Posts

Showing posts from June, 2015

Menyapa Bromo dari Puncak B-29

Image
Menuju puncak Minggu lalu, saya menepati janji untuk main ke rumah Haryani di Lumajang. Haryani ini teman SMA yang sudah klop dari awal kenal. Sama nakal :)). Jumat pagi, selepas salat Subuh, saya langsung tancap gas ke Bungurasih dengan bis kota seharga 5.000 rupiah. Motor saya titipkan parkiran kantor karena gratis *asli, kere maksimal :))*. Sampai Bungurasih, saya oper ke bis AKDP menuju Ambulu, Jember turun di perempatan Klojen, Lumajang dengan biaya 30.000 rupiah yang ditempuh selama 5 jam perjalanan. Di perempatan inilah saya akan dijemput oleh Haryani. Tujuan saya ke Lumajang tak lain adalah ingin ke puncak songolikur atau banyak dikenal dengan sebutan B-29. Tempat yang lagi booming semena-mena. Jarak Klojen sampai Argosari bisa ditempuh sekira 1,5 jam mengendarai motor. Sebelum sampai Argosari saya mampir isi perut dengan harga 17.000 rupiah di pasar yang saya lupa nama daerahnya. Perjalanan panjang nggak akan berasa di sini karena kanan-kiri pemandangan hijau.

Review: Mama Hostel Legian, Bali

Image
Mama hostel   Saat ke Bali seminggu lalu, niat awal saya sebenarnya adalah nebeng di kosan temen kuliah. Tapi, dua hari sebelum saya berangkat ke Lumajang (perjalanan saya berawal dari sini), saya mendapat kabar kalau kosan teman sedang mampet. Jadilah saya surfing cepat mencari penginapan super-duper murah untuk dua hari dua malam. Via booking.com saya akhirnya menemukan penginapan yang cocok untuk kantong backpacker on budget (baca: kere maksimal) seperti saya ini. Fyi saja, saya harus menyesuaikan budget selama di Bali 3H3M di angka 600.000 rupiah--exclude tiket pesawat pulang dan oleh-oleh. Arsitektur Bali Namanya Mama Hostel, room for rent. Letaknya di Jalan Mataram Gang Bima no. 2, masih di sekitar kawasan Legian, Bali. Harga permalamnya hanya 50.000 rupiah dan itu sharing room sekamar berempat bareng bule cewek. Saat tahu harganya hanya 100.000 untuk dua malam, saya beneran nggak pakai mikir buat ambil dan booking. Bale-bale   Via booking.com saya tahu ga

Amed: Surga Bawah Laut di Timur Bali

Image
klik gambar untuk memperjelas Pemandangan di Karangasem   Seorang bule asal Perancis bertanya perihal kondisi bawah laut Gili Amatra setahun lalu, saat kami sedang ngobrol hore di depan kamar hotel di Mataram. Lalu dia balas bertanya, "Have you ever gone to Amed in North Bali?" Amed. Tempat asing yang kala itu hanya saya jawab dengan kernyitan di kening. Tempat apa itu? Tiga kali ke Bali, sekalipun saya belum pernah mendengar kata Amed. Saya penasaran setengah mati. Sebagus apa, sih, Amed? Bahkan, si bule ini mengaku hampir selalu ke Amed setiap singgah ke Indonesia. Meh! Menuju Amed      Lalu, ketika jatah cuti semester satu tersisa tiga hari, saya memaksakan diri untuk menghilang dari Surabaya. Meninggalkan semua pekerjaan yang semakin lama semakin banyak. Saya bosan di Surabaya dan harus pergi cepat-cepat untuk liburan. Amed menjadi pilihan pertama yang saya tuju begitu akhirnya cuti di-acc dan ada teman yang akan menemani. Teman TK, tem

Cerita Lain dari Jalan-jalan

Sejak saya tahu dunia bukan soal hidup di kantor dan rumah PP, jujur saja saya makin penasaran dengan kehidupan di luar sana. Ada banyak cerita yang saya dapat dari jalanan begitu memutuskan untuk jalan kemana pun arah dan kesempatan yang ada. Dibandingkan dengan pergi keroyokan, small groupie, dan berdua, saya lebih suka jalan seorang diri. Bukan apa-apa, dengan jalan sendiri, saya bisa lebih banyak bertemu dengan orang baru dan tahu cerita mereka. Maklum saja, saya sengaja menjadikan mereka sebagai objek pembelajaran bagi kehidupan ke depan. Di dunia nyata, mungkin saya kurang gaul dan tidak punya banyak teman. Prinsip saya, untuk belajar tidak hanya bisa didapat dari teman yang sudah dikenal, tapi juga orang-orang baru. Nggak jarang, saya belajar dan semakin bersemangat setiap pulang sambil membawa cerita baru. Seperti saat ini. Di perjalanan dari Lumajang menuju Pulau Dewata, saya bertemu dengan seorang janda beranak satu. Kami bicara banyak hal. Banyaaak sekali. Sampai saya tah

Tips Menabung untuk Backpacking

Tidak sedikit teman mengira saya adalah pekerja bergaji besar. Hal ini dilihat dari kebiasaan saya jalan-jalan hampir setiap bulan. Biasanya, saya menjawab dengan jawaban, "Ini juga nabung, kok." Memang begitu. Pada dasarnya, saya bukan pekerja bergaji besar, kok. Gaji standar dan pas buat mencukupi kebutuhan bulanan wanita single seperti saya. Lalu kok bisa saya jalan-jalan hampir setiap bulan? Tipsnya cuma satu: menabung. Saya punya tiga jenis tabungan berbeda. Saya membaginya berdasarkan kebutuhan; untuk jajan sehari-hari, tabungan masa depan, dan jalan-jalan. Pembagian tabungan 30:40:30. Setiap gajian, dengan senang hati, hal pertama yang saya lakukan adalah menyisihkan berdasarkan pembagian di atas. Misal, gaji bulanan saya 2.000.000. Berarti masing-masing 600.000 untuk jajan dan tabungan jalan, serta 800.000 untuk tabungan masa depan. Nah, karena hampir setiap bulan saya jalan, maka saya harus mengatur seirit mungkin agar 600.000 tidak habis sekali jalan. Lalu sis

Melirik Alam Bawah Laut Pulau Menjangan

Image
Dermaga Pulau Menjangan   "Mau ikut ke Pulau Menjangan, nggak?" Kira-kira begitu kalimat penawaran saya pada beberapa teman--yang tak terhitung berapa jumlahnya. Ditolak, sudah pasti. Tapi saya nggak patah arang. Namanya juga kepingin jalan tapi nggak punya duit buat sewa kapal sendirian. Ya, harus lebih agresif buat ajak-ajak. Ini selalu jadi kendala saya kalau lagi pingin ngilang dari Surabaya, one day trip. Gimana nggak? Hari libur saya nyeleneh. Mana ada yang mau nemenin liburan tiap Jumat. Emangnya pengajian. Total ada 16 orang akhirnya ikut one day trip di Pulau Menjangan. Kebetulan, kala itu hari Jumat, tanggal merah. Pas hari buruh. Yang lain demo, saya liburan hore. Pulau Menjangan dipilih karena eksotisme bawah laut nan keren dan cukup dinikmati dalam satu hari libur. Singkat. Syahdu   Bening Pulau Menjangan adalah bagian dari Taman Nasional Bali Barat. Banyak catatan perjalanan maupun berita mengatakan keindahan bawah laut M