Mengenal Sejarah Pulau Penyengat di Kepulauan Riau
Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat
Kepulauan Riau menyimpan banyak sekali pulau-pulau kecil
yang terserak di sekitar perairan yang mengelilingi. Salah satu pulau di
Kepulauan Riau adalah Pulau Penyengat. Mendengar namanya, mungkin di antara
kalian sudah tak asing lagi. Sebab, pulau ini sudah amat tenar sejak berabad-abad
lalu. Dari namanya, Pulau Penyengat memiliki history yang menarik untuk
dicermati.
Selamat datang di Pulau Penyengat
Nama Penyengat diambil dari sebuah kejadian yang ada sebelum
abad ke-18. Kala itu, pulau yang berada di muara Sungai Riau ini menjadi
persinggahan bagi pelaut yang ingin mengambil air tawar. Keberadaan air tawar
di pulau ini amat melimpah. Padahal, jika dilogika, posisi pulau yang amat
dekat dengan laut sangat tidak mungkin jika air yang terkandung di dalamnya
berasa tawar. Namun, begitulah Pulau Penyengat.
Selasar Pulau Penyengat
Lain daripada itu, satu masa, seorang pelaut tengah
beristirahat di pulau yang hanya sepelemparan batu dengan ibukota Kepulauan
Riau, Tanjung Pinang ini disengat serangga sejenis tawon. Sengatan tersebut
memakan korban. Oleh karenanya, pulau ini dinamakan Pulau Penyengat yang
dikenal hingga kini.
Jalanan di Pulau Penyengat
Sejarah berkembang, saat pusat pemerintahan Kerajaan Riau
dialihkan di pulau ini, nama Pulau Penyengat diubah menjadi Pulau Penyengat
Indera Sakti. Kemudian pada tahun 1803, Pulau Penyengat yang semula berfungsi
sebagai pusat pertahanan kala itu berubah menjadi negeri yang berkedudukan Yang
Dipertuan Muda. Dan sejak tahun 1900, Pulau Penyengat dikenal sebagai salah
satu pusat penyebaran agama Islam dan kebudayaan Melayu.
Peta sejarah Pulau Penyengat
Well, melihat sejarahnya, Pulau Penyengat sangat layak
menjadi salah satu destinasi wajib jika kalian tengah berkunjung ke Tanjung
Pinang. Berkunjung ke Pulau Penyengat sangatlah mudah. Hanya membutuhkan waktu
tak lebih dari 10 menit berkendara menggunakan kapal kecil yang disebut pompong.
Harga tiket pompong hanya 7 ribu rupiah perorang. Kecelakaan yang sempat
menewaskan 15 penumpang pompong beberapa bulan lalu pada kenyataannya tidak
membuat surut jumlah kunjungan di Pulau Penyengat. Tidak usah khawatir karena pompong
saat ini telah dilengkapi dengan pelampung.
Pompong
Begitu tiba di pulau Penyengat, kalian akan disuguhi
pemandangan bangunan masjid berarsitektur khas Melayu. Warnanya kuning
mentereng khas kerajaan. Jika waktu salat tiba, masjid ini akan ramai sekali. Seperti
kedatangan saya kala itu bertepatan dengan azan Zuhur.
Masjid Sultan Riau
Berkendara dengan waktu yang begitu singkat, membuat
perjalanan ke Pulau Penyengat semakin mendebarkan. Bukan karena kisah sejarah
yang melatarbelakangi. Tapi karena banyaknya wisatawan yang memang sengaja datang
untuk ngalap berkah, berziarah ke makam
raja-raja Kerajaan Riau. Secara khusus.
Rumah panggung
Istana Kantor
Pulau Penyengat memang dikenal dengan makam para raja
Kerajaan Riau. Namun tidak semua makam raja dikebumikan di sini. Berdasarkan
sejarah yang lain, Pulau ini merupakan mas kawin bagi makam Raja Hamidah. Selain
makam para raja, di Pulau Penyengat juga dimakamkan pencipta gurindam 12 yang
amat terkenal, Raja Ali Haji. Ada sebagian gurindam karya Raja Ali Haji
disematkan di kompleks makam ini.
Makam Raja Hamidah
Ada dua alternatif yang bisa kalian lakukan ketika tiba di
Pulau Penyengat. Satu, berkendara mengenakan becak motor seharga 25 ribu rupiah
bonus diantar keliling pulau—terserah pilih mana saja tujuannya. Dua, berjalan
kaki. Saya dan rombongan tentu saja memilih untuk berjalan kaki. Selain hemat
di kantong, juga bikin sehat *pret*.
Becak motor
Pulau Penyengat tidak begitu luas. Kalian bisa mengelilingi
pulau sambil berjalan santai tak sampai dua jam. Itu pun sudah disambi dengan
istirahat dan mengurut kaki yang cenut-cenut.
Bicara tentang Pulau Penyengat, bukan berarti bicara tentang
makam para raja saja. Tapi juga bicara tentang peninggalan kebudayaan di zaman
itu. Ada banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri di sana. Mulai dari
Istana Kantor, Balai Adat, benteng pertahanan, dan Gedung Hakim yang hanya tersisa reruntuhan.
Gedung hakim
Jika mampir di Balai Adat, kalian akan menemukan pemain
biola klasik yang tengah memainkan lagu-lagu Melayu. Amboi, asik nian suaranya!
Jangan lupa, cicipi sumur air tawar yang berada di bawah rumah panggung Balai
Adat. Rasanya tawar dan segar. Konon, jika meminumnya bisa membuat awet muda
dan terbebas dari penyakit.
Balai Adat
Banyak hal yang menarik bisa dikupas di Pulau Penyengat jika
kalian memang sengaja memburu sejarah. Niscaya tidak akan kecewa dengan suguhan
yang diberikan. Selamat pelesir di Pulau Penyengat!
Deram-deram, makanan khas Pulau Penyengat yang manis banget
Comments