Nongkrong Cantik di Gunung Nona Enrekang
Gunung Nona di Enrekang
Nggak, nggak, saya nggak mendaki. Nyali saya belum begitu
besar buat menaklukkan gunung. Tentu saja, saya juga masih mikir berkali-kali menariknya
gunung—yang bagi teman-teman saya jauh lebih menantang daripada pantai—ini dimana.
Bayangpun setelah didaki penuh peluh lalu turun. Kan, capek...
Jadi, sebagai alternatif biar nggak capek tapi seolah-olah
ngerasain pernah naik gunung, saya dan sembilan teman memilih menghabiskan
waktu sore di Gunung Nona, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. ini atas usul
Pak Aksan, sopier elf kami.
Di sana-sini pohon
Selepas pulang dari Tana Toraja, Pak Aksan memilih jalur
Enrekang untuk menuju Bulukumba—yang waktu tempuhnya selama 14 jam! HAHAHA,
saya masih nggak habis pikir dengan hal ini. Saya yang bikin itinerary tentu harus terima keadaan
terombang-ambing di jalan selama empat hari empat malam. Apa kabar pantat? Mati
rasa! :)))
Sebenarnya, nongkrong cantik di Gunung Nona ini sama banget
dengan di Payung, Batu; Tretes; Cemoro Sewu, Karanganyar; dan tempat-tempat
dingin lain di Jawa. Bedanya, ini di Sulawesi Selatan, haha #digiles.
Berkabut
Banyak banget warung-warung di tepian jalan sepanjang
pemandangan Gunung Nona ini. Yang dijual juga standarlah. Minuman hangat,
cemilan hangat, dan snack kering yang dibanderol mulai 20 ribu rupiah (btw,
stik kejunya enak!). Harganya juga nggak jauh beda dengan harga di Jawa. Katakanlah
minuman hangat seharga 5 ribu rupiah. Yaaa, 11-12-lah ya...
Di sepanjang Gunung Nona, wisatawan bisa banget foto-foto
nggak jelas berlatar Gunung Nona. Oh ya, mengenai nama, kenapa namanya Gunung
Nona? Kata Pak Aksan, karena bentuknya mirip dengan gunung nona (payudara wanita)—well, penjelasan ini masuk dalam
kategori saru dan nggak sopan,
menurut saya.
Nggak ngerti jalur pendakiannya dari mana ini...
Tapi terlepas dari joke
garing dari Pak Aksan, siapa pun bisa mampir ke warung untuk bersantai
menikmati pemandangan Gunung Nona. Udara dingin yang menusuk pori dan suasana
sepi (nggak seramai di Jawa) paling bisa dipakai buat ngobrol asyik
menghabiskan waktu sore. Di warung-warung ini juga dilengkapi dengan kamar
mandi yang bisa dipakai buat numpang mandi—kalau betah sama air dingin. Sekira satu
jam kami istirahat ngelurusin pinggang di sini sebelum menempuh jalur—setan—panjang menuju
Bulukumba.
Jadi, jangan lupa buat mampir di mari yaa kalau dari Toraja!
Leha-leha tjantik
Comments