Pergi ke Malaysia rasanya kurang lengkap jika tidak mampir ke Batu Caves yang ada di distrik Gombak, Selangor, Malaysia. Sebab di sana ada sebuah kuil pemujaan umat Hindu dengan patung Dewa Murugan tertinggi di dunia. Untuk masuk ke Batu Caves harus berpakaian sopan atau menyewa kain seharga RM 5 sebagai jaminan. Uang ini nantinya dikembalikan hanya RM 3. Ya, sama kayak bayar RM 2, kan, yaaa :))!
Oh yaa, kalau mau ke Batu Caves, bisa banget naik LRT dari Pasar Seni turun ke Stasiun Putra Gombak lalu dilanjutkan dengan naik bus gratis dengan tulisan Go Genting! Atau kalau nggak mau kelamaan nunggu bus, bisa banget naik Uber dengan biaya RM 10. Masuk sini gratis, loh!
"Kita nginap bandara ya? Dua malam. Malam kedatangan dan malam sebelum keberangkatan," Sebenarnya, sudah lama sekali saya pengen tidur bandara. Sekadar ingin menikmati sensasinya. Cuma baru kali ini kesampaian. Ternyata, seru juga tidur bandara :)) Ceritanya, saya dan ketiga teman akan pergi ke Nusa Penida. Nah, biar hemat waktu, kami memutuskan untuk menginap di Bandara Ngurah Rai Bali agar bisa sampai tujuan pagi-pagi dan eksplor lebih lama. Pesawat keberangkatan SUB-DPS pukul 19.45 WIB tapi landing sekira 21.30 WITA. Molor 30 menitan gitu. Tapi bagi saya, semakin lama molor berarti waktu menunggu pagi semakin sempit. Baguslah. Makin bagus lagi setelah landing kami nggak langsung keluar. Tapi masih foto-foto konyol berlatar tulisan selamat datang di Bali. YAELAH! Padahal cuma Bali yang sudah dikunjungi berkuali-kuali, ini masih mejeng dan foto-foto di depannya. Biarinlah, kapan lagi foto sambil nenteng helm pascaturun bandara #lmao Sambil menunggu Mbak Uph
Sebagai bandara terbaik selama tiga tahun berturut-turut, Bandara Changi di Singapura bisa banget masuk list buat tempat menginap. Karena hal itulah saya memutuskan untuk membeli tiket pesawat murah CGK-SIN dengan jadwal penerbangan jam 21.30 dan sampai Changi 00.30 pagi. Artinya, saya bisa menginap di Changi sebelum jalan-jalan iseng dan nggak penting di Singapura esok pagi. Penerbangan ke Singapura bagi saya adalah penerbangan paling melelahkan. Soalnya, jam 15 sore saya harus menyudahi pekerjaan, pulang ke rumah buat mandi, ngebut buat ngejar pesawat ke Jakarta jam 17.25 (jalanan macet gila!), lanjut pindah terminal, dan baru bisa buka puasa pukul 20.30 setelah nemu tempat selonjor. Apa kabar naskah kerjaan? Kerjaan baru bisa saya selesaikan pas sudah landing di Singapura, dapat wifi dan colokan listrik, dengan perasaan kacau dan pegel ngos-ngosan :))). Urusan penerbangan di Singapura sebenarnya bikin was-was. Soalnya, imigrasi negara singa ini sering banget random check wisa
cr: depositphotos Jauh sebelum menikah, saya meyakini bahwa akan menurunkan bakat alergi pada anak jika suatu saat menikah dan punya anak. Ya, tentu saja, karena saya memiliki riwayat alergi. Apalagi ternyata, suami pun juga memiliki riwayat alergi yang sama dengan saya. Sama-sama alergi dingin dan debu. Jadi kebayang nggak, di dalam rumah tangga yang tiap pagi selalu nggebres-nggebres bersin dan hidung buntu tiap pagi? :))) Menurut artikel dan beberapa catatan yang pernah saya baca (dan sedikit pelajaran di zaman kuliah), alergi tidak selalu diturunkan oleh orang tua. Tapi peluangnya menjadi lebih besar jika kedua orang tua memiliki bakat alergi. Jadi, setiap anak memang ada bakat alergi walaupun kedua orang tuanya tidak punya riwayat alergi. Apalagi kalau orang tuanya ada alergi. Saya kutip dari laman bebeclub. Persentase risiko anak menderita alergi adalah sebagai berikut: • 60-80% jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi dengan manifestasi sama. • 40-60% jika kedua orang tua m
Comments