Mengibarkan Merah Putih di Puncak Pulau Padar
Masih gelap
Azan Subuh baru saja berkumandang. Langit perairan Flores
belum sepenuhnya benderang. Bisa juga dikatakan gelap. Tapi kami sudah
bergegas. Bukan tanpa alasan, tentu. Sebab, Pak Ibrahim berpesan kami harus
berangkat pukul lima.
Tujuan kami pagi itu adalah Pulau Padar, wilayah perairan
Flores yang bisa ditempuh selama 3-4 jam perjalanan laut. Tapi bagi kapal Bapak
bermesin dua dan tidak besar, waktu dua jam sudah mampu sampai Padar. Membelah arus
lautan Flores yang tidak tenang.
Sunrise di perairan Flores
Perlindungan superekstra :))
Membelah lautan
Secara teritorial, Padar merupakan bagian dari TN Komodo
yang jaraknya berdekatan. Karena masuk dalam TN Komodo, masuk Padar ada
tiketnya. Padahal sebenarnya, Padar menjual view saja—sama halnya pulau lain. Tetapi
karena Padar sedang naik daun, ya kini jadi ada tiketnya.
Seorang polisi hutan mendatangi kami dan meminta biaya masuk
(7.500 rupiah sebagai tiket masuk dan 5.000 rupiah biaya treking), biaya ranger
(100.000 rupiah), dan materai (6.000 rupiah) jika ingin mendaki Padar.
Tepian Padar
Ini muahal gila!
Seketika saya langsung kaget dan nego gila. Saya katakan
pada polhut, jika memang mendaki Padar harus ada ranger, saat itu juga saya
ingin ada ranger di depan mata.
“Kenapa bisa biaya ranger semahal itu? Rangernya mana, Pak?” tanya saya bingung.
Polhut kebingungan dan beralasan ranger sedang upacara
bendera karena kebetulan saat kami datang memang ada peringatan upacara Hari Kemerdekaan.
“Eh, ranger sedang upacara di sana,” katanya sambil menunjuk
tempat upacara yang sudah sepi. Peserta upacara sudah mendaki Padar.
Saya bersikeras meminta ranger saat itu juga. Iya dong, masa
saya harus bayar 100.000 rupiah tapi fiktif? Fyi saja, biaya ranger di Padar
lebih mahal 20.000 rupiah dibandingkan di Pulau Komodo yang jelas-jelas ada
komodonya dan berbahaya.

Pulau Padar
Polhut kelabakan dan ini digunakan Pak Ibrahim untuk bernego
dengan bahasa Bajo. Intinya, Pak Ibrahim meminta agar kami tidak usah bayar,
hehe. Soalnya beliau yang bakal mengawal kami. Sedikit kata saya paham apa yang
dimaksud polhut. Sebab, tangannya mengisyaratkan mengembalikan uang yang saya
bayar minus biaya ranger. Bukan berniat nakal, karena faktanya tidak ada ranger
sama sekali di Pulau Padar.
Jangan terkecoh dan langsung mengiyakan semua yang diminta
pengelola wisata jika tidak ingin buntung. Dua kapal setelah kami terpaksa
kembali dari Padar tanpa bisa mendaki. Entah karena enggan membayar biaya ranger
yang mahal atau harus melapor ke pos penjagaan di dekat Pulau Komodo. Perhitungkan
waktu kalian.
Kuning kering
Mendaki Padar membutuhkan waktu sekira 30-45 menit dengan
pemandangan rerumputan yang menguning. Sekali-dua terdapat pepohonan hijau
mewarnai padang savana kering. Namun menjadi apik ketika warna kuning beradu
hijau dan birunya laut dari puncak.
Lajur treking yang aduhai
Mendaki
Perlahan demi perlahan pemandangan Padar dari puncak mulai
menyembul. Empat pantai tercipta dari cekungan pulau yang ada. Karakteristiknya
berbeda. Di satu sisi pasir pantai berwarna hitam, sisi lain putih, sementara
yang akhir memerah muda dan kecokelatan. Sama elok jika dinikmati dari puncak
batu.
Sebagian dari Padar
View Padar dari puncak
Padar bisa juga dinikmati sambil merentangkan sangsaka merah putih. Entah apakah
membentangkannya seketika menunjukkan kecintaan terhadap tanah kelahiran atau
tidak. Tapi yang jelas, tidak salah juga membawa bendera sebagai properti foto
di puncak Pulau Padar. Nikmati juga anging mamiri yang membawa kalian rindu
pada tempat pulang. Adalah rumah.
Dirgahayu Indonesia!
Comments