9 Hal Yang Perlu Diperhatikan saat Traveling ke Hainan China
Sanya
Pergi ke suatu tempat bagi saya harus memperhatikan hal-hal kecil sekalipun. Seperti saat saya bertandang ke Hainan China minggu lalu.
Well, Hainan adalah provinsi paling Selatan di China. Letak geografis membuat Hainan akan selalu dipenuhi wisatawan yang mencari kehangatan. Termasuk wisatawan lokal China khususnya lansia.
Little Dubai
Hainan merupakan pulau tersendiri di China. Cuacanya cenderung lebih hangat dibandingkan dengan cuaca di China bagian Utara. Pada bulan Januari-April, pengunjung di Hainan bisa mencapai 3-4 kali lipat dari biasanya. Sebab, kaum lansia yang merasa kedinginan di China bagian Utara akan menginap, menyewa apartemen untuk mendapatkan hawa hangat di Hainan.
Belum pernah ada salju di Hainan. Cuaca pun tidak pernah di bawah 0°celcius. Di bulan November-Desember, suhu di Hainan berkisar di antara 19-26°C. Lebih dingin dari Surabaya tapi tidak perlu menggunakan jaket, kecuali saat malam.
Bertandang ke Hainan, apa saja yang perlu dipersiapkan?
1. Pakaian
Tidak perlu pakaian tebal. Cukup pakaian tipis yang nyaman dikenakan. Tentu saja perhatikan waktu kunjungan kalian, ya. Sesuaikan dengan musimnya. Yang pasti, pada bulan Januari-April cuacanya sekira 1-15°C. Jadi perlu jaket yang lebih tebal di waktu tertentu saja. Tapi kalau saya cukup membawa jaket running sudah merasa hangat.
Yang penting nggak dingin
Biasanya, paket tour akan memberikan itinerary yang jamak ditemui. Hampir sama antara satu travel agent dan travel agent lain. Yaitu Haikou, Xing Long, Sanya-Hainan. Mungkin akan ada sedikit perbedaan tempat atau rute kunjungan, itu tergantung travel agent yang dipilih.
Sejujurnya, saya mulai curiga ketika membaca itinerary kenapa lebih banyak mengunjungi toko bukan toko kaki lima yang menjual aneka street food atau pernik-pernik murah.
Jualan obat 🙂
Eh, usut punya usut, ternyata toko wajib ini memang wajib didatangi. Toko inilah yang bekerjasama dengan pemerintah melalui asosiasi travel, semacam ASITA, untuk mempromosikan kekayaan produk Hainan.
Selama masuk ke toko wajib, kalian disuruh untuk mendengarkan kuliah umum tentang produk yang ada. Misal, produk turunan bambu, giok, lateks, minyak ikan, hingga herbal. Kuliahnya semacam mendengarkan iklan di TV yang membahas produk kurang penting itu
Di sini, kalian perlu menabahkan diri agar nggak sampai kena gendam
Presentasi produk turunan bambu
Presentasi fish oil
TIPS! Kalian harus mampu menahan emosi dan gairah, jangan sampai mau ditipu dengan siasat dagangnya. Seriuuuus, saya dan rombongan tertipu rame-rame di Toko Giok, yang menjadi tujuan pertama dari rute kunjungan. Meskipun giok yang ditawarkan asli, teteup aja kualitasnya rendah.
Beda toko giok, beda toko herbal. Di sana kalian akan dimasukkan ke dalam ruang khusus. Satu ruang dua orang. Di dalamnya, tiba-tiba kalian akan mendapatkan vonis penyakit aneh-aneh. Kalau kalia merasa mengidap penyakit tersebut pasti akan tergiur untuk membelinya. Dan, di sinilah, saya sarankan untuk tidak memercayai mereka 🙂
Cable car di Phoenix hill
Selain toko wajib, biasanya pengunjung akan diajak ke Nanshan Cultural Tourism Zone yang terkenal dengan patung Dewi Kwan Im tiga wajah setinggi 108 meter yang ada di Sanya. Juga ke desa Ye Tian Gu Zhai Minority Village di Xing Long, yang merupakan tempat wisata bentuk pelestarian terhadap keberadaan suku Li dan Miao.
Dewi Kwan Im tiga wajah
Desa Bali yang ada di Ling Shui. Desa ini merupakan tempat wisata yang--nggak ada apa-apanya--baru dibangun pada 2016. Sengaja dibuat karena banyak warga China yang datang ke Bali untuk berlibur. Nah, daripada buang uang ke Bali, jadilah mereka bikin Desa Bali. Pinteeeeer! Siasat dagang orang China memang juara!
Selain Desa Bali, pemerintah Hainan juga membangun Little Dubai dan sebentar lagi akan ada Kebun Raya Bogor. Harapannya... Tidak ada orang lokal yang pergi ke luar negeri.
Desa Bali di China tapi nyanyi dangdut
Toilet di Hainan tidak seperti di Indonesia. Tidak ada air dan banyak toilet yang tidak disiram. Pesingnya amit-amit 😫. Jujur, yang paling saya persiapkan sejak di Indonesia adalah membangun mental dalam menghadapi toilet. Karena jauh-jauh hari saya dapat cerita dari teman kalau toilet di China jauh dari kata manusiawi. Makanya, ketika datang dan menyaksikan sendiri, cukup baca istighfar, atau misuh kalau kebangetan kotornya. Ada beberapa teman yang sampai mual dan muntah begidik ngeri ketika melihat ada tinja masih nongkrong di WC. Duuuh!
