Berkata-kata di Museum Kata Andrea Hirata
Mari bermimpi!
Do I inspire you?
Ternyata sebegitu dahsyatnya efek novel dan film Laskar Pelangi di tanah Belitung. Ya, wajar, perekonomian mereka juga semakin mengeliat pascafilm diputar 2008 silam.
Beberapa orang yang saya jumpai juga berkata, "Dulu, Belitung sepi. Ada, sih, wisatawan, tapi nggak seramai sekarang. Dulu penerbangan hanya 1-2 kali sering juga batal. Sekarang bisa 10-11 kali dalam sehari. Maskapai juga banyaklah."
Ternyata banyak orang penasaran dengan Pulau Laskar Pelangi, termasuk saya. Kecantikan alam yang memesona membius alam sadar.
Salah satu hal yang dimanfaatkan untuk menggaet wisatawan adalah replika sekolah untuk syuting Laskar Pelangi. Selain itu, penulis Andrea Hirata juga turut andil menambah tempat wisata di Gantung, Belitung Timur. Yakni dengan membangun Museum Kata atau Indonesia First Literary Museum sejak 2010.
Museum Kata Andrea Hirata
Museum Kata Andrea Hirata ini cukup luas. Terdiri dari ruang-ruang inspiratif penuh dengan coretan kata-kata. Tidak lupa dekorasi cantik ditempelkan bersama barisan kata. Foto-foto pemeran Laskar Pelangi saat syuting dipajang apik, membuat pengunjung seolah merasakan keaslian cerita tersebut. Belum lagi pajangan epik yang ada menambah kesan roman klasik masa lalu. Ada pula panggung ekspresi. Ada juga ruangan yang menggambarkan rumah tua milik keluarga Ikal. Belum lagi ruangan warna-warni penuh jendela, mengisyaratkan bahwa buku adalah jendela dunia. Aduhai!
Ruang inspiratif
Bagian rumah keluarga Ikal
Pernik pendukung syuting Laskar Pelangi
Ikal berteriak memanggil Lintang di hari terakhir
Lintang dan sepeda usai ayahnya tak kembali
Laskar Pelangi International Editions
Sudut kantor pos
Menulis kartu pos untuk handai taulan
Kupi Kuli
Lalu, apa beda Kopi Kuli dan Kopi-O yang ada di Belitung?
Dari percakapan saya dengan Mbak Desi--penjaga museum--Kopi Kuli merupakan kopi khas pekerja timah. Kopi Kuli berbeda dengan Kopi-O. Baik dari segi rasa dan cara pembuatan. Saya yang dulunya kerap mencicip aneka macam kopi, jadi tergiur untuk mencicipinya.
Jika pembuatan Kopi-O hampir sama dengan kopi-kopi lain di tanah Jawa--dituang air mendidih pada gelas--maka Kopi Kuli berbeda. Cara pembuatannya, bubuk kopi ikut diseduh di kuali sampai mendidih baru disajikan. Rasanya lebih epik. Buat saya, rasa Kopi Kuli lebih nendang. Ada perpaduan asam, sepat, dan pahit yang bercampur. Kalau mau tambah gula silakan, kalau tidak itu lebih baik. Harganya nggak mahal, hanya 5.000 rupiah.
Dapur tradisional
Saya dan Mbak Desi
Kupi Kuli
Untuk masuk Museum Kata Andrea Hirata pengunjung hanya dikenai biaya 2.000 rupiah saja. Itu pun kalau ikhlas. Kalau enggak, ya nggak usah. Di museum ini, saya terinspirasi untuk tetap bermimpi. Tetap berjalan, belajar, dan membuka wawasan.
Belajar, belajar, dan belajar!
Comments