Serunya Jelajah Malaka di Akhir Pekan
Malaka menjelang petang
Siapa yang nggak kenal Malaka? Sebuah kota di Malaysia yang
sarat akan peninggalan sejarah. Tahun 2008 lalu Malaka dinobatkan UNESCO
sebagai kota warisan dunia. Penyematan tersebut memmbuat Malaka semakin dikenal
luas oleh wisatawan mancanegara. Bangunan-bangunan di masa kerajaan Malaka dan
penjajahan masih berdiri kokoh bisa dinikmati oleh siapa saja yang ingin mengenalnya.
Red Building (atau Old Building) adalah tujuan utama turis yang ingin tahu
lebih dalam bagaimana bentuk eksotika Malaka.
Bapak Binaraga Malaka
Pun saya yang tertarik dengan Malaka. Maka, dari Larkin
Terminal Johor Bahru, perjalanan saya selanjutnya adalah menuju Malaka Sentral.
Perjalanan antarkota ini bisa ditempuh dengan bus selama dua jam dengan harga
RM 18 saja. Berpijak di Malaka Sentral, kalian bisa mencari Line 17 untuk bus
tujuan Red Building (tapi busnya berhenti di Muzium Belia) seharga RM 1,5.
Muzium Belia
Red Building atau The Stadhuys (dalam bahasa Belanda berarti
kantor pemerintahan atau gubernur) adalah komplek bangunan merah yang
bersebelahan persis dengan Christ Church Malaka. Bangunan ini ada sejak tahun
1600-an. Saat ini menjadi kawasan paling ikonik karena warna merah bata dipadu
arsitektur bangunan yang klasik membuat siapa pun yang berkunjung pasti betah
berlama-lama.
The Stadhuys
Christ Church
Jalanan Malaka itu penuh sesak antara manusia, mobil, dan
becak musik. Tapi anehnya, jalanannya dibuat sangat nyaman bagi pejalan kaki.
Di mana-mana orang jalan kaki. Sangat jarang ada pejalan kaki terkena klakson
mobil gara-gara ngelindur agak ke tengah jalan. Tapi sangat sering pejalan kaki
kena klakson becak musik—yang kebanyakan menyetel lagu Melayu dan Dangdut—kalau
jalannya dianggap ngawur, wkwk.
Becak musik
Sabtu siang di Jonker Street sudah banyak sekali penjual
yang membuka lapak di depan toko-toko utama. Semacam bazaar gitu. Tapi hanya
ada di saat weekend. Yang dijual rata-rata hampir sama dengan yang ada di
Indonesia; street food, minuman, aksesoris, baju, sampai pernak-pernik yang
nggak begitu penting kayak alat pemijat kepala.
Nyamannya berjalan kaki di Malaka
Kalau kalian ingin membeli oleh-oleh, misalnya magnet atau
key chain, harga di Jonker Street agak sedikit lebih mahal. Jadi, saran saya,
belilah di lapak permanen yang ada di belakang pelapak mingguan tersebut. Atau,
beli di lapak permanen dekat Taman Merdeka (bisa juga di mal Dataran Pahlawan
yang mirip Tanah Abang), di situ lebih murah dan bisa ditawar.
Bisa main-main sama merpati
Menyusuri jalanan Malaka, yang perlu disiapkan hanyalah
fisik kalau kalian memutuskan untuk berkeliling sambil berjalan kaki. Melewati
Jonker Street, ada sebuah kedai rice ball Chung Wah yang amat tenar—yang kalau
mau makan mesti antre sampai ke jalan. Kedai itu bisa jadi patokan sebagai
gerbang Jonker Street. Baru setelah itu, kalian akan menemukan Malaka 0 mile
yang merupakan titik nol Malaka berada persis di depan The Stadhuys.
Malaka 0 Mile
Jonker Walk
Habiskan waktu di sini. Puas berfoto dengan bangunan merah
yang ikonik, kalian bisa melanjutkan perjalan di belakang Stadhuys. Di sana,
ada reruntuhan gereja Saint Paul di St Paul’s Hill yang terkenal dengan sosok
pendeta Francis Xavier, pendeta yang amat disegani oleh kaum Kristiani Malaka. Ceritanya,
saat meninggal, pendeta Xavier dimakamkan di gereja Saint Paul selama sembilan
bulan. Namun, jasadnya masih utuh ketika hendak dipindah-makamkan di Goa,
India.