Jadi, mending siapkan botol air mineral kosong dan ambil air di wastafel buat istinja.
Tuna wisma tidur di taman kota
4. Makanan
Makanan di Hainan didominasi oleh seafood, ayam, dan bebek khas bumbu Hainan. Sebenarnya banyak menu babi yang ditawarkan. Tapi, kan, nggak mungkin saya makan babi.
CUMA... Saat sarapan buffet di hotel, tentu saja ada menu babi yang seketika meruntuhkan nafsu makan saya. Jadilah ngemil roti panggang dan roti-rotian yang ada. Btw, meski makan roti juga kudu cermat, karena ada bakpao yang isinya babi! Hadeeeeh. Meskipun nggak makan, tetep aja tempat masaknya sama.
Trus, makan ayam dan bebek, ketika nyicip rasanya juga nggak begitu cocok di lidah. Sedangkan kalau minuman, restoran selalu hanya menyediakan minuman soda dan bir. Hm, kebayang, kan, kondisi meja makan kayak apa?
Makan besar...
5. Tempat belanja
Saya kurang tahu dimana tempat belanja yang murah. Namun, saya bisa menjamin kalau belanja di pedestarian jauuuh lebih murah dibandingkan belanja di tour guide yang selalu mematok harga 100 Yuan.
Dimana itu toko pedestarian? Di dekat hotel kalian. Coba cek kalau jalan-jalan malam, pasti ada supermarket atau minimarket yang menjual aneka jenis cemilan. Ingat! Perhatikan label makanan ya. Kalau nggak bisa bacanya, minimal nggak usah beli yang berbahan dasar daging-dagingan.
Atau mau main ke mal? Bisa. Harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia.
Supermarket
6. SIM card
Jauh hari, saya tahu kalau beberapa aplikasi diblokir di China. Termasuk WhatsApp, Instagram, dan Facebook. Tapi karena saya nggak main Facebook, jadi nggak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika sehari-hari saya main WhatsApp dan Instagram, kok harus dibatasi?
Jadilah saya download tiga VPN sekaligus. Bukan sembarang VPN karena tidak semua VPN bisa digunakan di China. VPN yang saya download adalah Windscribe, Hotspot Shield, dan TunnelBear. Ketiga VPN ini handal digunakan saat di China. Sudah gratis, kenceng pula digunakan saat di hotel.
Lalu apa kabar di luar hotel? Saya beli paket internet roaming Indosat khusus untuk di Asia termasuk China. Harganya cuma 100ribu untuk tiga hari.
7. Bahasa
Sudah baca cerita saya yang terkena random check? Kendala bahasa menjadi salah satu penyebabnya. Saya tidak tahu maksud petugas immi, pun sebaliknya.
Di China, sedikit sekali orang bisa berbahasa Inggris. Saya yang modal Bahasa Inggris pas-pasan pun bingung ketika meminta sesuatu tapi tidak bisa menyampaikan.
Jadi, lupakan Bahasa Inggris, gunakan bahasa isyarat. Trust me, it works.
Nyicip aja gapapa
Untuk urusan tawar-menawar, mereka selalu mengandalkan kalkulator. Makanya, ketika saya meminta stelan anak yang terdiri dari pakaian atas bawah, saya pun menepuk pundak dan paha. Sebab, mereka enggak ngerti sama sekali Bahasa Inggris. Bayangkan saya sedang menari Saman. Jadi, lucu aja ketika mereka ikut menirukan saya sedang menari Saman sambil sama-sama tertawa karena sama-sama merasa bodoh 🤣
Kadang cuma modal "How much?" Kalau dia paham langsung ambil kalkulator. Kalau enggak, ya saya langsung tunjuk price tag baru dia tahu arah percakapan.
8. Mata uang
Mata uang yang digunakan di Hainan adalah RMB (renmenbi) alias Yuan. Satu Yuan setara dengan dua ribu rupiah. Nggak usah tuker mata uang di travel agent, bandara, atau di negara tujuan ya. Karena otomatis lebih mahal harganya.
9. Kondisi kota
Hainan adalah kota yang bersih. Termasuk sungai yang ada di tengah kota. Tapiii, banyak juga tuna wisma yang goleran di taman kota saat malam menjelang. Kenapa? Ya, karena pengangguran di China masih lebih banyak daripada di Indonesia.
Bersih
Transportasi umum tidak saya rasakan, karena saya menggunakan bis travel. Tapi ada kereta cepat yang siap mengantarkan kalian dari Haikou menuju Xing Long.
Rata-rata orang di sana menggunakan sepeda listrik karena ada subsidi saat membeli. Jarang banget ditemukan motor berbahan bakar bensin karena harganya lebih mahal dan berisik.
Di seluruh penjuru kota sepeda listrik ini banyak banget. Jalannya ngawur juga. Kalau di Indonesia trotoar untuk pejalan kaki, kalau di sana pejalan kaki harus sering-sering nengok ke belakang karena trotoar dipakai untuk motor listrik. Lagian suara motor listrik sangat senyap tapi jalannya kencang.
Sepeda listrik
So far, Hainan menarik untuk dikunjungi. Kalau ke sana, mending nggak usah ikut paket tour. Mahal, sih, jatuhnya. Tapi, ya gituuu, jadi bisa milih rute yang lebih masuk akal dibandingkan ke toko wajib 🤪
Ye Tian Gu Zhai
Comments
mba Atiqoh sebelum berangkat bukannya baca2 vlog orang yg sdh ke Hainan dulu biar rombongan gak kena gendam beramai2 beli batu giok yg kabarnya sdh didiskon habis :))