Posts

Showing posts from 2015

Belajar dan Bermain di Predator Fun Park Batu

Image
  The entrance Kota Wisata Batu punya taman rekreasi baru. Ya, enggak baru-baru amat, sih, sekira lima bulan lalu dibuka untuk umum. Namanya Predator Fun Park (PFP). Berbeda dengan Jatim Park Group (JPG) yang menggurita dimana-mana itu, PFP terletak tak jauh dari lokasi JPG namun beda wilayah. Tepatnya di daerah Junrejo yang susah diakses oleh angkot.  PFP merupakan tempat rekreasi pertama yang ada di Kecamatan Junrejo, wajar jika angkot juga belum mampu mengakses ke sana. Saat berkunjung ke sana seminggu setelah PFP buka (launching pertama pada 18 Juli 2015), saya naik ojek dengan biaya 10.000 rupiah berdua dari Areng-Areng yang berjarak 7-8 kilometer. Jika naik angkot, ada angkot warna kuning dari terminal Batu yang turun di perlimaan Junrejo dan sisanya jalan kaki. Lumayan ngos-ngosan bagi yang nggak pernah jalan kaki.   Pintu masuk Masuk ke PFP, pengunjung dikenakan biaya 25.000 rupiah perorang (harga per tanggal 25 Juli 2015). Saat saya ke sana, PFP masih se

Asyiknya Terbang Paralayang di Gunung Banyak Batu

Image
  Di udara   Sertifikat uji nyali :))   Kota Batu pagi itu cerah, secerah perasaan saya yang optimis bisa menuntaskan hasrat terpendam sejak lima tahun lalu *pret*. Berkali-kali saya melajukan motor sambil memastikan daerah Pandesari aman. Yes, hari itu saya akan paralayang. Tekad saya bulat, nggak bakal turun sebelum benar-benar bisa terbang. Selama ada waktu, kenapa enggak? Dan uang juga, sih. Ini bukan kali pertama saya ke daerah Pegunungan Banyak. Sebelumnya sudah pernah saya ulas di sini . Jadi, wajar saja kalau saya hapal jalan menuju ke sana. Familier banget, sih, memang daerah Batu :p.    Dikelilingi pinus   Pukul setengah sebelas saya sampai di Wisata Paralayang (HTM: 5k, parkir: 3k) dan disambut dengan angin yang berhembus cukup menyejukkan. Wah, pasti bisa terbang, nih, pikir saya kala itu. Sayangnya, angin yang berhembus dan melenakan tersebut justru membahayakan siapapun yang akan terbang, sekalipun atlet. Kecepatan angin untuk terbang maksim

Unfinished

"Jadi kamu lebih pilih pilihan orang tua dibandingkan dengan orang yang sudah lama dikenal?" Gilang bertanya dengan nada yang susah kumengerti. Suasana pertunjukan Tari Kecak Uluwatu sudah berakhir. Menyisakan kami dan beberapa turis lain yang masih asyik mengambil foto berlatar semburat sisa senja, yang sejujurnya sudah tak lagi tampak. "Kenapa begitu, Kei?" Matanya menatapku mengintimidasi. Kurasa kali ini feelingku benar. Sori, bukan berarti jalan berdua ke Bali begini, apalagi sambil nonton matahari tenggelam bersamaan tari kecak, bikin baper. Tapi seenggak pekanya wanita, aku tahu, ada yang berbeda dengan biasanya. Tatapannya mengisyaratkan rasa lain. Seandainya saja Gilang tahu kalau gertak sambal tempo hari hanya ingin membuat nyalinya ciut. Habis aku kesal, bertahun-tahun bersahabat dengannya, tidak ada perkembangan berarti. Sering aku mengira, Gilang menaruh hati padaku dilihat dari perhatian-perhatian kecilnya. Tapi lebih sering lagi aku menyangkal. Mana

A Photograph

Image
  SABANG! Source: anakbackpacker.wordpress.com Main atrium salah satu mal di Surabaya Pusat sore itu lengang. Jarum jam baru lepas dari angka empat. Butuh waktu sekira tiga puluh sampai enam puluh menit untuk membuat suasana mal itu ramai, dominasi para pekerja belanja di awal bulan. Tak selengang mal, jauh di dasar hati seorang pengunjung pameran foto, ada dentuman meledak-ledak seiring dengan tatapan yang tak lepas dari frame di depannya. Seorang wanita tersenyum menikmati bisikan angin yang berhembus. Kain tenun Ende di tangan dibentangkan. Matanya tertutup seolah ingin menunjukkan dia tengah menikmati syahdunya alam Flores di pagi hari. Sementara rambut ekor kudanya dibiarkan terbang mengikuti arah angin. Di belakangnya, tiga danau paling tersohor di dunia terbentang. Diambil dengan action camera , fotografer nyata mempertontonkan percampuran kecantikan alam Indonesia Timur dengan salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Pemandangan Danau Kelimutu dan seorang wanita muda

Dilarang Baper di Pantai Padang-Padang!

Image
  Segeeer!     Everyday is holiday in Bali. Kiasan tersebut saya temukan di Pabrik Kata-kata Joger dan bisa dibenarkan saat saya bertandang ke Bali di hari biasa . Senin agak siang , saya berkendara ke daerah Uluwatu . Sampai di Pecatu, sebuah papan penunjuk arah mengisyaratkan motor dan pengemudinya untuk menyusuri Pantai Padang-Padang, salah satu tempat eksotis di frame Eat, Pray, Love. Ya kali, eksotis kalau bawa pasangan. Lah, kalau sendirian? Dilarang baper! :))   Sebenarnya, Pantai Padang-Padang atau Labuan Sait ini terletak satu garis lurus dengan Kuta, Legian, dan Tanah Lot . Tapi berbeda. Padang-Padang ternyata punya kecantikan tersendiri. Serius.   Suasana di Labuan Sait     Kali pertama saya parkir motor, Bapak penjaga menyapa. Beliau bertanya seolah nggak yakin kenapa saya baru kali pertama datang ke sana. Saya sendiri juga nggak ngerti kenapa saya baru kala itu singgah di situ. Percayalah, di Padang-Padang, di Senin yang menyengat hangat,

Leyeh-leyeh di Pulau Bidadari Flores

Image
  Melayang     Liburan identik dengan melakukan sesuatu yang nggak biasa. Tapi, liburan juga bisa cuma duduk santai sambil cerita ngalor ngidul. Seperti yang saya lakukan kala menginjakkan kaki di Pulau Bidadari. Memang, namanya sama dengan Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu. Tapi, Pulau Bidadari yang saya maksud adalah bagian dari gugusan kepulauan di Flores.  Dulu, nama Pulau itu bukanlah Bidadari melainkan Pulau Bidara. Sebab, banyak pohon bidara tumbuh di pulau tersebut. Namun, karena dianggap elok dan memesona, nama Bidara pun diubah menjadi Bidadari. Penduduk lokal lebih mengenal Bidara. Kontras, mereka mengenalkan ke pengunjung dengan sebutan Bidadari.    Pulau Bidadari      Pulau Bidadari terdiri dari dua bagian. Satu bagian dibiarkan apa adanya. Ranting pepohonan berserak dimana-mana menyimpulkan kesan kurang bagus meski air laut berlapis warnanya. Di bagian ini, siapa saja bisa mampir hanya sekadar duduk, berenang, berjemur, bersantai, bermain air,