Treking Seru ke Pantai Atuh Nusa Penida



Pantai Atuh dari ketinggian

Sejenak mari kita lupakan tentang ingar bingar Bali. Tentang musik yang berdentum selaras dengan gerak panggul pengunjungnya. Lupakan heaven on earth yang semu. Jika kalian bertandang ke sisi lain Pulau Dewata. 

Saya menemukannya ketika bertandang ke Nusa Penida, Bali. Pulau paling luas yang terpisah jarak waktu satu jam perjalanan dari bagian utama Pulau Bali. Coba datang dan rasakan sejenak keheningan Pulau Dewata yang lain selama bermalam di sana. Sebab, Nusa Penida disebut-sebut sebagai Bali zaman dulu. Zaman belum seramai sekarang. Belum setamak hotel berbintang, pub, atau pun resto dan spa kelas dunia. 


Pantai Atuh, akhirnya...


But, whatever it is, jangan lupa, ketika mampir ke Nusa Penida, tak ada salahnya untuk ikut menyisir destinasi wisata yang ada. Salah satunya adalah Pantai Atuh. Pantai yang berada di Penida bagian timur ini termasuk pantai yang cukup menantang bagi saya. Sebab, dengan badan yang nggak enteng-enteng banget, saya harus trekking cukup panjang. Jangan dikira jalur trekingnya mulus semulus paha Barbie, NGGAK SAMA SEKALI!

Saya sampai stress.

Bayangpun, kala itu kami berempat datang dengan sebongkah senyuman karena setiba di Nusa Penida, Pantai Atuh adalah tujuan pertama kami. Kami datang dengan semangat menggebu. Namun langsung drop begitu tahu bahwa Pantai Atuh tak semudah di angan. Letaknya jauh di bawah bukit, yang mencapainya harus naik turun jalur trekking yang hancur parah. Lalu, apakah kami mundur?

Ya, dua dari kami berempat memilih untuk mundur dan menunggu dengan anteng di perbukitan dekat tempat parkir. Pilihan yang cerdas, Kisanak!

Tampang masih bahagia dengan semangat 45! 

Tapi yaa, masa iya, sudah jauh-jauh datang ke sini kok nggak sekalian turun? Makanya, saya pilih hajar saja. Dengan asumsi, kalau balungan (nggak seberapa) tuwo masih bisa bertahan dengan jalur trekking yang bercampur antara tanah basah dan bebatuan. Bismillah, semangat!

Namanya juga orang usaha ya, di tengah-tengah usaha menyerah, kan, biasa banget. Tapi untungnya saya nggak menyerah. Gimana lagi? Mau naik nanggung, mau turun kok masih jauh. Jadi, saya hanya meratapi nasib, kenapa jalurnya nggak kelar-kelar. Sedih…

Pantai Atuh dari jalur treking sebelah kiri 

Saya dan Binti memang memilih turun. Bedanya, Binti bisa cepet banget turun dengan santainya. Sementara saya ngos-ngosan merasakan antara lutut gemetar dan dada berdebar. Sesekali misuh dicampur istighfar. Duh, nyesel tenan turun dengan kondisi yang masih on fire begini. Jadi rasa penasarannya, kan, gede banget.

Setelah beberapa saat merutuki nasib, akhirnya saya berhasil menyusul Binti yang lebih dulu sampai. Seperti dugaan semula, kami satu-satunya pengunjung di sore menjelang senja kala itu. Hanya ada satu-dua penduduk lokal yang menggelar lapak dagangan mereka. Itu pun sudah bersiap-siap untuk tutup. 


Sepinya sore di Pantai Atuh


Ikon Pantai Atuh adalah batu karang yang menyerupai sepatu berhak tinggi. Maka, berpuas-puaslah kalian jika sudah menginjak pasir di sini. Berlama-lamalah mendengarkan deburan ombak yang menenangkan. Saya, sih, antara pegal dan senang sudah membaur. Apalagi pantainya sepi, sudah lupa bagaimana keringat mengucur deras sepanjang perjalanan #pret

Pantai Atuh ini bisa banget digunakan untuk mendirikan tenda. Penduduk lokal pun akan dengan senang hati menunggu kalian ketika malam menjelang. Jadi, nggak usah khawatir kalau perut keroncongan di tengah malam. 

Bisa leha-leha sampai jelek di sini 

Puas berlama-lama di waktu yang terbatas, kalian bisa kembali pulang melewati jalur yang berbeda. Sebab, untuk menuju Pantai Atuh ada dua jalur yang bisa ditempuh. Letaknya persis di kanan-kiri pantai. Kata salah satu pedagang, melewati sisi kanan memiliki pemandangan yang lebih bagus dan jalur trekking yang lebih masuk akal. Beda dengan yang saya lewati sebelumnya. Jalur sisi kanan melewati rumah penduduk, sedangkan jalur kiri cuma semak-semak, tanah lumpur yang becek karena habis hujan, dan bebatuan terjal. 

Mau pijat? Sayang banget kalau naiknya capek lagi... 

Kalian bisa pilih mana yang kalian suka. Tapi karena kala itu kami nggak punya pilihan, jadilah terpaksa memilih jalur kiri yang nggak sopan banget treknya. So, tertarik buat trekking ke Pantai Atuh? Nggak ada salahnya kok merasakan sensasi badan cenut-cenut saat malam selepas tiba di penginapan. Nggak percaya? 

Selamat mencoba!

Tampang pura-pura bahagia padahal pegel mampus :))

Comments

Hmm.. Lagi-lagi postingan tentang Nusa Peninda..
Tapi emang keren sih pantainya.. Bikin pengen ke sana.. hehe
Atiqoh Hasan said…
Ketahuan kalo jarang jalan-jalan ya, Mas. Maafkeun:))))
supardjo said…
waow luar biasa air pantainya bening banget ya, keren patut dicoba buat refresh otak biar gak sepaneng hehe
Atiqoh Hasan said…
Iya dicoba aja, Mas. Trekingnya seru. Nyampe bawah langsung lupa pegelnya, wkwk
Anonymous said…
Treking sangat bagus untuk kesehatan mas ahahahaha. datang lagi ya ke Nusa Penida semoga tour nusa penidanya menyenangkan. masihbanyak mas obyek wisata lainnya di Nusa Penida
Wayan Jana said…
Ayo mbk datang lagi One Day Trip Nusa Penida hanya 350K/person include semua fasilitas.

Salam
Tour Nusa Penida Terbaik dan Mengesankan

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Makanan Khas Negara ASEAN Ini Jangan Sampai Kamu Lewatkan