Senja dalam Elegi
Say something I’m giving up on you... Senja, begitu biasa namaku dipanggil. Aku lahir kala hari mulai memburam, menjelang malam. Tak lain juga, kedua orang tuaku menyukai waktu senja—membuat namaku benar-benar Senja. Seperti mereka, aku juga tamat dengan senja. Waktu senja selalu membuatku lebih hidup. Semua hal yang kulakukan kala pagi, terkumpul dalam satu elegi. Aku selalu menyukai senja. Apalagi kala menghirup aroma pasir pantai yang menguar, diiringi deburan ombak kecil. Riuh yang menenangkan. Seperti senja ini. Semua berkumpul menjadi satu. Jingga berpacu waktu bergabung dengan gumpalan kapas awan. Tari-tarian masa lalu seolah reuni dalam pikiran. Sementara degup jantung berlarian. Senja ini adalah pelarian kali kesekian. Membuatku bosan dengan ingar bingar. Selalu rindu kala surya memudar. Pasir putih pantai seolah tahu apa yang berkelebat bergantian. Kepalaku tengah sesak. Kenangan masa lalu mengudara saling merusak. Silih berganti harum pantai dengan menyan da