Memintalah yang Sopan
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah"
Ungkapan dalam hadits tersebut sudah sepatutnya tertanam dalam masing-masing kepala umat Muslim. Mengajarkan betapa sedekah bukan kewajiban, tetapi sebaiknya dilakukan. Balasannya tidak pernah main-main. Bahkan, Allah berjanji akan mencukupkan dan melipatkagandakan rezeki orang-orang yang bersedekah--tentu tanpa pamrih.
Sabtu malam, di pangkalan pedagang kaki lima depan Stasiun Malang Kota Baru, banyak peminta-minta. Mulai dari pengemis, pengamen, dan anak-anak. Semuanya mengiba keikhlasan setiap pengunjung yang tengah menikmati masakan. Pengamen berusia aktif, peminta-minta berusia anak-anak, dan pengemis berusia lanjut.
Suara sumbang dari lagu top fourty dinyanyikan, lengkap dengan suara petikan gitar usang. Dua anak kecil berusia tak lebih dari delapan tahun, menyorongkan gelas akua, meminta uang. Sesekali satu di antara mereka menutup mata sambil berjalan, pura-pura menjadi penyandang tuna netra. Sementara mereka yang lansia, menodongkan gelas, berkata mengiba.
"Minta, Bu. Minta..."
Jika satu di antara pengunjung melambaikan tangan, meminta maaf tak ada uang, mereka kembali berkata.
"Saya itu kerja, minta lima ratus rupiah saja nggak dikasih. Pelit. Namanya orang kerja ya begini,..."
Lansia yang lain,
"Walah, minta seratus rupiah saja nggak dikasih. Pelit kebangetan,..."
Mereka mengomel. Mendoakan buruk bagi yang melambaikan tangan. Salah satunya kepada saya.
Saya melongo. Lah?
Ibu pernah bilang, dilengkapi dengan kalimat ayah.
Jangan sekali-kali meminta, jika tidak dalam kondisi terdesak. Bersedekahlah. Meski sedikit, apa yang disedekahkan pasti akan membuat yang menerima senang.
Ibaratkan, meminta kepada Allah. Nggak mungkin juga, kalau kita berdoa, meminta banyak hal sambil ngomel-ngomel. Yakali, Allah langsung ilfeel. Bukankah Allah memang akan menjawab doa hamba-Nya dari satu di antara tiga jawaban?
Tapi apa iya, jawabannya akan sama jika meminta sambil mengeroyok?
Ibaratkan jika pernah melihat seorang anak yang merengek meminta permen. Sambil menangis dan menjerit, memanggil-manggil ibunya. Tak lupa tangan mungilnya mengoyak-ngoyak baju ibunya.
"Ibu, aku mau permen. Pokoknya permen. Buuu, permen. Huaaa..."
Lalu, ibunya pura-pura tak mendengar, gerah dengan tangisan si anak.
Beda lagi jika si anak memintanya dengan nada santun.
"Bu, nanti kalau nilaiku bagus, nanti aku belikan permen ya..."
Ibu mana yang nggak luluh dengan kalimat itu? Contohnya, Tita--adik saya.
Pengemis tadi bisa saja sebenarnya memang tidak mampu bekerja produktif. Bisa saja karena tubuhnya sudah renta. Sehingga membuatnya harus meminta-minta. Tapi, alangkah baiknya jika tidak dibarengi dengan permainan kata sumpah serapah bagi siapa saja yang (mungkin saja kebetulan) tidak punya uang receh, seperti saya. Namun sebenarnya, terlepas dari nggak punya uang receh, saya masih lebih mendingan memberikan sedikit sedekah ke kotak masjid dibandingkan ke mereka. Alurnya lebih jelas.
Menurut saya, meminta boleh, asal sopan. Jangan memaksa. Apalagi bersumpah serapah. Tapi, alangkah baiknya jika tidak meminta.
Comments