Terpukau di Taman Nasional Baluran

Ini adalah perjalanan kali kedua saya di Taman Nasional Baluran setelah sembilan tahun lalu datang untuk penelitian. Tahun 2007 tepatnya, saat masih menjadi mahasiswa baru.
Perjalanan kali ini merupakan rangkaian tur International Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI2016) dari Kemenpar dan Pemda Banyuwangi. Ya, walaupun dilihat dari zonasinya, TN Baluran nggak masuk Banyuwangi alias Situbondo. Tetapi, karena lokasinya lebih dekat dari Banyuwangi, jadi banyak yang mengira ada di kabupaten paling timur Pulau Jawa.

Kali pertama menginjakkan kaki di gerbang TN Baluran, dua kata yang saya teriakkan, "masih sama!"
Iya, sepanjang ingatan saya di foto-foto zaman masih imut, TN Baluran nggak banyak berubah. Masih berupa padang savannah, hutan hujan tropis, evergreen, dan mangrove. Masih ingat banget gimana saya dan lima teman juga dosen pembimbing menyusuri Pantai Bama untuk meneliti vegetasi mangrove yang tersebar di sekitar TN Baluran. Kapal bersandar yang sama. Penginapan Bekol yang tak berubah. Jalan masih hancur. Masih sama dengan lima hari di bulan Oktober 2007.



Tapi untuk jalan memang sengaja dibiarkan hancur agar nggak ganggu ekosistem yang notabene serbaalami. Nggak kebayang kalau ada satwa Kijang balapan lari sama Kijang modern di aspal mulus.
Bedanya hanya satu, sejak kapan tepatnya TN Baluran dibuka untuk wisata dan booming dimana-mana? Kata Pak Djarot, staf pemasaran Disparta Banyuwangi, sejak lima tahun lalu TN Baluran mulai ramai dan happening. Pantas saja. Setau saya dulu nggak ada wisatawan sama sekali yang mampir buat foto-foto sama belulang rusa atau banteng. Oh, satu lagi, sekarang TN Baluran dan Bama sudah lebih bersih. Padahal dulunya kotor maksimal dan banyak sampah.


Masuk ke TN Baluran bisa ditempuh dengan mobil pribadi. Sumpah, nggak ada angkot. Agak aneh juga, sih, kalau angkot sampai masuk hutan:))). Biaya perorang hanya 15 ribu rupiah untuk turis lokal dan 250 ribu rupiah untuk wisman.
What to do in Baluran? Foto-foto jelas. Motret satwa dan flora bisa. Tiduran bisa juga. Ada penginapan Bekol yang bisa dibuat menyepi di tengah hutan. Banyak satwa liar juga yang bisa ditemui seperti banteng, primata jenis makaka, lutung, rusa, merak, kijang, harimau (kalau beruntung), dan ragam jenis burung. Kalau di mangrove, akan ada ikan yang melompat-lompat saat hari mulai turun. Menyisakan bebunyian merdu dan bergantian satu sama lain. Seru! Jangan lupa buat naik di menara pandang buat melihat TN Baluran keseluruhan.


Yang saya takjubkan, ternyata TN Baluran ini bisa ditempuh pakai mobil dari Bekol sampai Bama! Subhanallah... Dulu saya pulang pergi empat hari jalan kali. Dari yang semula ngerasa jauh sampai terbiasa. Belum lagi kalau ada barang tertinggal. Balik lagi gitu.

Well, overall saya senang, sih, bisa balik ke TN Baluran lagi. Bisa bermain dengan memori yang biasanya payah ini.

Jadi, liburan ke Banyuwangi nggak salah juga kalau mampir ke TN Baluran biar tahu rasanya main-main di hamparan padang savannah. Soalnya selain untuk penelitian dan wisman, jarang banget ada yang masuk ke hutan buat eksplor jutaan flora yang ada di sini. Mereka biasanya cukup main-main di Bekol dan Bama buat foto-foto. Nggak usah khawatir sama perut kosong. Di Bama juga ada warkop buat nongkrong.

Selamat liburan!
Comments