Arigatou 2015!
Selamat tahun baru! Iya, ini terlalu basi. Maklum, saya sibuk syuting, haha. Jadi, seperti yang sudah-sudah, tulisan saya kali ini akan mereview kemana saja tahun lalu. Tahun yang bikin gairah saya meledak-ledak sekaligus menguras emosi banget. Eaaa abis! :)).
Januari
Saya pergi ke salah satu pantai di Malang Selatan yang nggak menarik. Satu karena ombaknya ganas. Dua, karena pemandangannya kotor. Itu juga nggak niat berlibur, sih, sebenarnya. Soalnya, saya pergi untuk menghadiri undangan pernikahan, niat awalnya.
Juli
Lebaran. Cuma ke rumah Pakde di Batu dan menghabiskan banyak waktu dengan keluarga di Selecta. Itu juga udah lebih dari cukup. Oh ya, saya juga ke Taman Buaya di bulan ini.
Agustus
Puncak dari keinginan saya untuk mencoret daftar tempat tujuan wisata impian ada di bulan ini. Satu tempat yang saya idamkan sejak lama sekali. Labuan Bajo, Flores. Nggak usah ditanya gimana kesannya. Saya pingin ke sana lagi, pakai banget! Kangen ngobrol sama Pak Ibrahim dan Harman. Selain ke Flores, saya juga ke Bali sehari di bulan ini.
September
Cuma ke kondangan temen di luar kota dapat bonus curhatan dari teman-teman. Lumayan asyik! Sisanya, waktu saya habiskan dengan ke mal yang ternyata membosankan. Oh ya, sama tugas sehari ke kota seberang.
Oktober
Di sinilah puncak dari segala kompensasi yang harus saya bayar. Kalau di bulan-bulan sebelumnya jadwalnya enggak manusiawi, maka di bulan ini giliran dapat stres sestres-stresnya. Udah kerjaan banyak, nggak bisa jalan-jalan, penelitian gagal melulu, ditambah satu hal yang bikin saya udah mirip zombie. Ih. Saya nggak suka bulan Oktober.
But, we live from the past. Setelah merenung dan nyaris depresi sambil mengisi waktu dengan ngemal, belanja, dan makan enak, kayaknya ini fase yang nggak semua orang bisa alami dan rasakan. Saya nggak perlu lari buat menghapusnya. Jadi, saya ralat, saya suka bulan Oktober!
November
Paralayang di Gunung Banyak sudah saya idamkan sejak lama. Tapi baru kesampaian di bulan November. Itu pun setelah memaksa partner penelitian buat nggak kerja sehari. Teriak-teriak di angkasa lumayan ngilangin kedukaan.
Desember
Alhamdulillah, Natal jatuh di hari Jumat. Artinya, saya bisa jalan-jalan tanpa harus terganggu jadwal penelitian. Awalnya mau ke Semarang, tapi batal. Lalu pindah mau ke Banyuwangi, batal juga. Akhirnya saya ke Lumajang, ke Air Terjun Tumpak Sewu. Sekalian jalan-jalan terakhir sebelum teman saya married.
Ada banyak hal yang harus saya lalui di tahun 2015. Senang, sedih, dijauhi, dibohongi, kecewa, semua bercampur menjadi satu. Yang saya ingat, kejadian-kejadian itu membuat saya semakin yakin bahwa semua adalah siklus. Dan siklus akan berhenti pada waktunya sendiri. Itu juga yang membuat saya yakin di tahun ini bisa jauh lebih baik dari 2015 selama saya masih mampu mengusahakannya.
Januari
Saya pergi ke salah satu pantai di Malang Selatan yang nggak menarik. Satu karena ombaknya ganas. Dua, karena pemandangannya kotor. Itu juga nggak niat berlibur, sih, sebenarnya. Soalnya, saya pergi untuk menghadiri undangan pernikahan, niat awalnya.
Di akhir bulan, saya bersama tiga teman pergi ke Belitung. Satu tempat yang bikin saya kangen melulu dan kepingin ke sana lagi. Kurang puas! Itu juga gegara pesawat pulang tiba-tiba dimajukan oleh maskapai. Jadilah, rencana berkeliling di hari terakhir batal. Pingin ke sana lagi kalau tiketnya murah, deh.
Februari
Maksud hati mau ke Bukit Jamur, apa daya ganti ke Pantai Dalegan. Ya udah, sih, asyikin aja.
Maret
Saya lupa bulan ini kemana. Cari di file foto juga nggak nemu aktivitas. Padahal, saya ingat banget kalau kegiatan di enam bulan pertama tahun lalu itu cukup menyita waktu.
