Gili Labak: Pulau Kecil di Utara Madura
Gili Labak
Kamis malam, kami berangkat dengan Travello pukul 23.00 dan sampai di Masjid Raya Sumenep tepat saat azan Subuh--setelah beberapa insiden, akhirnya!:))). Setelah salat, tanpa mandi, kami langsung berangkat menuju rumah Pak Riri untuk parkir mobil. Kapal diparkir tak jauh dari rumah beliau.
Masjid Raya Sumenep
Gili Labak merupakan bagian dari Pulau terluar Madura, masuk dalam Kabupaten Sumenep, Kecamatan Talango. Butuh waktu 2,5-3 jam perjalanan kapal dari Pelabuhan Kalianget bergantung cuaca di lautan. Pulaunya cukup kecil dan hanya dihuni oleh 35 kepala keluarga migrasi dari Talango. Saking kecilnya, berdasarkan googling cepat di peta Kabupaten Sumenep, hampir tak ada yang menyebutkan keberadaan Gili Labak.
Pelabuhan Kalianget
Kapal bersandar di Kalianget
Tak ada air tawar di Gili Labak. Rumahnya dari kekayuan. Dan hampir seluruh warganya bekerja sebagai nelayan. Di tepi pulau, akan ada banyak sekali ikan teri dijemur. Kata salah satu warganya, ikan akan dikirim ke Sumenep untuk dijual.
Memilah teri
Teri dimana-mana
Botol berserak
Pak Riri
Awalnya, kami akan berangkat berduapuluhtiga. Namun, beberapa jam sebelum keberangkatan, delapan orang batal berangkat. Syok, pasti. Harga kapal sudah dapat 900.000 rupiah, kala itu. Setelah tawar menawar kembali, harga kapal dinego menjadi 700.000 rupiah, dan tetap pakai kapal besar. Alhamdulillaaah! Karena terlanjur pakai kapal besar, sementara rombongan sedikit, keluarga Pak Riri pun diajak serta. Ini, sih, nggak masyalaaah!
Kapal kecil atau jukung
Saat salah satu dari mereka menjawab, "Kami belum pernah tahu Gili Labak. Tapi orang-orang di luar Madura malah lebih tahu duluan," katanya sambil tersenyum.
Keluarga Pak Riri liburan
Snorkling di tepian saja
Reuni tipis-tipis
Sesi curhat dimulai...
Pasir Gili Labak putih bersih. Tapi karena faktor cuaca dan banyaknya kunjungan wisata--saat kami ke sana ada belasan kapal wisata bersandar--tampak kotor. Biasanya, tepian pantai dangkal. Sehingga memungkinkan wisatawan bisa snorkling di area karang. Sayang, saat ke sana sedang pasang. Tapi, buat saya, yang penting bisa main air ngerendam kepala, Alhamdulillah!:))).
Aksi merendam kepala :p
Nggak usah khawatir untuk masalah perut. Ada toko yang baru dibuka plus persewaan snorkling di sana.Tapi, kalau mau hemat, bisa juga membawa perlengkapan snorkling dari rumah. Kalau kami, menyewa snorkel gear dan life jacket 50.000 rupiah di Desta Surabaya, tempatnya di depan House of Sampoerna (Dadang 082131174684).
Sebagian tim Gili Labak
Pulang
Cuaca semakin buruk saat di tengah lautan. Angin kencang, ombak ganas, langit gelap. Beruntung, kami menggunakan kapal besar. Goncangan ombak pun tak seberapa terasa. Nggak kebayang kalau pakai jukung, deh.
Mulai gelap
Jadi, gimana? Tertarik nggak buat ke Gili Labak? Murah kok, kami bersebelas total menghabiskan 239.000 rupiah perorang jika plus snorkel gear. Tapi ingat, jadilah wisatawan bertanggungjawab. Nggak malu sama Tuhan? Sudah dikasih pemandangan bagus, oksigen gratis, kok buang sampahnya sembarangan :D.
Comments