Mengajak Bayi Naik Bianglala Alun-alun Kota Batu
Alun-alun Kota Batu
Belum ke Batu kalau nggak mampir ke alun-alunnya. Kira-kira begitulah yang dirasakan oleh bayi piyik Elif saat berkunjung ke Batu kemarin #yakali :)). Ini adalah perjalanan kedua Elif ke luar kota. Perjalanan pertama saat umur 36 hari, dia belajar "ngetrip" ke kota Malang.
Bianglala separuh
Perjalanan kedua adalah ke Batu. Tepatnya di alun-alun Batu. Terakhir kali saya ke alun-alun kota Batu saat natal lalu atau sebulan sebelum Elif lahir. Dalam kurun waktu empat bulan ternyata ada perubahan pada wajah alun-alun. Yang paling mencolok adanya penanda tempat yang super besar di depan alun-alun. Makanya saya niat banget foto di sini meskipun hari tengah terik-teriknya. Padahal asline yo nggak penting #duh
Blue sky
Panasnya matahari memang seketika menyurutkan niat saya untuk naik bianglala yang kini dihargai 5 ribu rupiah perorang. Apalagi saat saya ke sana sedang istirahat. Tapi, begitu melihat petugasnya datang, saya dan suami langsung membeli tiket. Elif yang tengah tidur pun seketika melek dan menikmati pemandangan kota Batu dari atas ketinggian (???).
Love you, Babe :*
Memang, nggak ada peraturan khusus bagi bayi umur 2,5 bulan untuk bisa naik bianglala. Tapi gegara naik bianglala, meskipun Elif nggak nangis, Umma-Abanya dong yang protes luar biasa. Katanya, bayi belum bisa "menerima" perbedaan gaya gravitasi nanti takutnya rewel, sakit, dan segalanya.
Melet bahagia
Yaaa, memang, sih, Elif pada akhirnya memang rewel begitu sampai rumah. Tapi itu, kan, masalah klasik bayi piyik setiap diajak kemana-mana. Bayi kecapekan. Emaknya udah hapal jadi siap sedia pasang badan tiap doi ngek.
Panas coy
Sebenarnya bukan masalah naik bianglala atau apalah, cuman prinsip saya dan suami, mengajak Elif jalan-jalan (meskipun receh dan remeh tujuannya) seenggaknya bisa membantu meningkatkan imunitas tubuhnya. Biar nggak gampang sakit, gitu.
Jadi, enaknya Elif diajak ke mana lagi ya?
Mau ke mana lagi?
Comments