St. Paul's Hill dengan patung Pendeta Xavier
Oleh karena itu, pimpinan Katolik Roma sepakat untuk
memotong lengan kanan Xavier sebagai bentuk balas budi Xavier yang telah
menyebarkan agama di wilayah Asia. Makanya, di situ ada patung Xavier yang
tegak berdiri dengan lengan kanan yang terpotong (namun alasan patung yang
terpotong lengannya hingga saat ini masih menjadi misteri). Nama Francis Xavier
pun kini diabadikan menjadi nama salah satu gereja di Malaka.
Gereja Francis Xavier
Selain reruntuhan gereja, di belakang Stadhuys, kalian akan
menemukan banyak sekali jenis museum, seperti:
Muzium Umno museum perpolitikan yang
mengisahkan tentang politik yang ada di Malaka,
Muzium Umno
Muzium Setem museum perangko yang di dalamnya berisi koleksi perangko dari Malaka dan Malaysia,
Muzium Setem Malaka
Muzium Kemerdekaan berisi tentang sejarah
kemerdekaan Malaysia dan bagaimana Malaka bermula. Seperti lazimnya museum
kemerdekaan lain, di sini juga dilengkapi dengan diorama, foto, benda-benda
bersejarah, dan tekstual,
Muzium Kemerdekaan
Muzium Rakyat berisi tentang berbagai penghargaan dan cagar budaya Malaka dari berbagai sektor pembangunan,
Muzium Rakyat
Muzium Seni Bina Malaysia museum yang banyak
memajang bangunan arsitektur di seluruh negara bagian Malaysia,
Muzium Senibina Malaysia
Muzium Islam Malaka berisi tentang asal-usul
Islam masuk ke Malaka. Di sini juga ada berbagai macam arsitektur masjid yang
tersebar di beberapa wilayah di Malaysia.
Muzium Islam Malaka
Muzium Dunia Melayu Dunia Islam museum ini berisi tentang persebaran Islam di seluruh dunia, sosok penting dan berpengaruh bagi perkembangan agama Islam, sejarah, gedung-gedung yang berkaitan dengan persebaran Islam di masa lampau.
Muzium Dunia Melayu Dunia Islam Malaka
Dan masih banyak lagi museum yang letaknya saling
berdekatan.
Tak cukup di situ, di dekat komplek museum, kalian juga bisa
mampir ke Benteng A Famosa yang menjadi saksi sejarah perang kemerdekaan di
Malaka. Kalau sudah puas berkeliling, kalian bisa beristirahat sejenak sambil
menikmati es krim potong seharga RM 2 yang ada di sekitar Taman Merdeka. Kalau
lapar menyerang, mampirlah ke Dataran Pahlawan untuk membeli Chicken Rice Ball
halal.
Benteng A Famosa
Sudah berkeliling museum, sudah kenyang, jangan terburu-buru
balik ke penginapan. Sebab, malaka saat sore sampai malam amat sayang jika
dilewatkan begitu saja. Letak Malaka yang dikelilingi oleh sungai dan coffee
shops yang berjajar rapi membuat pejalan kaki bisa bersantai ria sambil
sesekali melihat Malaka River Cruise yang melintasi sungai. Kalau mau naik,
bisa beli tiket di dekat Taman Merdeka seharga RM 15.
Malaka River Cruise
Enak buat jalan santai
Jika petang menjelang, kalian bisa banget berbalik arah
menuju Jonker Street untuk menikmati ingar binger suasana pasar malam sambil
minum Es Cendol khas Malaka.
Es Cendol Malaka
Mampir salat di Masjid Kampung Hulu atau Kampung Kling juga bisa. Kedua masjid ini berpengaruh pada penyebaran Islam di zaman Kerajaan Malaka.
Gimana? Tertarik untuk berwisata akhir pekan di Malaka?
Masjid Kampung Hulu
Comments