Mengenal Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi



Pergi ke Banyuwangi nggak ada salahnya kalau kalian mampir ke Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Sebab, di sana kalian bisa bertemu dengan Suku asli Banyuwangi, yaitu Osing. Tepatnya di Banyuwangi bagian barat.

Berdasarkan hasil ngobrol singkat dengan tetua adat Osing, Pak Sucipto (yang ngomel ketika saya salah sebut nama, haha) dan Pak Ridho Kabid Pariwisata Disparta Banyuwangi, Suku Osing dulunya adalah pecahan dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke wilayah timur Jawa saat Belanda menyerang. Mereka menyebar di segala penjuru Banyuwangi. Tapi umumnya, Suku Osing menempati wilayah barat.



Nah, dalam rangka iseng yang disponsori oleh Kementrian Pariwisata untuk mendukung acara Tour de Banyuwangi Ijen 2016, saya berkesempatan untuk mampir ke Desa Kemiren. Jaraknya cukup jauh dari Bandara Blimbingsari, memakan waktu sekira 40 menit perjalanan menggunakan mobil.

Kali pertama masuk Desa Kemiren, pengunjung akan disuguhi Tari Barong Prejeng, barong khas Banyuwangi yang memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dengan Barong Bali. Salah satunya Barong Prejeng memiliki telinga sementara Bali tidak.



Tarian Barong Prejeng ini dilakukan untuk mengusir aura negatif wisatawan yang datang ke Desa Kemiren. Setelah Barong, wisatawan akan disuguhi tarian selamat datang Jejer Gandrung.

Awal mulanya, tarian ini ditarikan oleh lelaki bernama Marsan (disebut Tari Gandrung Marsan). Namun pada 1901 perempuan juga mulai menarikan tarian itu disebut Tari Gandrung Semi yang ditarikan sejak pagi hingga sore. Lalu ada juga Gandrung Subuh yang ditarikan sebagai bentuk permohonan ampun pada Yang Kuasa. Nah, saat tarian ini ditarikan, akan ada sekelompok musisi pemain gendang dan gamelan yang mengiringi. Dulunya, gamelan dan gendang ini merupakan alat perjuangan untuk mengusir VOC. Kok bisa?

Karena VOC tertarik sampai terlena dengan bunyi-bunyian gamelan yang dimainkan. Kesempatan itu lalu dimanfaatkan masyarakat untuk merampas peralatan perang lawan.



Well, mampir ke Desa Kemiren ini unik banget. Asli. Kenapa? Karena semuanya masih dibiarkan alami. Termasuk kuliner Pecel Pitik yang menjadi jamuan wisatawan dan rumah adat Suku Osing yang masih dipertahankan.

Pecel Pitik adalah menu wajib yang harus dicoba kalau mampir ke Banyuwangi. Sebab, pembuatannya sangaaat istimewa.

Yeees, kuliner itu dibuat dengan memberikan sesembahan lebih dulu ke petilasan Mbah Chili agar hajat yang akan dilakukan lantjar jaya. Agak horor memang ya. Namanya juga adat.





Puas makan, bisa banget dilanjutin leha-leha sambil nonton gendingan. Mayan menghibur. Tapi sayangnya, untuk menikmati seperti yang saya nikmati itu *kalimatnya ngeselin banget ya?:))* nggak bisa didapat kalau kalian datang seorang diri. Bisa, sih, kalau mau. Soalnya bayarnya mayan nguras kantong. Minimal 3 juta rupiah untuk pertunjukan tari, jamuan selamat datang, dan makan siang. Ada juga layanan jalan-jalan, tentu harganya nggak murah.







Buuut, kalau masih penasaran pingin tahu sejarah Suku Osing lebih dalam, bisa banget kok kontak Pak Sucipto 085859950720 tanya-tanya dulu. Selamat berkunjung ke Banyuwangi!

Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Makanan Khas Negara ASEAN Ini Jangan Sampai Kamu Lewatkan