Nge-Gojek Asyik ke Batu Belig
Selat Bali penceng di pagi hari :))
Ini adalah perjalanan kali kesekian saya ke Bali. Kali
kesekian pula seorang diri alias nggembel. Tapi Bali bukan tujuan utama. Sebab,
saya hanya membutuhkan Bali untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan ke
Labuan Bajo, NTT, keesokan harinya. Tidak ada flight langsung dari Surabaya
maupun Jakarta. Semua penerbangan menuju Labuan Bajo hanya melalui Bali.
Balik lagi ke Bali. Trip menuju Bali sengaja saya pilih
melalui jalur darat. Ngirit. Yakni menggunakan kereta api Mutiara Malam tujuan
Surabaya-Denpasar seharga 190.000 rupiah. Tiket itu sudah termasuk biaya bis
dari Stasiun Banyuwangi Baru sampai Ubung, Denpasar. Plus tiket kapal
penyebrangan Ketapang-Gilimanuk.
Dari Gilimanuk, saya diangkut menggunakan elf Damri yang nyaman
tiada tara dan diturunkan di Ubung. Nah, dari sini perjalanan dimulai. Karena penginapan
yang saya pesan ada di pusat Legian, tepatnya di sebelah Monumen Bom Bali, maka
rute angkotnya begini:
1. Cari angkot menuju Terminal Tegal: Rp 7.000 (ini
harga didapat setelah sopir gondok berat gegara saya tawar. Padahal ini harga
normal sesuai petunjuk petgas Dishub setempat).
2. Dari Terminal Tegal, ganti angkot menuju Legian:
Rp 6.000 (sopirnya baik hati banget. Pakai acara curhat tentang keluarganya di
Banyuwangi juga. Teteuplah Bali rasa Jawa :D).
Hanya saja, karena jalanan Legian satu arah dan angkot nggak
bisa masuk, jadilah saya diturunkan di Jalan Kuta lalu jalan kaki. Nggak jauh
kok. Sepanjang jalan banyak pertokoan. Jadi nggak berasa capek. Apalagi hostel
yang saya pesan nggak begitu jauh.
Saya sampai hostel (CX Hostel Ground Zero Rp 99.000 permalam
bunk bed isi empat orang) tepat pukul 13.00 WITA. Setelah mendapatkan kamar dan
beberes, saya memilih untuk mencari rental motor. Niatnya mau rental setengah
hari saja atau paling nggak seharilah. Meskipun fungsinya nggak sampai setengah
hari juga.
CX Hostel. Hostel mewah bagi saya:))
Tapi saya apes. Nggak ada rental motor yang mau melepas
motor untuk disewa barang sehari. Apalagi setengah hari. Jalan sampai pantai,
lobi sana-sini, nggak nemu juga. Tetiba saya punya ide cemerlang gegara selama
jalan kaki bertemu Gojek seliweran. Yasyudlah. Saya download aplikasinya dan
mulai menggunakan kredit vouchernya. WUAH!
Tujuan pertama saya ngeGojek adalah ke Perum Damri. Remeh sekaliii.
Hanya untuk mengambil botol minuman yang tertinggal di mobil. Mumpung transportasi
gratis, kan, yaa?:)). Mas Putu aka Sopir Gojek ini ramaaah sekali (atau karena
saya banyak nanya ya? jadinya ditanggapin:p).
Nyengir geje pakai Gojek:p
Dari Perum Damri, saya ngeGojek lagi dong buat ke Pantai (bukan
sama Mas Putu lagi gegara sinyal dia angot-angotan kurang cepat approved
pesanan saya). Saya tanya ke Mas—yang saya lupa namanya tapi tetap Bali rasa
Jawa:))— pantai apa yang ada di Canggu, yang sunsetnya cantik? Dijawablah sama
Mamang Gojek, “Mbak, Canggu itu panjang. Mbak mau pantai yang mana? Lagian kalau,
Mbak mau jalan kaki dari Kuta juga pasti sampai Canggu.”
Hahaha. Makasih banyak!
Batu Belig saya pilih atas saran Mas Gojek. Katanya ramai
dan menyenangkan. Saya, sih, oke-oke saja. Daripada bengong saja, kan, ya?
Batu Belig
Eeeh, beneran loh, Batu Belig ini ramai syekali. Meski nggak
seramai Kuta, Legian, dan Jimbaranlah ya. Nggak cuma ramai sama manusia. Tapi juga
anjingnya keliaran semena-mena. Saya nggak suka tempat ini. Mau main air takut
anjing. Mau duduk-duduk jauh dari air anjingnya keliaran -______-”.
Sebenarnya, suasana sunsetnya ini ngena banget. Tapi lagi-lagi
gegara anjing menggonggong di sekeliling saya, jadi ilfeel parah. Bingung mau
bawa diri. Mau balik ke hostel nggak mungkin juga. Kepalang tanggung.
Anjingnya bobo-bobo cantik
Sambil berdiri mematung, sesekali jalan
merepet-merepet, saya menunggu sunset. Saya sempat bertanya pada satpam yang
berjaga di Hotel mewah view pantai. Katanya, “Mbak, kalau ke arah Kuta sana,
anjingnya malah lebih banyak lagi. Anjing liar semua. Di sini anjingnya nggak
seberapa banyak kok.”
Ngok! ya syudahlah ya. Toh, matahari juga sebentar lagi
tenggelam.
Suka sama birunya...
Sunset Batu Belig cantik. Ditambah suasana persiapan La Plancha atau pesta tepi pantai di sepanjang Kuta Selatan menambah riuh malam
itu. Pingin nyobain masuk sambil dengerin
penampilan Jazz yang biasa disajikan. Sepertinya asyik. Sayang, saya kepalang
ilfeel gegara anjing. Kapan-kapan, deh, insyaallah mau coba masuk. Penasaran :D.
Tapi entahlah ya, semakin sering ngeluyur, saya semakin suka sama sunset dan pantai. Cantik!
Sedikit lagi senja
Sunset time
La Plancha
Saya pulang diantar Mas Putu (lagi). Asyiknya, sama Mas Putu—yang
menjadikan Gojek sebagai pemasukan tambahan ini—saya diajak mblusuk lewat
jalan-jalan yang nggak biasa. Jalanan tepian pantai yang suara musiknya
terdengar kemana-mana. Iiih! Kan, makin mupeng. Bukan apa-apa, ini juga gegara
jam-jamnya macet kalau lewat jalan utama.
Mas Putu ini juga semacam guide. Dia bilang, “Saya orang
lokal Bali, Mbak. Mau apa juga masuk-masuk tempat wisata? Paling ya begitu
saja. Tapi saya hapal daerah Bali.”
Baiklah.
Baiklah.
Sesampai di depan hostel, Mas Putu berpesan, “Selamat
berlibur di Bali, ya, Mbak. Terima kasih sudah pakai Gojek untuk menambah penghasilan
saya.”
Saya tersenyum girang. “Besok pagi, Gojek bisa antar ke
bandara juga, Mas?”
“Gojek bisa kapan saja, Mbak.”
Huah! Saya bahagia.
Tapi besok pagi buta, saya pesan gojek dua kali nggak ada yang datang. Entah
karena terlalu pagi atau memang enggak mau masuk ke bandara. Tapi yang jelas,
Gojek menyelamatkan saya selama beberapa jam di Bali. Karena sewa motor sudah terlalu mainstream:)).
Seragamnya Gojek!
Comments
Semoga menyenangkan ya di Bali
Salam
Bali Tours