Meneropong Kecantikan Pulau Lengkuas

 
Selamat datang di Belitong
 
Manggar, kota 1001 warung kopi di Belitung Timur punya semboyan Mun Lum Ngupi Lum Sampai Manggar. Sedangkan Pulau Lengkuas di Belitung juga punya kekataan serupa. Belum ke Belitung Jika Belum ke Pulau Lengkuas. Betulkah demikian?

Berkunjung ke Belitung, hal yang seharusnya tidak dilewatkan adalah wisata air. Sebab, Belitung memiliki wilayah perairan yang memanjakan mata. Jernihnya air laut, halusnya pasir pantai, rimbunnya pepohonan, disadari mampu menghilangkan penat.

Bagi saya, hal yang membuat tergiur untuk mengunjungi Belitung adalah Pulau Lengkuas dan gugusan kepulauan yang ada di sekitarnya. Saya penasaran dengan keindahan pulau, pantai, dan alam bawah lautnya.

Maka, ketika saya mendapatkan tiket promo pesawat Jakarta-Tanjung Pandan bulan Oktober lalu, saya langsung berhemat. Waktu tiga bulan saya lakukan untuk berhemat keras demi Belitung. Uang jatah jalan-jalan bulan Oktober, November, dan Desember saya target seluruhnya. Demi Belitung.

Tanjung Kalayang

Untuk menuju Pulau Lengkuas, ada berbagai cara. Bisa melalui Tanjung Kalayang. Bisa juga melalui perkampungan nelayan di Tanjung Binga. Atau di Pantai Laskar Pelangi, Tanjung Tinggi. Kami memilih memulai perjalanan ke Pulau Lengkuas melalui Tanjung Kalayang.

Yang harus diperhatikan, waktu terbaik mengunjungi Pulau Lengkuas dan kepulauan lain di sekitarnya adalah bulan April-September. Sebab, sudah memasuki musim kemarau. Kata warga Belitung, saat musim kemarau, bagusnya bermain air di utara Belitung. Sementara di wilayah Selatan bagus dikunjungi saat musim penghujan.

Beda dengan saya yang berkunjung pada Januari. Musim hujan dan bertandang di utara Belitung. Meski angin cukup kencang, itu tidak menyurutkan niat kami untuk snorkling dan bermain di tepi pantai. Masih tetap cantik.

Rabu pagi itu, setelah sarapan dari hotel kami bergegas menuju utara menggunakan motor. Jalanan pagi itu sepi sekali. Sangat sepi. Maklum saja, saya sengaja memilih cuti tidak saat weekend. Tapi saat libur kuliah saat weekday.

Letak Tanjung Kalayang berdekatan dengan Tanjung Tinggi dan Tanjung Binga. Karena bukan musim liburan, Tanjung Kalayang pagi itu sepi. Hanya kami satu-satunya pengunjung yang datang di sana. Warung di tepian pantai pun tidak ada yang buka. Banyak kapal nelayan bersandar. Langit pagi sedikit suram, meski tidak hujan. 

Kapal bersandar di Tanjung Kalayang

Untuk berkeliling pulau, siapkan uang untuk menyewa kapal, jika kalian tidak menggunakan jasa travel. Harga kapal yang ditawarkan bervariasi. Saya mendapatkan harga 500.000 rupiah include snorkel, google glass, dan life jacket untuk berempat. Tapi, berhubung saya sudah kontak-kontakan dengan kenalan teman, jadinya mahal. Nggak bisa ditawar pula. Kena 610.000 rupiah lengkap sama peralatan snorkling.   

Cuaca pagi itu memang mendung. Tapi di tengah laut cerah. Ombak tentu masih tetap tinggi. Satu meter, begitu kata dua pemandu kapal kami--yang saya lupa namanya siapa.

Di kapal

Pulau Lengkuas menjadi andalan wisata bahari Belitung karena kecantikannya yang memesona. Di sana, bersandar mercusuar setinggi 65 meter, dengan 313 anak tangga, dari total 18 lantai yang ada. Mercusuar inilah yang menjadi daya tarik Pulau Lengkuas. Sebab, wisatawan bisa melihat kemolekan alam Belitung dari puncak.
 

Pulau Lengkuas

Sebelum sampai di Pulau Lengkuas, kami berhenti di sekitar perairannya untuk snorkling. Tentu saja, kami langsung menceburkan diri karena tidak tahan dengan keindahan bawah lautnya. Apalagi Mei tahun lalu, saat saya ke Gili Amatra sedang kecewa berat. Gara-garanya, terumbu karang dan ikan-ikan di sana banyak yang mati. Saya kecewa. 

Tapi Belitung beda. Bahkan saya nggak mau naik kapal hanya karena enggan berpisah dengan sekerumun ikan. Terumbu karangnya memang sudah tua. Tapi masih hidup. Asli, indah banget, Subhanallah. Berbekal underwater camera seadanya, saya dibuat takjub dengan apa yang ada di dalamnya. Nggak percaya?  

Di bawah Pulau Lengkuas

Terumbu karang aktif

Berserak di tengah terumbu

Menyenangkan

Bahkan, saya sangat amazing sekali begitu nyemplung langsung dikerumun oleh ikan-ikan. Banyaaak sekali. Yes, I'm dancing on the water with them! Ini nggak mungkin saya dapatkan di Surabaya. Dulu, saat snorkling di Karimun Jawa pemandangannya juga sama bagus. Tapi ikannya nggak sebanyak ini. Padahal, saya tidak membawa biskuit. Ini betul-betul kebangetan! 

Menurut cerita pemandu kapal, sejak film Laskar Pelangi booming, wisata air di Belitung digiatkan. Bahkan mereka mengaku perekonomian keluarga sedikit terangkat. Dampak film yang mendunia betul-betul memberikan penghasilan tambahan bagi mereka. Sayang, isu jatuhnya Air Asia QZ8501 di Tanjungpandan, Belitung, ternyata menurunkan wisata mereka. Hingga lebih dari 30%. Padahal, jarak Belitung dengan lokasi jatuhnya pesawat nahas sekitar 300 kilometer.

Dancing like a fish

Ikan-ikan berserak

Puas snorkling, kapal kami menuju Pulau Lengkuas untuk mendarat. Pulau ini sepi. Hanya dihuni oleh penjaga mercusuar. Hanya, saat siang ada beberapa warga lokal menjaga museum House History of Lengkuas dan warung kecil. Di dekatnya, ada juga penangkaran penyu. Mereka tidak khawatir penyu itu hilang meski saat malam tidak jaga. Katanya, Belitung aman.

Untuk masuk mercusuar Pulau Lengkuas, pengunjung hanya diwajibkan membayar 5.000 rupiah perorang. Sampai puas foto-foto di sana, silakan. Ada banyak sisi menarik dari Pulau Lengkuas. Selain banyaknya bebatuan granit khas Belitung, di sini airnya sangat amat jernih. Mau motret dari angle manapun, semuanya menarik! 

Rock island

Pemandangan dari mercusuar, angle sejuta umat

Paduan jernihnya air bikin kangen buat balik

 Bagi saya, apa kata Bupati Belitung, benar adanya. Sayang banget kalau kita ke Belitung nggak mampir ke Pulau Lengkuas. Keelokan alamnya memang patut dijaga dan dilestarikan. Agar generasi penerus kita nantinya bisa ikut bangga punya kepulauan ciamik seperti Pulau Lengkuas.

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu