Jalan-jalan ke Malaysia Bareng Bayi

Petronas

Kalau ditanya gimana rasanya jalan-jalan ke Malaysia bareng bayi? Jawabannya, ya senang, ya bingung.

Senang karena sepanjang perjalanan Alhamdulillah Elif menikmati mengunjungi tempat-tempat baru. Enggak rewel sama sekali. Tapi giliran masuk jam makan, selalu bingung.

Sarapan

Sebenarnya saya dan Elif 11-12. Suka bingung sama makanan bersantan. Satu karena saya kurang suka masakan bersantan, kecuali lodeh. Dua karena masakan bersantan Malaysia kebanyakan pakai cabe. Elif mana bisa makan. Otomatis menu makanan yang saya pesan menyesuaikan.

Makanya, saya langsung ngeh, ketika hari ketiga di Malaysia Elif diare gegara salah makan dan terbawa sampai ke Surabaya.

Mee Mamak di KLCC
 
Tapi sebenarnya agak-agak lucu, sih, kalau ngomongin makanan Malaysia ini. Bayangpun, pas makan siang di Central Market, saya pesan tiga menu berbeda. Ada Soto Mie, Bakso, dan Soto Campur. Keliatannya beda ya. Tapi kuahnya sama aja, Sis! Isinya doang yang beda. Aturan nyicip menu beda malah kena zonk.

Selama di Malaysia, saya nggak nyusun itinerary. Karena saya tahu mau ngapain aja dan kemana saja. Paling cuma ngelirik rute dan jam kereta atau bus aja. Agak songong emang. Nggak heran, kesongongan saya langsung dibalas dengan ketinggalan pesawat. Ehee~

View pesawat 

Etapi nggak gitu juga, ding. Saya pergi ke Malaysia sedikit berpedoman pada pengalaman tiga tahun lalu. Saat lajang, ngerayain birthday trip berdua dengan teman yang ternyata ditemenin cem-ceman. Sementara saya... Sendiri.

Lah, jadi baper, wkwk.

Oke, secara garis besar, intinya saya mengajak suami dan Elif ke Menara Kembar Petronas as an icon of Malaysia. Lalu mencoba salah satu kereta gantung tercepat di dunia di Genting Highland. Dan, ke Batu Caves, tempat persembahyangan umat Hindu.

Indoor Theme Park

Semuanya sudah pernah saya singgahi. Tapi, kan, belum bagi suami dan Elif. Lagian, itu rutenya juga aman buat bayi.

Fyi, sebenarnya, Malaysia ini termasuk negara yang ramah anak. Bisa banget bawa stroller karena banyak juga turis pake stroller. Dan lagi, infrastrukturnya juga sudah memadai. Meskipun sebenarnya saya naturally mlz bgtz dorong-dorong kereta sambil jalan buru-buru. Tapi kalau gendong bayi terus-menerus beneran bisa bikin encok, Cyin! Niatnya seneng-seneng kok malah encok. Kan, gak keren juga.

Berat, tapi nggak banyak digunakan

Malam Minggu, Stasiun Pasar Seni penuh turis. Apalagi di sekitar Petronas. Tumplek blek turis. Soalnya, tiap Sabtu dan Minggu malam, ada pertunjukan air mancur menari di depan Suriah KLCC, gratis.

Jadi, Petronas itu apa, sih, sebenarnya? Cuma gedung perkantoran yang jadi satu dengan mal. Bedanya, didesain apik, tinggi, dan menarik. Udah gitu doang. Walaupun gitu doang, toh, turis dimana-mana tetep foti pake background itu. Termasuk saya :)))).

Air mancur menari

Kelar dua lagu di air mancur menari, kami makan di mal Suriah KLCC. Harganya masih reasonable. Pesan tiga porsi total 35 RM setara 100ribuanlah.

Besoknya, kami bergegas pergi ke Batu Caves naik KTM Komuter. Perjalanan sekira 30 menit dari KL Sentral. Sama seperti di angkutan umum lainnya, di Komuter juga nggak boleh makan dan minum. Tapi menyusui, masih boleh *yaiyalah!*

Stasiun Pasar Seni

Nggak lama-lama buat main ke Batu Caves. Karena tujuan saya cuma ngajakin Elif main sama burung (dan monyet). Jauh-jauh hari saya sudah ingatkan ke suami kalau nggak mau naik ke goa yang didesain dengan ratusan anak tangga. Sudah cukup sekali waktu kali pertama ke sini dulu. Tapi dasar suami, masa iya, mau ninggalin saya sendirian di bawah, sementara dia dan Elif naik? Apa kabar hati nurani saya sebagai seorang ibu, hah? *bahasanya, Gusti!:)))*

Happy!

Akhirnya, perjuangan naik ratusan anak tangga pun dimulai...

Lelah, capek? Jelas. Langsing? Enggak🤪. Makanya kami langsung pulang dari Batu Caves. Mau istirahat di hotel. Ngadem.

Belum langsing juga

Besoknya pagi-pagi, saya gamang. Secara hitung-hitungan logis, waktu yang tersisa, tidak memungkinkan buat ke Genting Highland. Perjalanan selama dua jam PP, ditambah 30 menit naik kereta gantung PP, belum sarapan, dan tetek bengek selama di Indoor Theme Park. Jelas nggak kekejar buat nyampe bandara maksimal jam 2.

Tapi tiket kereta PP sudah dibeli gegara impulsif. Maka, modal bismillah kami berangkat ke Genting Highland.

Naik kereta gantung

Sesampainya di sana, kami benar-benar kejar-kejaran dengan waktu. Dan... Di sinilah cikal bakal kami ketinggalan pesawat. Sampai di KL Sentral kami lanjut ke Pasar Seni, jam sudah menunjukkan pukul 1.15. Suami ambil koper dan stroller di hotel lalu balik lagi ke KL Sentral. Sumpah, ini bagian yang buang-buang waktu.

Di sinilah saya merutuki kebiasaan kejar-kejaran sama waktu. Duluuu, zaman single dan jalan-jalan sendirian, saya hampir selalu nyaris ketinggalan pesawat dan kereta api tiap bepergian. Karena memang kebiasaan saya berangkat mepet-mepet. Tapi dengan pengalaman ini saya jadi kapok berangkat mepet-mepet, apalagi sambil gendong bayi. Pinggang encok, Jendral! wkwk.

Jadi, monggo main ke Malaysia pake tiket promo. Nggak mahal kok main-main ke sana. Nggak perlu fasih Bahasa Inggris juga. Tapi alangkah baiknya bisa berbahasa Inggris untuk memperlancar komunikasi.

Playground


Comments

Popular posts from this blog

Pengobatan Anak Alergi: Skin Prick Test dan Imunoterapi

Pengalaman Menginap di Bandara Ngurah Rai Bali

Makanan Khas Negara ASEAN Ini Jangan Sampai Kamu Lewatkan