikutnya sampai tanpa sempat kubalas terlebih dahulu. Semakin membuat hatiku tak tenang. Pikiranku menerawang cuplikan-cuplikan kejadian masa lalu dengan laki-laki yang namanya seharusnya tak lagi ada dalam kehidupanku. Sudah cukup menyakitkan mengingat masa itu. Tetapi, untuk apa dia datang lagi? Masih kurang menyakitkankah sikapnya melukai hatiku? Ada apa? Pelan aku mengetik pesan balasan. Lalu kuhapus. Ada jengah menyusup hati. Mas

Setangkup Cemburu

Salah satu sudut kamar tidur dini hari itu cukup kacau. Seorang wanita sedang mencari selembar kertas yang menurutnya sudah disiapkan di malam sebelumnya. Dari satu laci ke laci lain. Lemari satu ke lemari lain. Tas jinjing, tas punggung, tas selempang, dompet. Nihil. Wanita itu mengaduh keras sementara jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Dini hari itu, bukan dini hari pertama bagi Dita untuk bangun dan sibuk dengan kegiatan. Sebabnya, setiap dini hari sebelumnya, dia hampir selalu bangun dan gedubrakan. Entah mengerjakan tugas kuliah atau sekadar belajar untuk materi presentasi. Ya, kehidupan Dita berubah sejak dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah. Tepatnya, bekerja sambil kuliah. Itulah alasan kenapa dia ngotot sekali untuk liburan ke Kepulauan Bangka Belitung. Bahkan mengaturnya tiga bulan sebelumnya. Dia terlampau stres dengan segudang tugas kuliah dan pekerjaan yang sama nggak manusiawi. Sama. Persis. "Aduh, dimana tiketnya?" Dita menggosok rambutnya yang masih set

Merayakan HUT TNI ke-69 di KRI Banda Aceh 593

Image
Jalasveva Jayamahe: Di laut kita jaya! Kalian pernah naik kapal? Pasti hampir di antara kalian sudah pernah naik kapal. Entah kapal fery, kapal kecil di sekitar pantai, atau kapal dalam bentuk perahu kayuh, bahkan dayung semacam rafting. Lalu, bagaimana dengan kapal perang, sudah pernah? Menyaksikan langsung atraksi Tentara Nasional Indonesia di laut dan udara, sudah pernah mencobanya? Kemarin, saya mendapat kesempatan tidak biasa. Sederhana, hanya meliput kegiatan siswa SMA selama dua hari satu malam. Namun, yang membuatnya luar biasa adalah saya harus menginap di kapal perang Indonesia. Saya belum pernah mencobanya dan saya tahu pasti,  this is the part of my lucky and fun life! Namanya, KRI Banda Aceh 593. Kapal perang pertama buatan anak negeri ini tergolong lampu lima. Artinya, kapal perang yang juga mengangkut tank. Tiga bulan lalu, KRI Banda Aceh 593 berhasil menyusuri Merauke menuju Samudera Hindia sampai ke Hawaii untuk latihan militer. Kata salah satu awak,

Suroboyo Carnival: Teman atau Lawan THR?

Image
Suroboyo Carnival Night Market Galeri foto Surabaya Khas Suroboyo, Cuk! :p Berkunjung ke Surabaya, umumnya wisatawan menginginkan wisata sejarah. Wajar, sebab lokasi kota tua di Surabaya cukup merata. Hampir di seluruh bagian Kota Pahlawan mengandung unsur sejarah. Itulah sebab, wisata kota berlambang ikan sura dan buaya ini didominasi oleh museum. Mulai museum kemaritiman, museum sejarah kemerdekaan, museum kesehatan, hingga museum seni. Serbamuseum. Namun, Surabaya bukan hanya soal wisata sejarah dan museum. Ada wisata pantai, kuliner, religi, dan keluarga. Salah satu wisata keluarga terbaru adalah hadirnya Suroboyo Carnival Night Market (SCNM) yang ada di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo. Akhir Juli lalu, SCNM resmi dibuka. Konsepnya mirip pasar malam. Ada 40 wahana permainan dan pasar yang menjual beragam barang. Mulai dari kuliner khas Surabaya, fast food, jajanan ringan, dan pernak-pernik dijual. SCNM merupakan bagian dari Jatim Park Grup yang menaungi Ja