Rammang-rammang: Pesona Batuan Karst di Sulawesi Selatan
Rammang-rammang
Berkunjung ke Sulawesi Selatan rasanya tidak cukup jika
hanya meluangkan waktu selama empat hari. Bagaimana tidak? Objek wisata dan beragam
kuliner yang menggoyang lidah begitu banyak. Sayang jika tidak dinikmati.
Khas pedesaan
Katakanlah Maros. Sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang
memiliki objek wisata amat popular. Namanya Rammang-rammang. Saking populernya,
banyak sekali orang merekomendasikan Rammang-rammang sebagai destinasi wajib
dikunjungi. Terlebih, Rammang-rammang menyuguhkan sajian yang sangat tidak
biasa.
Persawahan berlatar karst
Yaitu, deretan batu karst atau batuan kapur yang menjulang
tinggi sejajar dan rapat. Batu karst ini diklaim sebagai batuan terbesar ketiga
setelah Madagascar dan Tiongkok.
Yaaah, Cuma batuan aja? Apa menariknya?
Kalau berpikiran begitu, ada kok hal menarik lain yang bisa
kalian lihat di sini. Yakni, pesona Rammang-rammang yang juga menghadirkan
suasana desa, persawahan, dan pepohonan kelapa menjulang. Buat saya, kombinasi
ini sangat epic ketika dipadupadankan dengan birunya langit.
Kapal sewaan
Untuk mencapai Rammang-rammang—khususnya Kampung Berua—kalian
bisa naik kendaraan pribadi atau umum dan turun di Desa Salenrang, Kabupaten
Maros lalu membayar biaya sewa kapal kecil untuk PP yang bisa memuat total
sepuluh orang. Harga sewa kapal dihitung perorang sebesar 25 ribu rupiah.
Seru-seruan di Rammang-rammang
Harus banget naik kapal? Sebaiknya iya. Apalagi kalau mau ke
Kampung Berua. Karena letaknya agak tersembunyi membuatnya tidak bisa dijangkau
dengan berjalan kaki. Kapal kecil menjadi satu-satunya akomodasi yang bisa
digunakan untuk mencapai Kampung Berua, Rammang-rammang. Susur sungai hanya
selama 15-20 menit saja. Selama susur sungai, kalian akan melihat betapa
Rammang-rammang ini dikelilingi oleh aneka ragam tanaman hijau, khususnya
tanaman jenis bakau dan palmae. Semuanya menambah keseruan dalam menyusuri
sungai.
Mangrove
Begitu turun, kalian diharuskan membayar biaya masuk sebesar
dua ribu rupiah perorang. Setelah itu, barulah kalian bisa bebas jelajah
Rammang-rammang sampai jelek. Suasana alam pedesaan yang menenangkan bercampur
dengan desau angin dan cicit burung membuat Rammang-rammang sangat layak
dikunjungi oleh siapapun yang rindu alam pedesaan. Belum lagi batu karst yang
menjulang menjadi latar pemandangan. Pantulan kokohnya bebatuan di Sungai Pute
meneduhkan pikiran. Mata seolah dimanjakan oleh semua ciptaan Tuhan. Siapa yang
bisa menolak?
Sungai Pute
Sayangnya, kala itu saya datang pukul 15.30, padahal
Rammang-rammang ditutup pukul 16.00 teng. Maka, jadilah saya dan rombongan
hanya eksplor seadanya setelah nego agar waktu kunjung diperpanjang sedikit. Jadi,
sangat disarankan kalian
datang pagi-pagi sekali. Bahkan, sangat direkomendasikan untuk menikmati
pemandangan matahari terbit di sini. Sebab, kapal di Rammang-rammang mulai
dibuka sejak subuh hari.
Tertarik berlibur ke Rammang-rammang?
Bisa nyebur juga di sini (kalau mau)
Comments