April
Katakan urusan pekerjaan ke luar kota selalu membuat saya tertarik. Ya, katakan saja begitu. Tapi kenyataannya nggak semua pekerjaan ke luar kota itu selalu berakhir menyenangkan. Yang ada malah bosan. Padahal, urusan pekerjaan saya ini tergolong remeh. Tapi justru karena remeh dan butuh ke luar kota seminggu bisa 2-3 kali ditambah rutin itulah yang bikin bosan! Haha, repot. Jadi di bulan ini saya ke Gili Labak, Sumenep, Omah Kayu, Batu, dan Taman Dayu, Prigen. Sisanya, beneran manggung demi masa depan.
Mei
Sama seperti bulan sebelumnya, bisa dikatakan saya mulai merasa jenuh jalan-jalan. Aneh ya? Nggak juga, sih, sebenarnya. Gimana lagi? Dua bulan itu jadwal manggung saya padat luar biasa. Tiap minggu pasti ke luar kota bisa 2-3 kali. Rasanya enek lihat jalanan. Di bulan ini saya ke Bondowoso buat rafting di Bosamba, lalu ke Menjangan, Bali, Pulau Tabuhan, Banyuwangi, Taman Safari Prigen, dan beberapa kota lain untuk urusan pekerjaan. Asli jenuh. Tapi kalau nggak gitu pasti makin jenuh, haha
Juni
Saya ke Lumajang dan Bali. Iseng aja sebenarnya. Kenapa gitu? Cuma buat menghabiskan jatah cuti semester satu. Aslinya, sih, masih males buat jalan-jalan ngeliat dua bulan ke belakang agendanya kayak begitu.Juli
Lebaran. Cuma ke rumah Pakde di Batu dan menghabiskan banyak waktu dengan keluarga di Selecta. Itu juga udah lebih dari cukup. Oh ya, saya juga ke Taman Buaya di bulan ini.
Agustus
Puncak dari keinginan saya untuk mencoret daftar tempat tujuan wisata impian ada di bulan ini. Satu tempat yang saya idamkan sejak lama sekali. Labuan Bajo, Flores. Nggak usah ditanya gimana kesannya. Saya pingin ke sana lagi, pakai banget! Kangen ngobrol sama Pak Ibrahim dan Harman. Selain ke Flores, saya juga ke Bali sehari di bulan ini.
September
Cuma ke kondangan temen di luar kota dapat bonus curhatan dari teman-teman. Lumayan asyik! Sisanya, waktu saya habiskan dengan ke mal yang ternyata membosankan. Oh ya, sama tugas sehari ke kota seberang.
Oktober
Di sinilah puncak dari segala kompensasi yang harus saya bayar. Kalau di bulan-bulan sebelumnya jadwalnya enggak manusiawi, maka di bulan ini giliran dapat stres sestres-stresnya. Udah kerjaan banyak, nggak bisa jalan-jalan, penelitian gagal melulu, ditambah satu hal yang bikin saya udah mirip zombie. Ih. Saya nggak suka bulan Oktober.
But, we live from the past. Setelah merenung dan nyaris depresi sambil mengisi waktu dengan ngemal, belanja, dan makan enak, kayaknya ini fase yang nggak semua orang bisa alami dan rasakan. Saya nggak perlu lari buat menghapusnya. Jadi, saya ralat, saya suka bulan Oktober!
November
Paralayang di Gunung Banyak sudah saya idamkan sejak lama. Tapi baru kesampaian di bulan November. Itu pun setelah memaksa partner penelitian buat nggak kerja sehari. Teriak-teriak di angkasa lumayan ngilangin kedukaan.
Desember
Alhamdulillah, Natal jatuh di hari Jumat. Artinya, saya bisa jalan-jalan tanpa harus terganggu jadwal penelitian. Awalnya mau ke Semarang, tapi batal. Lalu pindah mau ke Banyuwangi, batal juga. Akhirnya saya ke Lumajang, ke Air Terjun Tumpak Sewu. Sekalian jalan-jalan terakhir sebelum teman saya married.
Ada banyak hal yang harus saya lalui di tahun 2015. Senang, sedih, dijauhi, dibohongi, kecewa, semua bercampur menjadi satu. Yang saya ingat, kejadian-kejadian itu membuat saya semakin yakin bahwa semua adalah siklus. Dan siklus akan berhenti pada waktunya sendiri. Itu juga yang membuat saya yakin di tahun ini bisa jauh lebih baik dari 2015 selama saya masih mampu mengusahakannya.
Comments